Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan featured

Long Covid: Apakah Benar Ada Kata Sembuh untuk Penderita Covid-19?

1 September 2020   21:22 Diperbarui: 29 Agustus 2021   06:45 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waspada long covid-19! Tetap gunakan masker dan patuhi protokol kesehatan meski telah dinyatakan sembuh. Sumber: Freepik/Prostooleh via Kompas.com

Virus SARS CoV-2 ternyata membawa banyak kejutan bagi penduduk dunia. Kemunculannya di awal tahun 2020 dikenali dengan timbulnya gejala pada saluran pernapasan, membuat media memberitakannya sebagai wabah pneumonia misterius.  Pada akhirnya pneumonia ini kita kenal sebagai COVID-19.

Penyakit ini ternyata memiliki berbagai gejala walaupun gejala pernapasan masih yang paling dominan ditemukan. Gejala cardiovascular, gejala pada saluran pencernaan, bahkan gejala mirip dengan stroke juga pernah dilaporkan sebagai gejala yang muncul pada penderita COVID-19. 

Tingkat keparahan yang ditimbulkan oleh penyakit ini bervariasi. Orang dengan penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, penyakit pada saluran pernapasan dikhawatirkan akan mengalami infeksi yang lebih buruk. Selain itu faktor usia juga merupakan salah satu penentu tingkat keparahan. 

Orang dengan usia dibawah 45 tahun dianggap cenderung mengalami infeksi ringan dan bahkan tidak perlu sampai dirawat di rumah sakit. Anak-anak bahkan dinyatakan nyaris kebal pada infeksi ini. 

Meskipun di Indonesia Ikatan Dokter Anak menyatakan sebaliknya. Kepulangan pasien sembuh pertama di Indonesia bahkan diiringi oleh seremoni oleh pejabat negara, menguatkan pendapat bahwa penyakit ini tidak seberbahaya yang diberitakan media. Hingga saat ini tingkat kesembuhan di Indonesia dianggap cukup baik dan selalu dibandingkan dengan negara-negara lain.

Ternyata COVID-19 memberikan kejutan baru bagi semua, terutama para penyintasnya.

Swab negatif ternyata tidak menjamin pada penderita COVID-19 pulih sepenuhnya. Memang telah ada penelitian sebelumya bahwa paru-paru penderita tidak akan bisa pulih seperti semula terutama untuk penderita yang sempat harus menggunakan alat bantu pernapasan.

Berbagai Gejala Long Covid (Sumber : www.longcovid.org/stories)
Berbagai Gejala Long Covid (Sumber : www.longcovid.org/stories)

Covid symptom Study menemukan bahwa rata-rata penderita sembuh setelah menjalani pengobatan selama dua minggu, tetapi banyak diantaranya yang masih merasakan gejala hingga berbulan-bulan lamanya.

Penderita yang telah dipulangkan ke dari tempat perawatan masih merasakan kondisi tubuh yang lemah, sakit kepala, mual, batuk, anosmia, sakit pada bagian tenggorokan, dan nyeri dada beberapa bulan setelah dinyatakan bersih dari virus. Fenomena yang dialami oleh para penyintas ini sekarang dikenal sebagai "Long Covid".

Professor Tim Spector dari King's College London yang memimpin studi mengenai gejala COVID-19 menyatakan bahwa semakin lama penyakit ini dipelajari, semakin banyak keanehan yang muncul. 

Penelitian Angelo Carfi menemukan bahwa di Italia hanya 12,6% yang sama sekali tidak merasakan gejala setelah perawatan, 87% lainnya mengeluhkan gejala yang beragam bervariasi antara dua hingga tiga gejala yang bertahan selama berminggu-minggu. 

Gejala yang umum adalah kelelahan yang tidak hilang meskipun istirahat (fatigue) dirasakan 55,1%, sesak napas (43,4%), nyeri sendi (27,3%), dan nyeri dada (21,7%). Penurunan kualitas hidup juga dirasakan oleh partisipan dalam penelitian tersebut.

Ilustrasi Long Covidoleh Bruno Foret (Sumber : https://www.longcovidsos.org/ )
Ilustrasi Long Covidoleh Bruno Foret (Sumber : https://www.longcovidsos.org/ )

Fenomena ini semakin lama semakin banyak dilaporkan. Long Covid semakin banyak muncul di mesin pencari, dan beberapa grup penyintas juga dibuat untuk berbagi pengalaman. 

Saya sendiri mulai mengamati fenomena ini karena mengikuti akun twitter seseorang bernama Juno dengan akun @jtuvanyx . Saya mengikuti akun ini karena sejak awal dinyatakan positif dan diisolasi di wisma atlit, pemilik akun ini selalu memberikan update mengenai kondisi harian dan gejala yang dialami secara detil. 

Pemilik akun ini bahkan segera setelah dinyatakan negatif Covid (berdasarkan swab), langsung mencari perawatan atas gejala-gejala yang dirasakan dan awalnya hanya dianggap sebagai gejala psikomatis oleh dokter yang didatanginya. 

Tetapi seiring dengan kegigihannya bersuara di media sosial, beberapa akun yang dimiliki oleh dokter juga semakin sering memberikan informasi mengenai kondisi ini. Saat saya menghubungi Mas Juno melalui DM twitter untuk meminta ijin menyebutkan namanya dalam tulisan ini, beliau dengan senang hati menceritakan bahwa beliau dan para penyintas yang tergabung dalam kelompok "Long COVID SOS" telah mengadakan pertemuan secara virtual dengan Dr.Tedros Adhanom Ghebreyesus dari WHO. Hasil pertemuan mereka sudah disampaikan ke publik oleh WHO. Para penyintas mengharapkan 3R yaitu Recognition (pengakuan), Rehabilitasi (pemulihan kesehatan), dan Research (penelitian) terhadap long covid ini. Pernyataan dan sikap WHO selengkapnya dapat dilihat pada release di sosial media twitter WHO atau pada video briefing mengenai long covid pada tanggal 21 Agustus 2020

Di Indonesia juga sudah mulai banyak yang berbicara mengenai kondisi Long Covid ini dan membentuk grup untuk saling sharing seperti di luar negeri. Suara penyintas yang mengeluhkan kondisi mereka pasca dinyatakan sembuh semoga semakin didengar. Bagi yang ingin bergabung untuk berbagi mengenai gejala yang dialami atau mencari dukungan sesama penyintas, bisa bergabung di Facebook COVID SURVIVOR INDONESIA.

Monitoring penyintas secara rutin mungkin akan banyak memberikan informasi tentang bagaimana COVID-19 ini mempengaruhi status kesehatan mereka, dan memberikan gambaran apa yang terjadi jika banyak penduduk yang mengalami efek jangka panjang seperti ini. Di Amerika sudah ada klinik khusus untuk membantu pada penyintas ini yang disebut Post-Covid-19 clinic.

 Informasi yang bagus mengenai long covid yang disebarkan kepada masyarakat mungkin dapat menaikkan tingkat kewaspadaan karena ternyata meskipun tingkat kesembuhannya tinggi, banyak yang tidak sepenuhnya pulih total. Masih ada yang harus dikhawatirkan dari sekedar swab yang tidak kunjung negatif.

Kira-kira apa yang menjadi efek jangka panjang dari long covid ini bagi penderita dan negara kita?

Bagi penderita sendiri, tentu mereka mengalami kendala dan keterbatasan beraktivitas seperti dulu. Merasakan kelelahan terus menerus, pusing, mual, nyeri pada sendi, dan berbagai keluhan lain tentu membuat mereka tidak optimal dalam berkegiatan. Tidak sedikit diantara penyintas yang akhirnya hanya bisa berbaring berhari-hari setelah kembali dari tempat perawatan.

Bagi negara, terutama bagi sistem kesehatan, mereka yang memiliki keluhan dan merasa sakit tidak menutup kemungkinan akan kembali berusaha mencari pengobatan medis. 

Dengan diagnosa yang tidak bisa ditegakkan karena pemeriksaan detail bahkan tidak memberikan jawaban, tentu pengobatan akan dilakukan secara simptomatis. Hilang satu gejala, muncul gejala lain, pemberian terapi yang tidak optimal mungkin akan memberikan beban pada sistem jaminan kesehatan kita yang sekarang saja sudah defisit.

Banyak hal yang belum diketahui bagaimana COVID-19 mempengaruhi penderitanya. Jika gejala ini berlanjut tentu produktivitas penyintas juga akan terganggu. 

Pemerintah saat ini terlihat berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi, dan terkadang terkesan mengabaikan protokol kesehatan yang seharusnya, tetapi, apa yang bisa diharapkan dari sekelompok orang yang sakit?

Mengingatkan bahwa kebanyakan penderita COVID-19 sembuh dengan cepat dan dapat kembali ke rumah merupakan hal yang penting untuk menurunkan kepanikan, dan mencegah masyarakat menutupi gejala yang dialami saat mendatangi fasilitas kesehatan. 

Tetapi, kemungkinan bahwa COVID-19 ini dapat menyebabkan penderita merasakan gejala yang berkepanjangan membuat pencegahan penularan dengan cara beraktivitas dengan menggunakan masker, menghindari kerumunan, menjaga kebersihan diri (PHBS), dan menjaga imunitas merupakan prioritas yang harusnya secara berulang-ulang ditanamkan kepada masyarakat kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun