Mohon tunggu...
Narapati Buana
Narapati Buana Mohon Tunggu... -

Dendangkanlah tembang nasibmu semerdu yang kau mau. Jangan biarkan tuhan mendendangkannya untukmu. Hidup adalah memilih, bukan dipilih. Melangkahlah kemanapun hatimu ingin melangkah. Bangkitkan semangat dan taklukan dunia. Getarkan setiap jengkal belahan bumi ini. Dan jangan biarkan tanahnya kering tak terbasuh peluh.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anjing Nerakapun Berburu Surga

18 Juli 2015   15:35 Diperbarui: 19 Juli 2015   23:16 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Iman merupakan suatu bentuk pengakuan dalam hati sebagai konsekuensi dari 'hadirnya' satu sosok yang disebut tuhan. Tuhan adalah sosok imajinatif yang kemudian diyakini eksistensinya meskipun tidak bisa dibuktikan. Hingga detik ini tidak ada bukti empiris apapun yang bisa memberi kesimpulan pasti tentang eksistensi tuhan. Tapi itu bukan alasan bagi banyak orang untuk mengingkari keberadaan tuhan. Iman itu cuman urusan angan doang kok. Siapapun anda tidak perlu repot-repot berlogika ataupun berinspirasi kalau hanya untuk mengimani tuhan. Cukup meng-iya-kan apa kata orang tentang keberadaan tuhan, maka anda sudah menjadi seorang beriman (syarat dan ketentuan berlaku). Itulah yang disebut "iman-katanya". Di negeri tercinta Indonesia ini, 99,99% penghuninya adalah pemuja tuhan-katanya. Tapi tidak perlu khawatir sodara-sodara, semuanya pasti dapat jatah masuk surga kok. Tuhan itu kan maha pengampun, pemurah, pengasih, penyayang, dll. Pokoknya neraka itu dijamin sepi, dah!

Orang bilang, iman itu tidak butuh pembuktian. Iman itu urusan hati, bukan urusan otak. Itulah kenapa hingga hari ini banyak agama tetap eksis meskipun sudah berusia ribuan tahun. Agama telah berhasil membodohi para pengikut naifnya yang selalu bersikap sami'na wa ato'na (membudak / yes man). Mereka tidak punya inisiatif apapun untuk mengkritisi fakta sesungguhnya tentang kebenaran agama. Mereka hanya tahu bahwa agama adalah ajaran dari tuhan yang tidak perlu dipertanyakan. Sedikitpun tak pernah terlintas dalam pikiran mereka untuk meragukan bualan segelintir 'manusia suci' masa lalu yang mengaku sebagai utusan tuhan. (Mau tahu wajah asli ajaran agama yang anda imani selama ini? Silahan kunjungi merekadisini).

Anggap saja tuhan dan ajaran kebenarannya itu betul adanya. Lalu kita umpamakan kebenaran itu sebagai seekor gajah. Sementara, manusia adalah sekumpulan orang buta yang mencoba mendefinisikan bentuk seekor gajah tersebut melalui keyakinannya masing-masing. Saat setiap kelompok manusia buta itu memegang bagian tubuh gajah yang berbeda, kebenaran pun diterjemahkan secara berbeda pula antara kelompok orang yang satu dengan yang lainnya. Itulah kenapa kemudian ada banyak agama di dunia ini. Dan kredibilitasnya pun tentu akan sangat diragukan, karena tidak ada satupun kelompok agama yang mampu meraba kebenaran tuhan secara utuh. Bukannya menyadari keterbatasan sudut pandangnya yang sempit tentang kebenaran ilahi, manusia malah saling mengkafirkan satu sama lain dan menganggap hanya komunitasnyalah sebagai kelompok pemuja tuhan yang paling benar. Ketika klaim kebenaran parsial itu diimani secara fanatik, maka iblis pencabut nyawalah yang kemudian muncul. Anda tentu kenal baik dengan ISIS, kelompok agama garis keras yang lebih pantas menjadi anjing neraka daripada menjadi penghuni surga. Dengan atas nama tuhan, mereka berteriak lantang bahwa bermain-main dengan nyawa manusia adalah bagian dari pengabdian kepada tuhan!

