Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Uang Suami Itu Uang Istri, Uang Istri? Ya, Uang Istri - Refleksi Finansial dari yang Masih Lajang

9 Juli 2025   19:40 Diperbarui: 9 Juli 2025   18:41 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan suami-istri memegang uang bersama, simbol kerja sama dalam mengatur keuangan rumah tangga. (Sumber: Freepik.)

1. Model Tradisional

Suami sebagai pencari nafkah utama, istri mengatur pengeluaran. Penghasilan istri (jika ada) dianggap “tabungan” atau milik pribadi.

Cocok jika peran gender dalam rumah tangga disepakati sejak awal. Tapi bisa menimbulkan ketimpangan jika salah satu merasa terbebani lebih banyak.

2  Model Modern

Kedua pasangan bekerja, lalu menggabungkan seluruh penghasilan ke satu rekening bersama.

Transparansi dan kesetaraan jadi nilai utama. Tapi butuh kedewasaan tinggi untuk menyatukan dua pola pikir finansial yang mungkin berbeda sejak kecil.

3. Model Hybrid

Masing-masing punya rekening pribadi, tapi juga ada rekening bersama untuk kebutuhan rumah tangga.

Fleksibel dan realistis, terutama untuk pasangan yang sama-sama bekerja. Tapi harus ada kejelasan proporsi kontribusi agar tidak memicu konflik.

Tak ada satu model pun yang “paling benar”. Yang terpenting adalah: duduk bersama, ngobrol, dan membuat kesepakatan yang adil bagi kedua pihak.

Budaya Kita Kadang Menyisakan Beban

Dalam budaya Indonesia, terutama di beberapa daerah, laki-laki masih dipandang sebagai “kepala keluarga” yang wajib menanggung seluruh kebutuhan. Sementara perempuan meskipun bekerja, sering kali tetap dianggap “hanya membantu”.

Padahal kenyataannya kini berubah. Banyak istri yang justru berpenghasilan lebih tinggi, atau lebih stabil secara finansial. Tapi jika mentalitas lama masih melekat, sering kali peran istri dalam keuangan tidak dihargai secara setara.

Ini bukan soal siapa yang lebih banyak menghasilkan, tapi bagaimana peran dan kontribusi masing-masing dihargai secara adil. Karena dalam rumah tangga, logika bukan soal menang-kalah, tapi soal tumbuh bersama.

Saya Masih Sendiri, Tapi Boleh Belajar

Sebagai orang yang belum menikah, saya tidak ingin berlagak tahu segalanya. Tapi saya juga percaya: lebih baik belajar sebelum terjun, daripada tenggelam karena tak siap.

Saya melihat bahwa komunikasi keuangan bukan hal yang bisa ditunda sampai setelah menikah. Justru pembicaraan itu harus dimulai sejak masa pendekatan. Bukan dalam bentuk tanya gaji berapa, tapi obrolan tentang visi hidup, gaya hidup yang diinginkan, cara menyimpan dan mengelola uang, hingga pandangan tentang utang, tabungan, dan investasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun