Mohon tunggu...
Humaniora

Multikulturalisme Indonesia

7 Desember 2015   19:47 Diperbarui: 4 April 2017   17:54 20071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan, dengan kata lain Indonesia merupakan negara multikultural. Apa pengertian dari multikultural itu sendiri? Multikultural berasal dari kata “multi” yang berarti lebih dari satu/ banyak dan “kultural” yang berarti budaya yang merupakan serapan dari bahasa Inggris. Secara istilah, multikultural juga bisa berarti istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang mengenai ragam kehidupan di dunia ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat yang menyangkut nilai-nilai, sistem, kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Jadi, secara singkat negara multikultural merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam kebudayaan.

            Berkaitan dengan ini, akan dibahas bagaimana peran anak bangsa dalam menghadapi multikulturalisme di Indonesia. Kita sebagai warga negara Indonesia pasti hidup ditengah-tengah masyarakat multikultural. Apa itu masyarakat multikultural? Ada dua pengertian yang saya ambil mengenai masyarakat multikultural. Pertama, menurut Furnival masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua kelompok atau lebih secara kultural dan ekonomi terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain. Sedangkan yang kedua adalah masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan budaya.

Faktor utama yang mendorong terbentuknya multikulturalisme adalah latar belakang (historis), kondisi geografis, dan keterbukaan terhadap kebudayaan luar. Dalam konteks ini, multikulturalisme masyarakat pasti memunculkan sifat-sifat tertentu dalam kelompok masyarakat yang ada. Menurut Pierre L. Van den Berghe sifat-sifat tersebut diantara lain dapat terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok subkebudayaan yang berbeda satu sama lain, menciptakan struktur sosial yang terbagi dalam lembaga yang bersifat non komplementer, kurang mengembangkan konsesus diantara anggota terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar, integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi, dan yang terakhir yaitu adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lainnya.

Lalu, bagaimana peran generasi muda Indonesia dalam menghadapi hal-hal diatas? Seiring berjalannya waktu, perubahan yang terjadi dalam lingkungan terdekat kita akan selalu berpengaruh terhadap kehidupan. Dilihat dari segi permasalahan yang ada, sangat sulit rasanya bagi kita untuk beradaptasi dalam kondisi lingkungan yang seperti itu, apalagi bila kita tidak memiliki integritas yang tinggi. Integritas bisa didapat melalui pendidikan. Sebenarnya, fasilitas pendidikan di Indonesia juga mungkin kurang memadai tapi kita lihat dari sisi kemauan para pemuda untuk belajar dan mepersiapkan perjuangan di masa yang akan datang. Bagaimana pendidikan dapat membantu mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi multikulturalisme?

Pendidikan adalah suatu usaha sadar manusia dalam mempersiapkan suatu hal. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa “Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dalam hal ini, pendidikan yang harus kita kaji adalah pendidikan multikultur.

Pendidikan multikultur merupakan pendidikan nilai yang harus ditanamkan pada generasi muda agar memiliki persepsi dan sikap multikulturalistik, terbiasa hidup berdampingan dalam keragaman watak dan kultur, agama dan bahasa, menghormati hak setiap warga negara tanpa membedakan etnik mayoritas atau minoritas, dan dapat bersama-sama membangun kekuatan bangsa sehingga diperhitungkan dalam percaturan global dan nation dignity yang kuat. Ada lima alasan mengapa pendidikan multikultur diperlukan yaitu :

  1. Perubahan kehidupan manusia Indonesia yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi memperbesar jurang sosial antara kelompok atas dan kelompok bawah.
  2. Adanya perpindahan dan mobilitas penduduk yang cukup tinggi yang menyebabkan adanya pertemuan yang sering dan intens antara kelompok dengan budaya yang berbeda.
  3. Semakin terbukanya daerah-daerah pedesaan.
  4. Berbagai konflik sosial-budaya yang muncul akhir-akhir ini memperlihatkan adanya kesalahpahaman budaya yang sangat besar antar-kelompok yang bertikai.
  5. Menghapus mitos dan tafsiran sejarah yang tidak menguntungkan bagi persatuan bangsa.

Oleh karena itu, pengembangan pendekatan multikultural harus didasarkan pada tiga prinsip. Pertama, keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat. Kedua, keragaman budaya dijadikan sebagai dasar dalam mengembangkan berbagai komponen kurikulum seperti tujuan, konten, proses, dan evaluasi. Ketiga, budaya di lingkungan pendidikan adalah sumber belajar dan objek studi yang harus dijadikan bagian dari kegiatan belajar para pemuda.

Pendidikan moral juga harus ikut dikemas dalam pendidikan multikultur. Dalam membentuk perilaku moral seseorang, proses belajar memegang peranan penting. Untuk itu, pengaruh lingkungan sebagai tempat melakukan proses belajar sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral. Sayangnya, pendidikan moral dan pembentukan moral tidak lagi menjadi komitmen. Orientasi dan perilaku moral dikesampingkan dan digantikan oleh kecerdasan pikiran, keahlian dan berbagai perilaku tampil di lapisan luar.

Dalam pendidikan multikultur, nilai-nilai kesetaraan dan kebersamaan perlu ditanamkan. Kelompok tertentu diharapkan tidak merasa lebih tinggi dari kelompok lain. Untuk itu, kerja belajar kooperatif dan kolaboratif dikembangkan secara aktif dalam memberikan kesadaran akan kesetaraan dan kebersamaan tersebut. Kegiatan seperti itu akan membiasakan untuk berinteraksi dengan kelompok lain yang memiliki perbedaan. Kondisi ini memaksa seseorang untuk lebih memahami kelompok lain maupun orang lain agar tujuan dapat tercapai dengan baik.

Kesadaran nilai kemanusiaan juga menjadi hal yang penting. Pemahaman akan adanya eksistensi manusia secara utuh juga diperlukan. Memahami manusia dengan keberadaanya perlu menyadari bahwa manusia memiliki kemerdekaan yang perlu dihargai.

Dari sekian banyak pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dapat dilakukan generasi muda adalah mengenyam pendidikan multikultural yang lebih agar tercipta hubungan sosial-budaya yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun