Mohon tunggu...
Muammar Nur Islami
Muammar Nur Islami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembaca Buku

Lahir di Kembang Kerang Daya Aikmel Lombok Timur. Saat ini sedang menyelesaikan belajar di salah satu perguruan tinggi di Kota Malang.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Maklumat Malam Rebo

21 Februari 2017   21:56 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:25 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebenarnya sudah lama aku ingin menulis. Namun seperti maklumnya, berbagai kegiatan dan aktivitas membuatku tak kunjung menulis. Tentu saja itu adalah sebuah alasan klasik, upaya apologi, ngeles. Pada intinya sebenarnya adalah kemalasan itu yang selalu dipelihara. Hingga kemudian, angan untuk menulis itu hanya tinggal angan. Kemauan menulis ada, tapi tak kunjung dilakukan.

Hal ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada kemauan menulis. Berbagai angan, planing,dan ide-ide lain banyak muncul, namun selalu saja sekadar ide. Ia akan ambyar setelah lima, sampai enam jam setelah ide itu muncul jika tidak segera direalisasikan. Paling lama bertahan mungkin sampai satu hari. Setelah satu hari ide atau angan itu tidak segera diwujudkan, ia akan hilang, tenggelam dan terbawa arus kegiatan keseharian (membosankan).

Kenapa saya tidak bisa konsisten atau istiqomah menulis? Dulu, saya selalu menjawab pertanyaan ini dengan alasan capek, tidak tahu akan menulis apa, tak ada ide, banyak kegiatan, dan lain-lain. Namun, setelah saya pikirkan lagi, jawaban-jawaban tersebut ternyata hanya alasan-alasan saja. Seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, saya tidak menulis adalah karena saya malas menulis.

Perihal capek dan banyak kegiatan, apakah iya dalam waktu panjang dua puluh empat jam itu saya selalu capek? Atau dalam renggang waktu itu seluruhnya benar-benar terisi oleh kegiatan dan aktivitas yang membuat saya tidak bisa menulis? Tidak! Sungguh tidak! Dalam sehari itu selalu ada waktu yang kosong dan bisa digunakan sambilan menulis. Capek? Apa iya? Untuk bermain sosmed saja begitu banyak waktu yang dihabiskan, mengapa untuk menulis tidak bisa dilakukan?

Tentang tidak adanya ide atau apa yang akan saya tulis. Saya rasa, ide dan atau bahasan yang bisa saya tulis banyak sekali. Memang, ada saatnya dimana ketika hendak menulis otak seperti blank,kosong melompong. Karena memang ide dan bahasan itu tidak semerta bisa muncul  dan didapatkan begitu saja. Ketika ide itu muncul pun kadang rasanya sulit dijaga, bahkan hilang ketika baru memegang polpen atau menyalakan laptop.

Karena ide adalah keharusan dalam menulis, maka seperti halnya meulis, menjaga atau mendapatkan ide juga merupakan suatu keterampilan. Karena ia adalah sebuah keterampilan, maka layaknya keterampilan, haruslah senantiasa diasah dan dilatih. Salah satu cara melatihnya adalah dengan langsung menulis. Semakin saya menunda untuk tidak menulis, semakin menumpul juga kemampuan saya untuk menjaga dan menerjemahkan ide-ide tersebut menjadi sebuah tulisan!

Lalu bagaimana jika saya tidak ada ide? Apa yang harus saya tulis? Saya rasa jika memang ada kemauan dan ingin melaksanakannya, ide itu bisa didapatkan dari mana saja dan dari apa saja. Seperti ketika tidak ada ide, kata seorang kawan, ketidakhadiran ide itu sendiri bisa menjadi ide dan bahasan untuk ditulis! Jadi kita menulis, mengapa kita bisa tidak mendapatkan ide untuk menulis? Intinya, menulislah apa pun itu dan tentang apa pun itu (Ciee... nasehati diri sendiri, Hahaa).

Baik, kembali lagi. Saya ingin menulis. Dan jika saya ingin menulis, maka saya harus melakukan itu. Menulis!

Malam ini, Selasa malam atau malam Rabu minggu kedua sebelum akhir bulan Februari, saya menulis catatan ini. Di meja pojok sebuah warung kopi di Gondanglegi, kabupaten Malang. Malam ini aku sendiri, maksudku, aku datang ke warung kopi ini sendiri dan memesan kopi sendiri. Tentunya banyak pengunjung yang lain. Tapi aku tidak kenal mereka. Dan saya merasa tidak perlu mengenal mereka, kecuali penjaga toko dan baristanya tentunya. Namun sejauh ini, aku belum berbicara pada mereka. Selain karena baristanya yang bersembunyi di belakang dapur warung, juga aku tak ingin mengganggu aktivitas orang lain. Dan, tentu saja aku masih belum memiliki kepentingan dengannya. Hal yang tidak boleh dilupakan dalam sebuah tawaran perkenalan adalah kepentingan.

Aku ingin menulis, tapi aku sering malas. Aku ingin menulis, tapi sering malas dan sibuk sendiri. Aku ingin menulis, tapi aku sering malas dan sibuk sendiri dan tidak ada ide. Aku ingin menulis, tapi aku sering malas dan sibuk sendiri dan tidak ada ide dan mencari-cari alasan agar aku tidak menulis. Aku ingin menulis, tapi aku tidak mau menulis.

Malam ini, bersama love yourself-nya Justin Beiber yang diputar di warung kopi ini akan ku coba membuat perjanjian dengan diriku sendiri. Aku ingin menulis!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun