Mohon tunggu...
Coolis Noer
Coolis Noer Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writing to Release an Overthinking

Menulis sebagai bentuk ekspresi, juga mengungkapkan rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sukarno Klemar-klemer

9 Januari 2015   17:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:29 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1420775108327558191

[caption id="attachment_363766" align="alignleft" width="640" caption="Tokoh Sukarno (merdeka.com)"][/caption]

Mendengar nama Sukarno, bayangan kita akan menuju pada seorang tokoh gigih pejuang kemerdekaan Bangsa Indonesia. Kewibawaannya di mata bangsa Indonesia sangatlah besar, begitu pula di mata bangsa asing sangat disegani. Seolah tak ada pemimpin Indonesia yang sehebat dengan tokoh Sukarno ini.

Namun baru-baru ini melihat track & record film Soekarno yang tayang sejak 2013 lalu, seolah menjadikan citra Sukarno sendiri menjadi seorang tokoh yang lemah. Film yang digarap oleh sutradara kenamaan Hanung Bramantyo tersebut baru saja saya tonton awal pekan ini meski sudah rilis sejak setahun lalu.

Sangat penasaran, memang, untuk menyaksikan film yang mengangkat seluruh bagian kehidupan seorang tokoh terbesar negara ini semenjak awal kehdupannya hingga puncak perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia. Bagaimana tidak, seorang yang telah menjadi bagian sejarah terpenting ini divisualisasikan lagi perjuangan dan kisah hidupnya. Baru bapak/ibu kita yang sudah berusia lebih dari pada kita pun sangat penasaran untuk menyaksikan film ini, apalagi generasi mudanya.

Sekadar mengkritik, penokohan tokoh Sukarno yang diperankan oleh Ariyo Bayu ini agaknya sangat bertolak belakang dengan penokohan Sukarno sendiri dalam buku-buku sejarah yang terkenal sebagai seorang yang berpemikiran kuat serta tegas dalam kepemimpinan. Bisa dilihat saja dalam foto-foto yang tersebar di internet maupun sekilas video asli sukarno yang turut ditampilan dalam film ini pula, sangat terlihat bahwasanya sukarno ini memiliki sikap yang tegas dan berkharisma dalam segala hal. Namun dalam penokohannya di film ini, kebanyakan malah menggambarkan tokoh sukarno yang lemah.

Sikap maupun pembawaan tokoh sukarno yang diperankan Ariyo Bayu ini terlihat sangat tidak mencerminkan tokoh Sukarno sendiri. Dalam setiap scene yang memunculkan tokoh sukarno, hanya terlihat ketegasan tokoh Sukarno ketika ia sedang menyendiri. Namun ketika bersama-sama dengan Hatta, Subardjo, Syahrir dan lain-lain, kharisma seorang Sukarno terkesan hilang.

Sikap klemar-klemer dalam tokoh sukarno justru yang sangat terlihat jelas dalam film ini. Terlihat dalam scene ketika tokoh Sukarno dijadikan sebagai "kacung" Jepang yang saat itu sedang mengeruk kekayaan timah Indonesia, dimana Sukarno sebagai simbol rakyat Indonesia kala itu dijadikan representasi bahwa ia sama sekali tidak menderita atas perlakuan Jepang. Ketegasan Sukarno dalam menyimpan kebencian terhadap Jepang tidak muncul sama sekali. Padahal kalau melihat sosok Sukarno seperti tergambar dalam banyak buku-buku biografi maupun buku sejarah tentangnya, Sukarno meski menurut terhadap kemauan Jepang, namun masih memendam kebencian yang sangat dalam melihat bangsanya diperlakukan seperti itu. Mimik kebencian yang ditampilkan Ariyo Bayu dalam scene tersebut sama sekali tidak memperlihatkan bahwa Sukarno sangat membenci Jepang, namun seolah pasrah dan menerima.

Dalam kasus lain seperti pada scene dimana ketika Hatta sangat kecewa dengan keputusan Jepang yang menyerahkan kedaulatan Indonesia kepada sekutu, di hadapan Tadashi Maeda dan Jepang lain, Hatta yang tidak terima berusaha memberontak. Dengan ekspresi yang sangat lugas, tokoh Hatta yang terkenal tidak banyak bicara mampu menunjukkan ekspresi kekecewaannya. Namun berbeda dengan Sukarno. Lagi-lagi ekspresinya tidak dapat menunjukkan bahwa ia memendam sesuatu yang sangat besar untuk diungkapkan. Dalam diamnya, Sukarno seolah menerima begitu saja. Meski dalam hubungan diplomatik, apabila salah satu pihak mengingkari perjanjian yang telah disepakati sangat wajar apabila pihak yang lainnya tidak terima. Namun di sini seolah Sukarno menerima begitu saja.

Dalam kasus ini, di sini seolah Jepang menghadapi masalah yang sebenarnya tidak perlu mengadakan hubungan diplomatik. Dilihat dari penokohan Sukarno yang sangat berbesar hati dan sama sekali tidak menunjukkan ekspresi kekecewaan dalam hal apapun terhadap Jepang, terlihat seolah Jepang tak ada gunanya membuat suatu hubungan diplomatik dengan Sukarno kala itu. Meski memang dalam hubungan diplomatik dengan Jepang sudah bisa ditebak bahwa demi menjalankan rencananya  untuk melumpuhkan Jepang secara perlahan Sukarno akan banyak mengiyakan perintah Jepang, namun seorang Sukarno dengan ketegasan sikap dan pemikirannya akan menunjukkan bahwa ia bukanlah seorang tokoh pemimpin bangsa yang klemar-klemer seperti dalam film ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun