Tidak semua orang menyadari bahwa mereka punya bakat yang bisa menghasilkan. Bahkan, kadang bakat itu baru terasa berguna saat kita “terpaksa” menggunakannya. Demikian yang terjadi dalam kisahku - berawal dari masa SMA, tinggal jauh dari orang tua, justru menjadi titik awal aku mengenali potensi dan merasakan nikmatnya “cuan kecil-kecilan” dari kemampuan yang tadinya kupikir biasa saja.
Aku sekolah di kota, jauh dari kampung halaman. Tinggal bersama keluarga asuh yang kehidupannya terbilang lebih baik dan memiliki fasilitas yang lengkap. Dari situlah aku mulai lebih sering berinteraksi dengan komputer, laptop, dan akses internet. Awalnya hanya main-main - bikin tugas sendiri, eksplor aplikasi, belajar otodidak. Tapi ternyata, kebiasaan itu pelan-pelan membuat aku mahir. Terutama di bidang pengolahan dokumen, desain presentasi, dan olah data sederhana.
Tanpa disadari, teman-teman sekelas mulai memperhatikan. Mereka melihat hasil tugasku yang lebih rapi, cepat selesai, dan tampil beda. Lalu, mulailah satu-dua orang datang:
“Eh, bisa bantuin aku ngerjain tugas nggak? Kubayar, deh.”
Awalnya satu-dua aku kerjakan, dimulai dari teman dekat - ya, itung-itung bantu mereka, apalagi mereka nggak minta gratis - ada timbal baliknya. Tapi, lama-lama hampir setengah teman di kelasku bahkan beberapa juga yang berasal dari kelas lain juga minta tolong ngerjain tugas kepadaku. Dari sini aku melihat peluang yang akhirnya aku tekuni sampai selesai sekolah. Nggak gede sih, namanya juga anak sekolah, tapi lumayan buat nambah uang jajan, bahkan kala itu hasil tabungannya bisa aku belikan hp Samsung Android. Selain itu, aku juga senang karena merasa dihargai, dan senang sebab bisa membantu.
Zaman Dulu dan Sekarang, Masih Relevan
Fenomena itu ternyata tidak berubah sampai sekarang. Bahkan, sekarang mungkin lebih parah. Banyak orang - baik siswa, mahasiswa, atau pekerja - lebih memilih hal yang instan dan praktis.
Istilah kerennya, “Kalau ada yang bisa ngerjain, kenapa harus aku?” - "Kalau ada yang mudah, mengapa harus mempersulit diri."
Dan memang, di era serba digital ini, banyak orang yang tidak mau repot. Mereka butuh bantuan cepat, rapi, dan terpercaya. Itulah kenapa skill sederhana seperti mengoperasikan komputer, mengetik cepat, membuat slide presentasi, hingga mengedit PDF bisa jadi “tambang cuan” jika dimanfaatkan dengan bijak.
Bakat Itu Ada, Tinggal Mau Digali atau Nggak
Sering kali kita menyimpan kemampuan tanpa sadar. Hanya karena kita anggap biasa, kita tidak menyadari nilainya di mata orang lain. Padahal, sesuatu yang terlihat sepele di tangan kita bisa jadi sangat berharga bagi orang lain.