Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pak Kusnanto dan Jalan Panjang Khidmah di Nahdlatul Ulama

2 Agustus 2025   14:02 Diperbarui: 2 Agustus 2025   14:02 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu kisah yang tak pernah ia lupakan. Suatu malam di kantor PBNU, saat ia sendirian merapikan ruangan, tiba-tiba ia merasa seperti ada yang menepuk pundaknya. Bukan rasa takut yang muncul, tapi damai dan tenang. Dalam hati, ia merasa itu adalah bentuk dukungan dari para muassis NU, bahkan ia meyakini sentuhan itu berasal dari K.H. Hasyim Asy’ari. Pengalaman itu menjadi sumber kekuatan baginya untuk terus berkhidmat.

Selain itu, dorongan semangat dari para kiai sepuh PBNU yang penuh kasih sayang dan kesederhanaan membuatnya mantap melangkah. Terutama K.H. Miftachul Akhyar, Rais 'Aam PBNU - membuatnya mantap melangkah. Dari mereka, ia belajar tentang kesederhanaan, kasih sayang, dan bagaimana memimpin dengan hati.

Kedekatannya dengan Kiai Miftach menjadi salah satu anugerah terbesar dalam perjalanan hidupnya. Bagi Pak Kus, Kiai Miftach bukan hanya pemimpin, tapi guru kehidupan. Ia melihat sendiri bagaimana sang kiai bersikap rendah hati kepada siapa pun, peduli pada keluarga, dan tak segan membantu orang lain. Keteladanan inilah yang ia bawa pulang ke rumah, menjadi pedoman dalam mendidik anak-anaknya.

Tahun 2023 menjadi tahun istimewa. Allah memberinya kesempatan menunaikan ibadah haji. Perjalanan itu menjadi momen puncak spiritualnya, memperkuat tekad untuk terus mengabdi di jalan NU. Di hadapan Ka’bah, ia tak lupa mendoakan para ulama, keluarganya, dan semua yang pernah membantunya dalam pengabdian ini.

Pesan untuk Generasi Muda

Bagi generasi muda, khususnya generasi muda NU, Pak Kus punya pesan sederhana tapi dalam: “Bertahanlah. Istiqamah di jalan pengabdian. Ini bukan soal besar kecilnya peran, tapi soal keikhlasan hati. Pengabdian adalah jihad di jalan Allah.”

Ia percaya, NU bisa terus kokoh karena ada banyak orang yang bekerja diam-diam, menjaga dan melayani, tanpa berharap dikenal. Setiap senyum yang ia berikan, setiap langkah yang ia ambil, semuanya ia niatkan sebagai ibadah.

Kisah Pak Kus mengajarkan bahwa pengabdian sejati tidak selalu menuntut sorotan. Banyak pahlawan tanpa tanda jasa yang menjadi penopang utama organisasi besar seperti NU, bekerja senyap di balik layar namun memberi dampak besar.

Ia juga menunjukkan betapa dukungan keluarga adalah bahan bakar utama dalam pengabdian; tanpa doa dan restu orang terdekat, sulit rasanya bertahan di jalan panjang ini. Kesederhanaan yang ia jalani justru melahirkan kelapangan hati, sebab ketenangan hidup bukan berasal dari harta, melainkan dari rasa syukur yang senantiasa dijaga.

Dan yang tak kalah penting, ia membuktikan bahwa spiritualitas dan pekerjaan dapat berjalan beriringan; pengalaman batin yang ia alami menjadi sumber kekuatan untuk menjaga langkahnya tetap lurus di jalan pengabdian.

Bagi saya pribadi, kisah Pak Kus adalah pengingat bahwa di balik gemerlap nama besar sebuah organisasi, selalu ada sosok-sosok yang tak pernah disebut dalam pidato atau terpampang di spanduk. Mereka bekerja dalam senyap, namun justru menjadi alasan roda perjuangan tetap berputar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun