Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebuah Momen Langka: Duduk di Majelis Habib Umar bin Hafidz

16 September 2025   19:19 Diperbarui: 16 September 2025   19:58 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doa bersama setelah ngaji (dars) subuh yang dipimpin oleh Habib Umar bin Salim bin Hafidz di Masjid Istiqlal Jakarta. (Dokpri/Cendekia@2023)

Selepas tabligh akbar, saya memilih bermalam di masjid agar bisa mengikuti shalat subuh keesokan harinya. Fajar perlahan menyelinap ke dalam ruangan yang hening. Saya mendapat tempat duduk di shaff ketiga dari barisan VIP, cukup dekat untuk melihat wajah Habib Umar yang memimpin jamaah.

Habib Umar bin Hafidz saat mengisi kajian Ngaji (Dars) Subuh di Masjid Istiqlal Jakarta. (Dokpri/Cendekia@2023)
Habib Umar bin Hafidz saat mengisi kajian Ngaji (Dars) Subuh di Masjid Istiqlal Jakarta. (Dokpri/Cendekia@2023)

Setelah shalat, suasana tiba-tiba menjadi haru: seorang pria melangkah maju untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia menyatakan diri untuk memeluk agama Islam - Habib Umar membimbingnya dengan suara lembut, sementara jamaah menyimak dengan mata basah.

Di bawah cahaya subuh yang lembut, momen itu terasa seperti saksi bahwa hidayah bisa datang kapan saja, kepada siapa saja, dengan cara yang penuh kasih. Saya merinding menyaksikannya - sebuah pengingat bahwa majelis ilmu bukan hanya tempat mendengar nasihat, melainkan juga ladang bagi jiwa-jiwa baru yang mencari jalan pulang.

Perjalanan itu tak berhenti di Istiqlal. Sehari sebelumnya saya sempat menghadiri haul Habib Abu Bakar bin Salim di Cidodol, juga berziarah ke Keramat Empang Bogor. Setelah tabligh akbar, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi makam Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi di Kwitang. Makam yang sederhana itu, berdiri tenang di tengah riuh kota, mengingatkan bahwa jejak kebaikan akan selalu lebih abadi daripada gemerlap dunia.

Jika saya menoleh ke belakang, ada satu benang merah dari seluruh perjalanan itu: niat yang tulus akan menemukan jalannya, bahkan ketika awalnya tampak mustahil. Dari rezeki tak terduga yang membiayai perjalanan, hingga kesempatan duduk di majelis ilmu dan menyaksikan seseorang menemukan cahaya imannya - semuanya menjadi pengingat bahwa keberkahan sering datang ketika hati mantap melangkah.

Dan tahun ini, kabarnya Habib Umar akan kembali safari dakwah ke Indonesia pada bulan Oktober. Dimulai dari Solo, lalu ke Jakarta dengan tabligh akbar yang rencananya akan digelar di Monumen Nasional (Monas) pada 17 Oktober. Semoga Allah kembali mengizinkan saya dan siapa saja yang merindukan suasana itu untuk hadir, duduk, dan menyerap hikmah dari majelis beliau. Aamiin.

Dari pengalaman itu saya belajar, momen berharga tak selalu hadir dalam bentuk kejutan besar atau kemewahan. Kadang ia tersembunyi di antara detik-detik sederhana: di tengah lautan jamaah yang berdiri penuh cinta, dalam lantunan shalawat yang mengguncang hati dan jiwa atau dalam bisikan lembut seorang guru yang menuntun seseorang ke jalan cahaya.

Mungkin itulah yang disebut one in a million moment - anugerah yang tidak bisa dipaksa, namun dapat dijemput dengan niat baik dan langkah yang tulus. Dan ketika ia datang, yang perlu kita lakukan hanyalah hadir sepenuh jiwa, mensyukuri setiap detiknya, karena keberkahan sering menyelinap di sela-sela waktu yang kita hargai dengan sepenuh hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun