Mohon tunggu...
Aldi Muhamad Ramdani
Aldi Muhamad Ramdani Mohon Tunggu... Editor - Content Creator Insan Bumi Mandiri

Insan Bumi Mandiri adalah lembaga filantropi yang komitmen untuk membangun pedalaman Indonesia. Jadilah bagian dari #SahabatPedalaman untuk sejahterakan wilayah timur Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beginilah Nasib Guru di Pedalaman Indonesia, Nomor 4 Pasti Anda Baru Tahu

30 September 2019   17:15 Diperbarui: 30 September 2019   17:49 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru sedang mengajar di kelas yang dindingnya hanya terbuat dari bambu dengan alas tanah | Sumber: kitabisa.com/motoruntukpakguru

Dulu sampai sekarang, guru menjadi profesi yang sering diimpikan anak-anak. Namun, ternyata tak mudah untuk menjadi seorang guru. Setelah mengikuti pendidikan, guru harus beradaptasi mengajar sesuai dengan wilayah tempat ia ajar. Salah satu lokasi tempat mengajar yang diperlukan ekstra kesabaran yakni di pedalaman. Berikut adalah perjuangan guru-guru di pedalaman Indonesia.

1.  Gaji Sedikit

Gaji merupakan hal utama dalam sebuah pekerjaan. Namun, bagi guru di pedalaman,  mereka harus bersabar untuk mendapatkan gaji. Kita ambil contoh guru di MIS Timuabang di Pulau Pura, Nusa Tenggara Timur (NTT). Gaji guru di sana hanya berkisar Rp250.000-Rp350.000 per bulan. Gaji tersebut bahkan dibagikan tiap 3 bulan karena menunggu dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, guru lokal mempunyai cara tersendiri. Di daerah pantai, guru sering pergi berlayar untuk mendapatkan ikan. Di daerah pegunungan, guru sering berkebun untuk mendapatkan sayur-sayuran dan buah-buahan.

2.  Lokasi Sekolah Jauh

Guru-guru di Kec. Selembau, Kab. Kapuas Hulu, Kalimantan Barat harus menyusuri sungai mengendarai sampan untuk sampai ke sekolah. Sampan di sana cuman ada satu. Sehingga guru-guru harus berkumpul semua agar perjalanan bisa ditempuh sekali saja. Mereka harus menempuh 30 menit untuk sampai ke sekolah.

Sementara itu, bagi guru-guru di Timor Tengah Selatan (TTS), NTT musim hujan menjadi musim yang menantang. Hujan bahkan menjadi 'bel pulang sekolah'. Banyaknya sungai di sana mengharuskan guru dan siswa pulang lebih awal sebelum hujan turun. Sebab, jika pulang setelah hujan turun, maka sungai akan meluap. Guru dan siswa pun tidak bisa melawati sungai tersebut.

3.  Menguasai Bahasa Daerah

Saat awal mengajar, guru pendatang yang mengajar di Kec. Amanuban Selatan, TTS, NTT sering ditertawakan oleh siswa. Lantaran guru berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan anak-anak terbiasa berbicara dengan bahasa daerah. Maka dari itu, guru harus mengetahui bahasa daerah terlebih dahulu. Setelah itu baru dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.

4.  Membujuk Anak untuk Sekolah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun