AsarNews, Sidoarjo --- Tragedi robohnya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo baru-baru ini telah menyita perhatian publik.
Tak hanya menimbulkan duka mendalam, kejadian ini juga meninggalkan banyak pertanyaan tentang penyebab di balik runtuhnya salah satu pesantren tertua di Jawa Timur tersebut.
Pondok Pesantren Al-Khoziny, atau yang dikenal dengan sebutan Pesantren Buduran, sudah berdiri sejak lama dan menjadi tempat menimba ilmu bagi ribuan santri dari berbagai daerah.
Setelah sembilan hari penuh perjuangan, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) resmi menutup operasi pencarian dan pertolongan korban ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, pada Selasa (7/10).
Penutupan dilakukan melalui apel personel gabungan yang dipimpin langsung oleh Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, di selasar gedung lama pesantren.Â
Dalam apel tersebut, seluruh unsur SAR, relawan, dan tim medis yang terlibat menerima penghargaan atas dedikasi dan keberanian mereka selama operasi berlangsung.
Sebanyak 171 Korban Tercatat
Hingga akhir pencarian, Basarnas mencatat total 171 korban dalam tragedi ambruknya bangunan mushalla Ponpes Al Khoziny Buduran:
- 104 orang selamat
- 67 meninggal dunia, termasuk 8 body part (bagian tubuh) yang berhasil dievakuasi.
Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Republik Indonesia (Pusdokkes Polri) melalui Tim Disaster Victim Investigation (DVI) Polda Jawa Timur resmi mengumumkan hasil pertama uji laboratorium DNA terhadap korban ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.
Dalam pengumuman gelombang pertama ini, sebanyak 17 jenazah santri telah berhasil diidentifikasi setelah proses pencocokan DNA antara korban dan keluarga dinyatakan cocok.