Adakah yang salah dengan orang-orang ISIS? Haruskah mereka dimusuhi atau ditangkap satu per satu kemudian dikuliti hidup-hidup biar mereka tahu betapa sakitnya meregang nyawa? Kitab suci apakah yang mereka baca sehingga untaian ayat-ayatnya bagaikan pedang terhunus? Surga mana yang mereka tuju sehingga harus dijembatani dengan penggalan kepala orang-orang tak berdosa? Tuhan mana yang mereka imani sehingga tindakan saling membunuh sesama manusia adalah perbuatan terpuji? Siapapun anda, pasti tidak akan mudah untuk percaya bahwa tragedi itu benar-benar pernah/sedang terjadi di muka bumi ini.

Salah memang, tapi kesalahan itu tidak harus ditudingkan sepenuhnya kepada orang-orang ISIS. Mereka lebih sebagai korban daripada sebagai inisiator. Mereka lebih layak untuk ditolong daripada dimusuhi. Mereka hanyalah sekumpulan manusia cacat (tidak punya hati nurani) yang telah menjadi korban dari sebuah doktrin kepercayaan kuno. Mereka tidak tahu menahu (tidak mau bertanggungjawab) soal prilaku biadabnya terhadap sesama manusia. Mereka hanya melakukan apa yang kitab suci mereka inginkan. Mereka hanya copy paste perjuangan seorang trendsetter 'utusan tuhan' yang menjadi tokoh idolanya dan sama brutalnya pada sekitar 1500 tahun yang lalu saat pertama kali ajarannya disebarluaskan.

Terlepas dari apakah ajaran itu manusiawi atau tidak, yang pasti masih ada bermilyar manusia lainnya diluar ISIS (mungkin termasuk anda) yang juga tunduk patuh pada ajaran tersebut. Itu artinya masih ada banyak pengikut lain yang juga membaca dan mempelajari satu sumber cerita yang sama. Kalau kemudian mereka mengekspresikan pemahamannya dengan cara yang beragam, hal itu mungkin tergantung dari sejauh mana mereka mengenal dan menganggap penting agama serta mau menerima segala konsekuensi aturan main yang tertuang di dalamnya. Bagi pemeluk agama keturunan atau sekedar ikut-ikutan, mungkin tak ada hal penting lain dari agama selain melakukan rutinitas pemujaan kepada tuhan yang membosankan. Merasa cukup sampai disitu dengan jaminan surga di tangan, ia sama sekali tidak tertarik lagi untuk mempelajari agama lebih mendalam. Cukup menyimak mulut manis para penceramah dan percaya begitu saja apapun bualan mereka. Baginya mungkin agama itu hanya sebagai bagian pelengkap gaya hidup, bukan lagi sebagai pembimbing tujuan hidup.

Tapi tidak dengan yang lain. Orang-orang ISIS mungkin tidak selugu itu dalam memahami agama. Agama bukan semata sebagai sarana pemujaan kepada tuhan. Lebih dari itu, agama juga harus bisa membumi dan mengejawantah dalam setiap sisi kehidupan termasuk dalam urusan berbangsa dan bernegara. Untuk mendirikan sebuah sistem negara berdaulat yang berbasis agama, memang bukanlah perkara mudah. Terlebih dengan cara merampas kedaulatan bangsa lain. Dan ketika itu dipaksakan, cara barbar pun kemudian menjadi pilihan satu-satunya. Dengan dalih menegakkan sebagian syariat agama, mereka halalkan segala cara meskipun diluar prilaku waras seorang manusia.

Lain lagi dengan kelompok manusia yang menyikapi agama secara moderat. Mereka adalah orang yang tahu banyak tentang agama dan bahkan merekapun paham betul dengan visi-misinya geng pemburu surga garis keras seperti ISIS, tapi mereka menolak mentah-mentah segala bentuk perjuangan brutal sekalipun itu mungkin bagian dari perintah tuhan. Mereka kenal baik dengan detail agama tapi nuraninya tidak bisa menerima ajaran itu seutuhnya disaat ia harus mengingkari hak hidup orang lain diluar kelompoknya.

Pertanyaannya: betulkah agama ajaran dari tuhan??? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun