Uniknya, justru di tengah kecanggihan ini kita butuh uzlah digital: jeda, menyepi, untuk kembali mendengar suara batin yang sering tenggelam di antara notifikasi dan DM spam.
Melakukan kebaikan nggak harus viral dulu. Bantu ibu angkat galon, dengerin teman curhat tanpa buka HP, atau sekadar nahan komentar julid di medsos - semua itu bentuk kebaikan yang sesuai kapasitas.
Dr. Faiz mengingatkan: jangan sampai kita melakukan kebaikan hanya karena ikut-ikutan. Kebaikan yang sejati lahir dari kesadaran, bukan tekanan. Bahkan, tidak semua orang harus jadi superhero; kadang, cukup jadi manusia yang tidak menyakiti sudah luar biasa.
Hidup ini bukan soal "jadi siapa", tapi "terus jadi lebih baik". Proses becoming itu seperti update aplikasi - nggak langsung sempurna, tapi terus ada perbaikan. Selama kita tahu tujuan dan tetap jujur pada diri sendiri, maka meski jalannya pelan, arahnya tetap benar.
Ngaji bareng Dr. Faiz bukan sekadar menambah wawasan, tapi ngajak kita bercermin. Di tengah dunia yang serba cepat, hidup yang otentik justru jadi langka dan mahal. Maka yuk, sebelum dikuasai algoritma dan dikalahkan tren, kita duduk sebentar, tarik napas, dan bertanya: "Aku ini siapa, dan mau ke mana?"
Karena pada akhirnya, hidup bukan tentang jadi sempurna, tapi tetap menjadi manusia - dengan arah, dengan makna, dan dengan cinta yang tulus kepada kebaikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI