Mohon tunggu...
Muammar Nur Islami
Muammar Nur Islami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembaca Buku

Lahir di Kembang Kerang Daya Aikmel Lombok Timur. Saat ini sedang menyelesaikan belajar di salah satu perguruan tinggi di Kota Malang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

E-Learning: Jalan Transformasi Konsep Pembelajaran Bahasa Arab

25 September 2015   15:13 Diperbarui: 25 September 2015   15:29 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

  1. Prolog

Di Indonesia, bahasa arab merupakan bahasa yang sudah tidak asing lagi di telinga. Ini dikarenakan bahasa arab adalah salah satu bahasa yang telah ikut serta mempengaruhi bahasa Indonesia, maka tidak heran jika kemudian kita menemukan banyak kosa kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa arab. Sebut saja sebagai contoh adalah kata kursi, syukur, amarah, dan lain sebagainya. Dr. Qoribulloh Babakr Musthofa, salah seorang pengajar di Universitas Ummu Darman Sudan dalam salah satu tulisannya yang berjudul Ta’liem al-Lughah al-‘Arabiyah fi Indonesia (ma lahu wa ma ‘alaihi) mengungkapkan bahwa dalam sejarah persebarannya, bahasa arab di kenal di bumi nusantara tidak lepas dari penyebaran agama islam yang memang notabene-nya berasal dari arab[1]. Dalam perkembangan selanjutnya, khususnya setelah agama islam menjadi agama mayoritas di Indonesia, masuklah istilah-istilah islam yang berbahasa arab menjadi bahasa masyarakat kemudian menjadi bahasa budaya dan bangsa. Sejak saat itu pula bahasa arab dipelajari, walaupun masih dalam lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti pesantren, dan juga orientasinya masih sekedar untuk memahami ajaran-ajaran agama (islam). [2]

Dewasa ini, pembelajaran bahasa arab khususnya di lembaga pendidikan formal sudah mulai diperhitungkan, termasuk di Indonesia sendiri. Hal ini tidak lepas dari semenjak dipilihnya bahasa arab sebagai salah satu bahasa resmi yang digunakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang secara tidak langsung mengangkat derajat bahasa arab sebagai salah satu bahasa internasional selain bahasa Spanyol, Inggris, Prancis, dan Mandarin[3]. Maka tidak heran jika kemudian kita melihat sekolah-sekolah formal yang bernaung dibawah kementrian pendidikan menjadikan bahasa arab sebagai salah satu materi yang diajarkan, setara dengan bahasa inggris, prancis, dan lainnya. Tentunya disini, lembaga-lembaga pendidikan dibawah naungan kementrian agama memiliki kesempatan yang lebih besar dalam proses pembelajaran bahasa arab bahkan bahasa arab dijadikan sebagai materi wajib, karena kurang lengkap rasanya jika mempelajari materi keagamaan (islam) tanpa mempelajari bahasa arab yang berkedudukan sebagai bahasa kitab suci dan kitab-kitab ulama klasik islam yang didalamnya memuat ajaran-ajaran agama islam. Oleh karenanya, pembelajaran bahasa arab saat ini merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari.

Dalam proses pembelajaran (pendidikan), setidaknya ada empat (4) hal yang harus diperhatikan yaitu, tujuan (الهدف), metode (الطريقة), media (الوسائط), dan evaluasi (التقويم). Keempat hal ini saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk mencapai keefektifan pembelajaran, tentunya harus ada inovasi dalam setiap unsur tersebut. Inovasi tersebut haruslah sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Salah satu inovasi terbaru dalam dunia pendidikan saat ini adalah hadirnya konsep pembelajaran elektronik atau yang lebih dikenal dengan istilah E-Learning. Konsep e-Learning ini merupakan konsekuensi logis atas pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, apakah konsep e-Learning ini cocok dan efektif digunakan dalam pembelajaran bahasa arab? Pertanyaan tersebut akan coba kita diskusikan selanjutnya.

