Multimedia mempunyai tujuan untuk dapat menyajikan cerita dengan menarik dan informatif. Informasi yang diberikan pun bersifat saling melengkapi dan tidak mengulang.
Deuze (dalam Widodo, 2020) memberikan dua langkah untuk mendefinisikan multimedia dalam jurnalisme:
- Presentasi paket berita di website yang menggunakan minimal dua format media seperi kata-kata secara lisan maupun tertulis, musik, gambar diam atau bergerak, animasi grafis, elemen interaktif dan hypertext
- Presentasi paket berita dengan berbagai media yang terintegrasi, seperti website, email, SMS, MMS, usenet newsgroup, radio, televisi, koran, dan majalah vetak.
Kedua definisi tersebut dipahami sebagai 'Convergence continuum' yang diasumsikan bahwa cepat atau lambat semua media akan bergerak menuju satu tahapan dengan adanya integrasi bagian-bagian berbeda (seperti audio, teks, video, gambar, grafis) dalam proses produksi berita.
Jurnalisme Multimedia menuntut keterampilan untuk dapat menerapkan semua lini proses produksi berita mulai dari news gathering, news processing. hingga news presenting. Jurnalis Multimedia tidak hanya menulis saja, namun harus bisa mengambil gambar dengan kamera dan mengedit video (Hasfi, 2014).
Perbedaan Jurnalisme Online dan Jurnalisme Multimedia
Perbedaan mendasar dari Jurnalisme Online dan Jurnalisme Multimedia terletak pada bentuk penyajian beritanya.
Jurnalisme Online adalah segala informasi yang selama dapat diakses dengan menggunakan internet maka dapat disebut jurnalisme online. Penyajian beritanya berisikan teks yang kemudian diberi gambar atau video pendukung, namun disajikan terpisah-pisah.
Contoh penggunaan jurnalisme online adalah portal berita online Detik.com.
Sedangkan, Jurnalisme Multimedia memberikan konten dengan menggunakan minimal tiga media berupa gambar, audio, teks, video, dan infografis. Media-media tersebut menjadi satu kesatuan dan tidak mengulang. Di sini, audiens dapat membaca, menonton, dan mendengar secara bersamaan.
Contoh jurnalisme multimedia terdapat dalam VIK Kompas.
