Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dari Bilik Dapur Minimalis Untuk Hari Raya yang Manis

28 Maret 2025   23:49 Diperbarui: 29 Maret 2025   00:11 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue bangkit, salah satu hidangan hari raya (Sumber: Dokpri/Cendekian Alazzam)

Dalam hitungan hari, puncak ramadan akan segera tiba. Hari raya idul fitri 1446 hijriah yang dinantikan semua umat muslim di penjuru dunia akan hadir di tengah-tengah kita. 

Hari-hari akhir ramadan menjadi hari paling sibuk, terutama bagi kaum perempuan. Dengan terampil dan lihai mereka bersuka cita melepas penat - mengukir cerita lewat dapur minimalis untuk sajian lebaran yang manis. 

Kendati demikian, kaum laki-laki bukan berarti hanya diam, duduk manis tanpa bantuan, mereka pun sama sibuknya mempersiapkan hari raya yang istimewa guna menyambut sanak saudara.

Dari bilik dapur rumah, sejak seminggu menjelang lebaran aktivitas di dapur makin ramai, bising yang biasanya muncul ketika menjelang waktu salat asar hingga maghrib dan di saat waktu sahur sampai subuh berlabuh, kini sejak pagi hingga menjelang sore ia akan terus menghantarkan keriuhan - memahat cerita yang kelak akan menjadi kenangan.

Di dapur minimalis dengan ukuran tiga kali tujuh meter itu, beragam makanan tengah dipersiapkan untuk menyambut para tetamu yang akan datang pada hari raya. Ada keripik pisang, akar kelapa, kue mentega, kacang bawang, hingga kue bangkit atau babon kelapa.

Dari berbagai macam sajian lebaran itu, aku tertarik dengan kue bangkit. Ia unik dan menjadi salah satu hidangan lebaran yang tidak pernah absen setiap tahunnya dibuat oleh Mama. Itulah alasan mengapa aku melontarkan pertanyaan; "mengapa harus kue itu, apa tidak ada resep lain atau Mama hanya bisa membuat hidangan itu saja?" Tapi, faktanya banyak kue-kue lain yang berhasil Mama sajikan.

Bagi Mama, di antara banyak ragam kue yang dibuat melalui sentuhan tangan ajaibnya, hanya kue bangkit atau sejenisnya yang ia inginkan. Sebab, di usia yang tidak lagi muda, dengan kondisi gigi yang hampir punah semuanya, hanya kue-kue semacam itu yang dapat ia cicipi. Sisanya hanyalah panjangan dan dibuat khusus untuk menjamu para tamu.

Kue yang memiliki tekstur rapuh dan lumer di mulut ini terbuat dari tepung kanji, tepung sagu, kuning telur, kelapa, daun pandan, dan gula. Wangi khasnya yang menggugah selera membawa kenangan tersendiri saat menyantapnya. Mungkin karena ada banyak pengorbanan yang diberikan si pembuatnya, dari letihnya badan yang tengah berpuasa - harus bertempur kembali di dapur untuk menyiapkan sajian lebaran, hingga waktu yang seharusnya menjadi jatah untuk istirahat justru dihabiskan untuk membuat kue.

Yang paling mahal adalah perjuangan kita dalam mendapatkan bahan-bahan untuk membuat sajian ini. Dari rebutan dengan warga lain karena stoknya di warung yang sedikit, ditambah harganya juga lumayan mengalami kenaikan. 

Belum lagi kenangan-kenangan yang terukir bersama kue satu ini. Sepanjang hari raya berlangsung hingga beberapa hari setelahnya, kue bangkit inilah yang paling favorit. Paling enak disantap dan paling diterima sama perut, sisanya lewat. Semahal apapun kue yang lain, tetap kue bangkit inilah yang menjadi andalah. Sebagai teman ngopi di pagi hari, maupun hidangan untuk menemani ngobrol keluarga. Hanya dia yang tidak membuat bosan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun