Pagi-pagi dibangunkan teman aku langsung buru-buru mandi melihat jam sudah menunjukkan jam 6 kurang 4 menit. Sampai di kampus, kami langsung berangkat secara rombongan dengan bis kebanggan kampus kami. Perjalanan terasa cukup lama karena jalanan banyak menanjak, ditambah lagi kecepatan maximum bus hanya mencapai 70 km per jam. Memasuki Kota Magelang, kami disambut tulisan besar terpampang bertuliskan slogan kebanggan Magelang Kota Harapan. Perjalanan kami berlanjut menelusuri damainya kota magelang. Sekilas terlihat perbedaan mencolok antara Kota Magelang dan Salatiga. [caption id="attachment_255876" align="alignleft" width="300" caption="alun-alun kota magelang"][/caption] Kotanya terlihat rapi, serta jalanannya tertib. Ada juga jalan 1 jalur yang cukup lebar dan sejuk banyak pepohonan rindangnya, terlihat lengang dan tak sepadat kota Salatiga. Sekilas membandingkan Kota Salatiga dan Magelang, dari segi tata wilayahnya,Kota magelang terlihat lebih tertata dengan banyaknya ruang-ruang public yang luas, serta jalanan yang lebar dan cukup lengang. Namun dari segi pendidikan umum, Kota Salatiga memiliki Universitas swasta yang cukup terkenal di asia tenggara, serta banyak sekolah-sekolah menengah yang provid, tapi jangan salah juga kalau di Kota Magelang ada Akademi kemiliteran AD Nasional. Setelah melewati sebagian kota Magelang, Akhirnya sampai juga kami di tempat tujuan, yakni, Akademi Militer (AKMIL Magelang). [caption id="attachment_255875" align="alignleft" width="300" caption="akmil magelang"]
[/caption] Tujuan utama kami ke sini adalah bagian dari perkuliahan mata kuliah civic education. Sampai di sana sekitar pukul 9 pagi, kami langsung disambut oleh kepala bidang urusan (ka ur) Akmil, bapak Widodo. Sesuai dengan budaya kemiliteran kami diantar ke gedung Ruang Data Subiyato dengan gaya berjalan layaknya tentara yakni dengan gaya PBB (pasukan baris-berbaris 3 banjar) setelah sebelumnya rombongan kami antre di toilet (maklum perjalanan kami cukup dingin karena melewati lereng gunung merbabu di ketinggian lebih dari 1500 m dpl). Sesampainya di ruang Data Subiyato, acara langsug dimulai ala ketentaraan. Seluruh taruna yang hadir di aula memberikan salam dengan sikap hormat setiap bertemu. Acara dihadiri wakil gubernur Akmil sebagai penyampai materi tentang kemiliteran. Tema yang dismpaikan cukup up to date, yakni tentang kontekstualisasi politik dan pertahanan Indonesia menjelang pemilu. Sebagaimana temanya, mengingat acara tersebut berada di lingkungan militer, maka penjabaran yang disampaikan Sumedi, S.E. selaku wakil gubernur AKMIL pun tentang peran serta TNI dalam upaya mengamankan dan menjaga stabilitas pertahanan selama proses pemilu dari segala kemungkinan buruk yang mungkin terjadi untuk menggoyahkan kedaulatan NKRI. Bisa saja kan selama masa transisi penetapan kepala pemerintahan dan wakil-wakil rakyat yang lain, muncul upaya-upaya merobohkan kesatuan NKRI baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk itulah peran TNI, khususnya AD sangat dibutuhkan untuk mencegah dan menghindari hal-hal itu terjadi. Satu hal yang baru saja saya sadari saat kegiatan itu adalah sikap yang ditunjukkan anak-anak PTAIN dalam acara apapun ternyata mereka selalu menunjukkan sikap yang membanggakan. Dulu waktu kuliah umum dengan native bahasa arab bagi para dosen pun, mereka juga melakukan hal yang sama, namun hal itu saya anggap sebagai sesuatu hal yang lumrah. Namun kali itu mengingat itu di instansi luar, saya baru menayadrinya. Saat para mahasiswa putra disuruh pindah ke sisi ruanan yang lain karena sisi itu untuk para taruna undangan, betapa para mahasiswi mau bergeser menempati tempat dduk di belakang dnegan maksud mempersilahkan para mahasiswa di depan. Dan ketika hal itu akan terjadi, para tentara yang mengurusi acara itu malah bingung dan mengira para mahasiswi itu mau pergi kemana. Terus mereka bilang untuk mempersilahkan para mahasiswa putra untuk duduk di depan. Namun para tentara itu membiarkan mahasiswa untuk duduk di belakang. Satu nilai plus menurut saya, karena para tentara yang tahu bahwa itu memang dianjurkan dalam islam, maksudnya adalah untuk menempatkan laki-laki di garda depan dalam hal apa pun, pasti akan memberikan nilai plus bahwa anak-anak PTAIN selalu menghormati mana yang seharusnya dihormati dengan bijak. Satu lagi keunggulan anak PTAIN, bahwa dalam acara-acara formal, mereka selalu menunjukkan sikap yang tenang dan lebih menjaga mulut untuk tidak berbicara dengan suara yang keras. Setelah acara pembekalan materi dari bapak wakil gubernur selesai, kami para mahasiswa diberi kesempatan mengunjungi tempat-tempat kuliah dan latihan, asrama, dan museum yang ada di AKMIL. Pertama-tama kami diajak melihat gedung-gedung perkuliahan para taruna. Seperti baju seragam para tentaranya, kebanyakan gedung-gedung di AKMIL tersebut bercat warna hijau dengan bagian bawah dinding berwarna hitam. Bukan hanya gedung-gedungnya saja, melainkan pepohonan di sekitarnya pun juga demikian. Setiap gedung yang terdapat di AKMIL itu selalu di beri halaman seluas lapangan. Bahkan banyak gedung-gedung yang punya lapangan volli sendiri. Maksud diberikannya lapangan di setiap gedung itu adalah sebagai tempat latihan para taruna. Ada juga stadion di sana. Mengingat kami berada dimana, kami kira stadion itu untuk pertandingan sepak peluru, eh ternyata sama saja pakai bola. Ada juga kolam renang, lapangan tembak, dan lapangan-lapangan latihan lainnya. selesai melihat-lihat gedung, kami langsung berhenti di masjid AKMIL untuk menunaikan ibadah sholat dzuhur. Setelah seesai kami langsung menuju gedung museum Abdul Jalil. Didalam gedung, pertama kali kami diputarkan video sejarah AKMIL magelang. Tapi sebelum video sejarah AKMIL diputar pertama-tama kami diminta menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dengan menyaksikan video perjuangan saat menyanyikan lagu idonesia raya, rasa haru mulai tak tertahankan hingga banyak yang menitikan air mata.(maklum lah, baru mendengar musiknya yang menggebu-gebu perjuangan pun rasanya sudah menyelusup ke dalam hati, apalagi ditambah dengan video perjuangannya). Setelah itu barulah diputarkan video sejarah AKMIL kurang lebih 18 menit. Dimulai dengan berdirinya Akademi kemiliiteran setara di Yogyakarta pada masa pendudukan Hindia Belanda, kemudian setelah merdeka pemerintah mendirikan akademi militer AD di Magelang. Sedangkan tempat yang dulu di Yogyakarta sebagai AKMIL AU. [caption id="attachment_255877" align="alignright" width="300" caption="tank di depan museum abdul jalil"]
[/caption] Setelah selesai kami berlanjut menelusuri bagian museum yang lain, ada ruang senjata, ruang arsip TNI, ruang alumni dengan lulusan terbaik, termasuk bapak presiden kita saat ini SBY ternyata dulu lulusan terbaik dari AKMIL Magelang, juga putra beliau Agus Harimurti yang juga lulusan terbaik th 2000, ada lagi ruang memorial para TNI yang gugur di medan perang di ruang terakhir. setelah ruangan terakhir, tak lupa kami sempatkan foto-foto kebersamaan ala tentara : Formal. [caption id="attachment_255878" align="aligncenter" width="300" caption="foto selepas selesai berkunjung"]
[/caption] Setelah semuanya kelar, buru-buru kami meninggalkan AKMIL. Mengingat waktu sudah jam 3 an, bus jalannya secepat keong, kami tak mau ambil pusing untuk pulang ke rumah masing-masing karena gak ada angkot lagi. Akhirnya jam 3.15 an kami pamitan maninggalkan sekolah ketentaraan Indonesia tersebut. Dengan langkah malas kami menuju bis. Tak buang waktu setelah agak lama bus berjalan, semuanya berlomba-lomba membunyikan peluit kereta api: fuuu!! Tidur nyenyak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Travel Story Selengkapnya