  1. E-Learning dan Perkembangannya

Electronic Learning (pembelajaran elektronik) atau disingkat dengan e-Learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya.[4] The Australian National Authority (2003), mengungkapkan bahwa e-Learning meliputi aplikasi dan proses yang menggunakan berbagai media elektronik seperti internet, audio/video tape, interactive TV, dan CD-Room guna mengirim materi pembelajaran secara fleksibel. Dengan e-Learning, seorang guru dan murid tidak harus bertema secara langsung, namun pembelajaran bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan dalam keadaan apa saja. Etin Indrayani melalui tulisannya dalam jurnal ilmiah Visioner tahun 2007 mengungkapkan bahwa ada 3 (tiga) persyaratan pembelajaran elektronik yaitu: (a) Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (dalam hal ini adalah jaringan internet, mencakup WAN dan LAN), (b) Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM atau bahan cetak, dan (c) Tersedianya layanan tutor yang dapat membantu siswa belajar apabila mengalami kesulitan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karakteristik e-Learning antara lain:

  • Memanfaatkan elektronik
  • Memanfaatkan keunggulan computer
  • Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri
  • Memanfaatkan jadwal pembelajaran kurikulum hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan.

Dalam website wikepedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa E-pembelajaran atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu, perkembangan E-Learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut[5]:

  1. Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-Learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) dalam format mov, mpeg-1, atau avi.
  2. Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.
  3. Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak, dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
  4. Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-Learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-Learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia , video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran kecil.


Slogan yang selalu diangkat dalam penerapan e-Learning, yaitu “Content is King, Conversation is Queen”. Sudah sepantasnya bagi Penggiat e-Learning, untuk selalu berusaha menyajikan konten yang bisa diterima dengan baik, bisa diakses dengan mudah, dan bisa diiikuti dengan menyenangkan.[6]

Dalam dunia e-Learning, SDM merupakan faktor yang sangat vital dalam implementasi e-Learning. Mengapa demikian? Karena e-Learning muncul justru untuk meningkatkan kualitas SDM, baik itu di perusahaan, instansi, institusi/dunia pendidikan, maupun di dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu SDM yang ada perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya sebelum e-Learning dijalankan.

SDM suatu perusahaan/institusi harus mempunyai pola pikir yang menyatakan bahwa e-Learning menjadi kebutuhan perusahaan/institusi untuk mencapai visi dan misi perusahaan/institusi itu sendiri, sehingga e-Learning harus dilakukan. Cara pandang ini tentunya membawa konsekuensi dan menuntut adanya perubahan, diantaranya adalah perubahan budaya kerja di perusahaan atau perubahan konsep pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut. Dalam hal ini manajemen SDM sebagai pengelola SDM yang ada tentunya akan membuat kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan untuk menjalankan e-Learning di perusahaan/lembaga tersebut. Kehadiran e-Learning tidak bisa lepas dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat akhir-akhir ini.

  1. Manfaat dan Efektifitas Penggunaan E-Learning

Menurut Bates dan Wulf sebagaimana yang dikutip Etin Indrayani dalam Jurnal Ilmiah Visioner (2007) mengungkapkan bahwa manfaat pembelajaran elektronik terdiri atas 4 hal, yaitu[7]:

  1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).
  2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
  3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
  4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).

Dengan demikian diharapkan penerapan e-Learning di perguruan tinggi dapat memberikan manfaat antara lain :

  • Adanya peningkatan interaksi mahasiswa dengan sesamanya dan dengan dosen
  • Tersedianya sumber-sumber pembelajaran yang tidak terbatas
  • E-Learning yang dikembangkan secara benar akan efektif dalam meningkatkan kualitas lulusan dan kualitas perguruan tinggi
  • Terbentuknya komunitas pembelajar yang saling berinteraksi, saling memberi dan menerima serta tidak terbatas dalam satu lokasi
  • Meningkatkan kualitas dosen karena dimungkinkan menggali informasi secara lebih luas dan bahkan tidak terbatas.
  • Memberikan kefleksibelitas dalam memilih waktu dan tempat.
  • Memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar mandiri.
  • Memberi efisiensi biaya administrasi penyelenggara, efisiensi penyediaan sarana dan fasilitas.
  • Dan lain-lain.
  1. E-Learning Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Arab: Transformasi Konsep Pembelajaran Bahasa Arab Abad 21

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun