Ketika Lidah Menemukan yang Baru
Suatu waktu, saya menemukan rasa lain yang membuat lidah saya jatuh cinta: DWK Coffee Robusta Lampung, produksi UMKM Dapur Way Kanan (DWK). Kopi ini saya dapat dari Mbak Halimatus Sa'diyah yang merupakan owner dari DWK. Dari kemasannya saja sudah menarik perhatian, apalagi aromanya, bueeh... langsung membangunkan indera.
DWK Coffee punya karakter kuat, tapi halus di tenggorokan. Tidak banyak ampas, tidak asam, dan yang paling penting nyaman di lambung. Rasanya pekat, tapi bersih. Bagi penikmat kopi hitam tanpa gula seperti saya, ini semacam hadiah kecil yang jarang ditemui dari produk kopi sachet.
Waktu itu saya langsung beli enam bungkus ukuran 250 gram. Maklum, saya sedang merantau di Jawa, jadi sekalian buat stok. Sebagian bungkusnya malah saya jadikan oleh-oleh untuk sohib saya di majelis, kebetulan juga tetangga dekat. Rasanya ingin berbagi kenikmatan kopi lokal yang menurut saya begitu istimewa, karena jarang ada racikan sederhana yang bisa menyentuh lidah sebaik itu.
Sayangnya, lokasi UMKM-nya cukup jauh dari tempat tinggal saya. Setelah persediaan habis, saya belum sempat pesan lagi. Apalagi sekarang saya sering mendapat kiriman kopi dari teman literasi di Jawa - kopi khas Garut yang juga punya karakter kuat dan aroma yang menggoda.
Meski begitu, dalam diam, saya masih ingat betul rasa DWK Coffee itu: rasa yang sederhana, tapi istimewa. Suatu waktu nanti, ketika saya kembali berkunjung ke Way Kanan, saya pasti akan membeli lagi kopi itu, sebagai cara kecil untuk pulang lewat rasa yang tak tergantikan.
Saya percaya bahwa banyak kopi lokal yang sebenarnya punya mutu luar biasa. Hanya saja, mereka belum banyak dikenal karena keterbatasan distribusi atau promosi. Padahal, di setiap racikan mereka tersimpan kerja keras, cinta, dan cita rasa yang autentik.
Secangkir Pahit, Segelas Makna
Setiap orang punya alasan sendiri untuk memilih kopi favoritnya. Ada yang memilih karena harga, ada yang karena rasa, dan ada juga karena kenangan di baliknya. Saya termasuk yang terakhir, karena setiap tegukan kopi seakan membawa pulang ingatan.
Kopi bukan cuma tentang kafein yang membangunkan, tapi juga tentang ruang hening yang memberi kita jeda dari riuhnya hari. Ia adalah teman diam yang tahu kapan harus hadir tanpa banyak bicara.