Mohon tunggu...
Cove Zebua
Cove Zebua Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil -

Belajar dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Ketika Investor Pemula Diterpa Badai Anjloknya Harga Saham

16 Mei 2015   13:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:55 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431757917558368032

Berinvestasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita dewasa ini. Ketidakpastian membuat kita mesti  mempersiapkan kondisi keuangan kita di masa depan sejak sekarang. Awalnya mungkin sebagai jaminan paling tidak masih bisa menyambung hidup ketika kelak (mudah-mudahan tidak terjadi) usaha kita bangkrut, di-PHK, kebutuhan pokok yang harus dipenuhi semakin banyak, dll. Namun lebih dari itu, investasi juga ditujukan untuk memperoleh keuntungan yang dapat dinikmati di masa depan. Ada banyak pilihan bagi kita untuk berinvestasi, mulai dari resiko rendah seperti deposito sampai investasi saham yang relatif tinggi resikonya. Biasanya, semakin tinggi resiko maka return yang dapat kita peroleh juga semakin besar. Hal inilah yang membuat dunia saham selalu menyilaukan mata para investor. Istilahnya “benci tapi rindu”, benci karena resikonya tetapi kerinduan akan keuntungan yang besar mengalahkan segalanya.

Awalnya saya mengira pasar saham hanya untuk orang-orang kaya dengan modal besar. Ternyata anggapan saya salah, bagi yang bermodal kecil pun bisa berinvestasi saham. Kebanyakan lembaga sekuritas saat ini mensyaratkan modal awal 5 – 10 juta sebagai modal awal investasi saham. Setelah menggali beberapa informasi dan dan mempelajari beberapa buku investasi, saya memberanikan diri untuk membeli beberapa lot saham perusahaan BUMN. Kenapa BUMN? Karena, seperti yang saya baca di beberapa buku, setidaknya dengan dukungan Pemerintah, perusahaan BUMN “kelangsungan hidupnya” lebih terjamin. Transaksi pun berlangsung. Pada minggu-minggu itu IHSG bergerak antara 5300 s/d 5450, kemudian terus bergerak naik hingga sempat mendekati angka 5550. Dan memang benar, hanya dalam hitungan hari harga saham yang saya beli melonjak naik, menawarkan return (jika saya menjualnya) yang tidak bisa saya dapatkan dengan menabung dalam beberapa hari. Saya pun mengalami euforia hingga beberapa minggu setelahnya. Jika beberapa hari saja sudah untung, bisa dibayangkan keuntungan yang bisa saya dapatkan jika berinvestasi saham selama bertahun-tahun.

Namun semua bayangan kesuksesan itu buyar digantikan keraguan dan rasa was-was tatkala harga saham mulai menukik tajam. IHSG sebagai salah satu indikator kondisi saham di Indonesia melorot hingga mencapai titik terendah harian pada level 5086, tepatnya tanggal 30 April 2015. Menurut salah satu media on line, penarikan modal besar-besaran oleh para investor asing menjadi salah satu penyebab anjloknya harga saham di Indonesia. Penyesalan pun mulai muncul. Mengapa dulu harus membeli saham? Mengapa dulu tidak melakukan analisis yang mendalam sebelum membeli? Mengapa tidak segera menjual saham ketika harganya naik? “Yaah, nasi sudah menjadi bubur” pikirku saat itu.

[caption id="attachment_383890" align="aligncenter" width="258" caption="Pergerakan IHSG bulan Feb s/d Mei 2015 (sumber: www.idx.co.id)"][/caption]

Di saat larut dalam penyesalan, saya kemudian teringat dengan artikel tentang Warren Buffett, bapak investasi yang terkenal itu. Dalam artikel tersebut, Buffet mengatakan bahwa psikologi trading lebih penting dari segala jenis analisis teknikal yang ada. Jika terjadi penurunan harga pasar, yang terpenting tidak boleh panik dan akhirnya membuat keputusan yang keliru. Nah, walaupun tujuan saya membeli saham bukan untuk trading, saya pikir hal tersebut sedikit banyak juga berlaku bagi investor saham. Maka saya putuskan untuk tetap tenang, dan tidak serta merta menjual saham yang harganya anjlok. Bahkan, sebagaimana salah satu strategi saham: “buy on the weakness”, saya pun membeli saham yang harganya tengah “terdiskon” sebagai tambahan portofolio saham saya.

Saat saya merampungkan artikel ini, IHSG sudah mulai beranjak naik di level 5227. Walaupun kenaikan yang terjadi tidak secepat ketika turun, namun bagi saya dan mungkin bagi para investor lainnya hal tersebut adalah sebuah harapan. Harapan akan kondisi pasar saham Indonesia yang mulai menggeliat lagi, menawarkan keuntungan dan masa depan yang lebih baik. Semoga seluruh komponen penggerak ekonomi, terutama Pemerintah dapat mengambil langkah dan kebijakan yang tepat demi menjadikan Indonesia menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia. Buat para investor pemula yang juga mulai merasakan “kejamnya” dunia saham, saya doakan semoga berhasil melewati badai dan “Welcome to the jungle...!”.

(data dan fakta dirangkum dari berbagai sumber)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun