Mohon tunggu...
C.Purnomo
C.Purnomo Mohon Tunggu... Insinyur - a lenient thinker

Constructive pessimism

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Covid, The Equalizer

14 Mei 2020   13:22 Diperbarui: 14 Mei 2020   20:28 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada kejadian yang bisa memberi dampak yang (hampir) sama rata dan sama rasa selain sebuah pandemi. Wabah bisa menjangkiti siapa saja dari perdana menteri sampai buruh kuli. Ketika terkena pun penanganannya akan relatif sama memakai protokol ketat yang ada. Jika sampai meninggalpun akan dikuburkan dengan cara yang serupa. 

Saat harus mengurung diri, semua juga harus dirumah saja. Sebagus apapun rumah pastinya juga akan terasa terkekang dan bosan. Yang dulunya menghabiskan waktu dikantoran bangga dengan pulang malam sekarang dirumah seharian.  Yang tidak bisa memasak terpaksa mencoba lagi, yang tidak biasa mengajari anak terpaksa menjalani tentunya sambil sering memaki. Ada juga para pejabat yang hampir tiap hari naik pesawat, tapi kini pun harus mengurung diri.

Dari sisi ekonomi juga semua akan terkena dampaknya. Sebelum wabah ini kita melihat begitu timpangnya dunia. Disatu sisi ada orang yang bekerja sebentar saja sambil tertawa-tawa bayarannya ratusan juta. Di sisi lain ada banyak orang yang bekerja seharian bersimbah peluh dan dibayar hanya ala kadarnya. Orang-orang didunia hiburan berlomba-lomba melebarkan kekayaannya dengan berbisnis kuliner mengerus bisnis orang biasa yang sudah lama. Dengan ketenaran nama, maka lebih mudah untuk menjaring investor dan konsumen tentunya. Namun sekarang sama, banyak gerai terpaksa tidak lagi dibuka.

Sekarang hampir semua bisnis terhempas karena sunyi tak ada pembeli. Hotel-hotel ribuan kamar yang dulunya seperti mesin uang ke pemodal, kini berbalik merugi. Restoran besar harus bersaing dengan masakan dapur rumahan berjualan dengan sosial media. Tukang parkir pertokoan yang biasanya tinggal melambai-labaikan tangan dapat duit sekarang lebih banyak terdiam. Orang-orang berjualan makanan di jalanan sekarang tak ada pembeli.

Wabah ini sangat mengubah tatanan dunia. Jalan - jalan yang dijejali kendaraan sekarang tiada. Langit yang hitam penuh polusi sekarang membiru lagi. Orang-orang yang menjejali mall - mall dan cafe-cafe seharian bahkan semalaman sekarang tiada. Tinggal menyisakan tanya bagi yang mau berpikir sebenarnya kehidupan seperti apa sebelum wabah ini. Mungkin sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan eksploitasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun