: Kisah Inspiratif Pak Mansur dari Tambun Selatan, Bekasi
Ketika hidup menantang dan dunia terasa berat, seringkali yang tersisa hanyalah keyakinan dalam hati dan keteguhan untuk bertahan. Kisah Pak Mansur, seorang warga biasa dari Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat adalah bukti nyata bahwa impian, sekeras apapun realita menggempur, tetap bisa tumbuh dan berbuah indah. Dengan kesabaran, keteguhan hati, dan ketulusan beribadah, ia menempuh perjalanan spiritual yang akhirnya membawanya ke tanah suci. Sebuah kisah yang bukan hanya menginspirasi, tetapi juga menggugah dan membesarkan harapan siapa pun yang tengah berjuang meraih mimpinya - termasuk saya.
Tahun 1998 menjadi titik balik kehidupan banyak orang. Krisis moneter meluluhlantakkan ekonomi nasional, dan Pak Mansur menjadi salah satu korbannya. Ia kehilangan pekerjaannya setelah pabrik tempatnya mencari nafkah tutup. Saat banyak orang larut dalam keputusasaan, Pak Mansur memilih jalan berbeda. Ia tidak mengeluh. Ia tidak menyalahkan takdir. Ia bangkit, dengan langkah sederhana namun penuh keberanian: menjual perabotan rumah tangga secara keliling.
Meski hasil yang diperoleh tak seberapa, Pak Mansur tak gentar. Hidup mungkin memberinya keterbatasan materi, namun tidak membatasi semangat dan iman. Justru di tengah keterpurukan, ia semakin dekat dengan masjid, tempat yang menjadi pusat penguat batin dan ruang pengabdian. Di Masjid lingkungan Perumahan Mangun Jaya Indah, ia menjadi sosok yang aktif, melayani dan membantu tanpa pamrih.
Di balik kerja keras dan pengabdiannya, tersimpan impian yang diam-diam ia pupuk: berziarah ke tanah suci, menjejakkan kaki di Makkah dan Madinah. Bagi banyak orang, terutama yang berketerbatasan finansial, impian ini terasa seperti angan yang sulit dijangkau. Namun bagi Pak Mansur, doa dan harapan adalah kekuatan yang tidak bisa diremehkan.
Hari itu pun tiba. Pada tahun 2012, Allah menjawab doanya dengan cara yang tak terduga. Melalui tangan seorang dermawan yang tergerak hatinya oleh ketulusan dan kesederhanaan Pak Mansur, ia diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah haji. Saat ia menginjakkan kaki di Masjidil Haram, air matanya tumpah. Bukan hanya karena rasa haru, tetapi juga sebagai luapan syukur atas terkabulnya sebuah harapan panjang yang ia simpan dengan sabar dan ikhlas.
Kisah Pak Mansur mengajarkan satu hal penting: bahwa pergi ke tanah suci bukan semata soal mampu atau tidak secara materi. Lebih dari itu, ini adalah soal niat, kesungguhan, dan keikhlasan.
Allah Maha Melihat hati yang tulus. Dan hati itulah yang menjadi jalan terbukanya keberkahan, bahkan ketika logika manusia berkata “tidak mungkin.”
Di tengah era serba digital, saat persaingan usaha makin ketat dan jualan keliling seperti yang dilakukan Pak Mansur makin terhimpit, ia tidak menyerah. Ia tetap berdagang, tetap aktif di masjid, dan tetap menebar kebaikan. Bahkan ketika dunia tidak memberinya banyak pilihan, ia tetap memilih menjadi cahaya bagi lingkungannya. Dan pada akhirnya, cahaya itu kembali menerangi jalannya menuju Baitullah.
Sepanjang menyaksikan kisah Pak Mansur melalui kanal TVNU, saya tak bisa menahan rasa haru dan kagum. Kisah Pak Mansur menjadi cambuk sekaligus pelipur. Bahwa perjuangan tidak sia-sia. Bahwa doa tidak pernah salah alamat. Dan bahwa mimpi, sekecil dan sesederhana apapun, layak diperjuangkan hingga tuntas.
Saya pun menyimpan impian yang sama. Menjejak tanah suci. Berdiri di depan Ka'bah, memandangnya dengan mata basah dan hati yang penuh syukur. Dan setelah mengenal kisah Pak Mansur, saya percaya: jalan itu ada. Mungkin tidak sekarang. Mungkin masih jauh. Tapi dengan niat yang teguh, usaha yang terus dilanjutkan, dan doa yang tak henti dipanjatkan, tidak ada yang mustahil.
Kisah ini bukan sekadar cerita tentang seorang pria dari Bekasi. Ini adalah kisah kita semua. Tentang harapan di tengah keterbatasan. Tentang iman yang tidak lekang dihantam badai. Dan tentang Allah yang selalu punya cara untuk mengangkat mereka yang berserah dan terus berjalan.
Akhir kata, Pak Mansur telah menunjukkan bahwa kesabaran dan keteguhan bisa menjadi kendaraan menuju impian. Semoga kisah ini bukan hanya menjadi bacaan, tapi juga suluh bagi langkah-langkah kita yang sedang menyusuri jalan panjang menuju Baitullah. Sebab, seperti Pak Mansur, kita pun bisa sampai - jika kita yakin, sabar, dan tak pernah berhenti berharap.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI