Apa itu jatuh cinta? Apakah saat kagum akan kecantikan paras seorang perempuan yang tidak sengaja bertemu di kampus termasuk jatuh cinta?
Atau imajinasi akan tubuh seksi primadona kampus yang selalu menghampiri pikiran, juga bisa dikatakan sebagai jatuh cinta? Kalau memang sesederhana itu, seharusnya senyum sudah melekat di wajahku.
Aku tidak tahu lagi caranya untuk jatuh cinta, setelah terakhir kalinya tangan dari perempuan yang selalu memanggilku sayang bisa kugenggam, meskipun pada saat itu genggamanku tak berbalas dan tak sehangat seperti biasanya.Â
Banyak dari teman-temanku selalu memaksaku untuk membuka hati, katanya sih agar kekosongan di hatiku bisa terisi. Jawabanku selalu sama ketika suruan yang terkesan memaksa itu menimpali ku hampir setiap hari, "hati ku tidak kosong, dia masih menempatinya."
Namaku Abby, kata ibuku nama itu diberikan kepadaku agar kelak aku menjadi laki-laki yang setia dan pengertian. Aku tidak tahu ini sebuah kebetulan atau tidak, tetapi harapan itu sudah tertanam dalam jiwaku.Â
Dan sekarang, aku sudah mulai percaya terhadap apa yang dikatakan seorang kaum sufi dari India bernama Inayat Khan yang baru saja bukunya kulahap habis.Â
Katanya, tak ada sesuatu apapun di dunia ini yang sanggup memberikan sugesti lebih dalam kepada seseorang selain namanya sendiri.
Kisahku dimulai ketika 6 tahun lalu bertemu dengan perempuan yang membuatku mengerti tentang rasanya jatuh cinta.Â
Wanita itu juga yang memanggil ku pacar untuk pertama kalinya. Duduk di bangku SMA sudah sewajarnya tertarik dengan lawan jenis, jadi tidak ada yang aneh dengan jatuh cinta dimasa SMA.
Perempuan itu bernama Anindya, cantik dan jelita artinya namanya. Sesuai dengan namanya, dia adalah primadona di sekolahku. Banyak orang yang mengaguminya, dan aku termasuk diantara orang-orang itu.Â