Kisah ini jauh lebih dari sekadar dongeng biasa. Ia adalah babak kelam dalam sejarah lisan Sumatra, tempat kecantikan seorang putri berujung pada pertumpahan darah yang hebat.Â
Putri Hijau, namanya abadi dalam legenda Melayu Deli dan Aceh, menjadi simbol betapa berharganya kehormatan dan betapa dahsyatnya hasrat kekuasaan.Â
Kisahnya terjalin kuat, meninggalkan jejak fisik berupa artefak yang menjadi bukti bisu dari sebuah tragedi besar.
Cahaya Mistik di Istana Deli Tua
Dahulu kala, di wilayah Deli Tua (kini masuk wilayah Sumatera Utara), hiduplah seorang putri dari kerajaan kecil yang kecantikannya tiada tandingan. Dia adalah Putri Hijau. Keelokannya tidak hanya bersifat fisik.Â
Konon, karena kesucian dan laku spiritualnya, tubuh sang putri sering memancarkan cahaya kehijauan yang lembut, terutama saat ia berada di taman istana pada waktu senja.Â
Fenomena inilah yang mengabadikan namanya (sumber: Legenda Putri Hijau: Antara Mitos dan Sejarah, 2018).
Putri Hijau tinggal bersama dua saudara laki-lakinya yang sangat menyayanginya, yaitu Mambang Yazid dan Mambang Khayali.Â
Setelah wafatnya raja, kedua abangnyalah yang memimpin kerajaan dan menjadi pelindung utama sang putri. Mereka berdua dikenal sebagai pemuda yang gagah berani dan memiliki ilmu kesaktian yang tinggi.
Kasih sayang yang tulus dari kedua abangnya membuat Putri Hijau hidup damai, jauh dari kesedihan. Kerajaan Deli Tua berjalan tenteram di bawah lindungan para pendekar ini.