Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Membongkar Anggaran Pulang-Pergi Kerja: Pengeluaran yang Sering Terlupa

8 Agustus 2025   09:14 Diperbarui: 8 Agustus 2025   09:14 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angka ini baru sebatas biaya operasional harian yang terlihat. Kita belum memasukkan "biaya tak terduga" yang menjadi sahabat karib pengendara motor: ban bocor yang menuntut ongkos tambal, ganti oli rutin bulanan, atau bahkan servis ringan lainnya yang jika dirata-ratakan bisa menambah Rp100.000 - Rp200.000 per bulan.

Jadi, total pengeluaran bulanan untuk transportasi dan segala pernak-perniknya bisa dengan mudah menyentuh Rp1.100.000 hingga Rp1.200.000.

Sekarang, mari kita sandingkan dengan pendapatan. Dengan pendapatan bulanan di kisaran Rp4.000.000 hingga Rp5.000.000, pengeluaran sebesar Rp1,2 juta itu berarti memakan sekitar 24% hingga 30% dari total gaji. Ternyata, mitos pengeluaran transportasi yang bisa menyentuh sepertiga gaji itu bukan isapan jempol belaka, setidaknya untuk kasus saya saat pendapatan berada di batas bawah.

Dampak pada Pos Keuangan dan Strategi Bertahan

Tentu saja, angka sebesar itu sangat berdampak. Alokasi yang seharusnya bisa menjadi tabungan darurat, investasi masa depan, atau bahkan dana untuk rekreasi, harus rela tergerus oleh kebutuhan di jalan. Ini menciptakan tekanan psikologis tersendiri. Setiap kali melihat jarum indikator bensin mendekati huruf 'E', ada sedikit rasa was-was. Setiap kali tergoda jajan, ada bisikan kecil tentang target tabungan.

Namun, mengeluh saja tidak akan mengubah keadaan. Saya sadar harus ada strategi tambahan untuk bisa bertahan dan tetap waras secara finansial:

  • Optimalisasi Rute Harian: Sebelum berangkat, saya mulai membiasakan diri untuk melihat peta dan menyusun urutan lokasi yang akan didatangi. Saya mengelompokkan rumah-rumah yang berdekatan untuk dikunjungi di hari yang sama. Tujuannya sederhana: meminimalisir jarak tempuh dan menghindari rute bolak-balik yang boros bensin.
  • Gaya Berkendara ‘Eco-Riding’: Menjaga kecepatan konstan dan menghindari akselerasi atau pengereman mendadak terbukti sedikit membantu menghemat bahan bakar. Ini adalah perubahan kecil dengan dampak yang terasa dalam jangka panjang.
  • Disiplin Anggaran ‘Jajan’: Alih-alih jajan impulsif, saya mencoba menetapkan bujet mingguan untuk "hadiah kecil" ini. Misalnya, maksimal Rp50.000 seminggu. Jika sudah tercapai, hari berikutnya harus lebih kuat menahan godaan.
  • Dana Darurat Kendaraan: Saya menyisihkan pos khusus "dana servis" setiap bulan. Jadi, ketika ada kerusakan atau kebutuhan perawatan, saya tidak perlu mengganggu pos keuangan lainnya. Ini mengurangi stres saat terjadi hal-hal tak terduga.

Kisah ini adalah cerminan dari realita banyak pekerja lapangan yang bergantung pada kendaraan pribadi. Angka-angka yang saya paparkan bukan sekadar statistik, melainkan pengingat bahwa biaya perjalanan harian bisa menjadi beban signifikan jika tidak dikelola dengan baik.

Penting bagi kita untuk melihat pengeluaran ini sebagai investasi pada pekerjaan kita, bukan sekadar biaya yang hilang. Dengan strategi yang tepat, kita bisa mengubah tantangan ini menjadi peluang untuk hidup lebih hemat dan merdeka secara finansial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun