Mohon tunggu...
Rizal Marsaoly
Rizal Marsaoly Mohon Tunggu... Anggota Relima dan Ketua Komunitas TBM Pesisir Pancoran

Saya seorang pegiat literasi & anggota Relima Perpusnas. Hobi sebagai penulis dan senang berbagi gagasan untuk menumbuhkan minat dan daya baca serta meningkatkan program literasi di lingkungan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Literasi di Ujung Tanduk

13 Oktober 2025   16:47 Diperbarui: 13 Oktober 2025   16:47 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program Kegiatan Literasi Berbasis Lingkungan Sosial

memberikan yang terbaik untuk generasi di daerah terpencil
memberikan yang terbaik untuk generasi di daerah terpencil

LITERASI DIUJUNG TANDUK (TANGGUNG JAWAB RELIMA BAGI GENERASI DESA)


Literasi merupakan fondasi utama kemajuan suatu bangsa. Tanpa literasi, masyarakat akan
sulit berkembang dalam aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Menyadari hal tersebut, Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) meluncurkan program Relawan Literasi Masyarakat
(RELIMA) sebagai salah satu terobosan untuk memperkuat gerakan literasi di berbagai lapisan
masyarakat, termasuk di wilayah-wilayah terpencil.
Program ini menjadi estafet gerakan literasi nasional yang mengandalkan keterpaduan antara
kecerdasan berpikir dan kemampuan bertindak para relawan. Namun, di balik semangat besar yang
diusung RELIMA, terdapat tantangan besar di lapangan, khususnya di daerah tertinggal. Ketimpangan
akses, minimnya dukungan kebijakan, serta rendahnya kesadaran pemerintah daerah dan desa
menjadi hambatan yang mengancam keberlanjutan program ini. Oleh karena itu, kehadiran RELIMA
di daerah terpencil bukan sekadar tugas sosial, tetapi sebuah tanggung jawab besar yang penuh
tantangan dan memerlukan kolaborasi lintas sektor.
Program RELIMA hadir sebagai anugerah dan solusi strategis dalam menjawab persoalan
literasi hingga ke akar rumput. Melalui kegiatan literasi yang menyentuh langsung masyarakat,
program ini sangat membantu dan memperkuat kemampuan dasar membaca, menulis, dan
berhitung (calistung) yang merupakan hak setiap warga negara. Namun, efektivitas program ini tidak
bisa berdiri sendiri tanpa dukungan nyata dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
pemerintah desa.
Di lapangan, gerakan literasi di daerah terpencil menghadapi berbagai tantangan. Minimnya
sumber daya, infrastruktur yang terbatas, dan rendahnya perhatian dari pemerintah desa menjadi
faktor utama yang menghambat perkembangan gerakan ini. Padahal, dengan segala instrumen dan
dukungan informasi yang tersedia, seharusnya literasi menjadi prioritas utama dalam pembangunan
masyarakat desa. Sayangnya, literasi sering kali dianggap sebagai program sampingan yang tidak
mendesak.
Hal yang lebih memprihatinkan adalah kurangnya kesadaran aparatur desa terhadap
pentingnya literasi. Banyak aparatur desa berasal dari kalangan muda yang berpendidikan tinggi,
namun belum mampu memanfaatkan kapasitas tersebut untuk membangun kesadaran literasi di
masyarakat. Akibatnya, generasi muda desa terus mengalami ketertinggalan dalam literasi dasar,
yang berdampak pada keterbatasan peluang di masa depan.
Dari hasil observasi dan advokasi terhadap para pemangku kebijakan, ditemukan bahwa akar
persoalan gerakan literasi bukan terletak pada masyarakat, melainkan pada ketidaksigapan
pemangku kebijakan lokal. Masyarakat di wilayah terpencil umumnya memiliki keterbatasan
pengetahuan tentang pentingnya literasi, namun mereka sangat terbuka jika ada pendampingan dan
program nyata. Karena itu, peran pemerintah desa sebagai pengambil keputusan sangat krusial untuk
menumbuhkan budaya literasi di tingkat akar rumput.
Apabila gerakan literasi tidak dijadikan prioritas kebijakan pembangunan desa, maka segala
bentuk bantuan, seperti Bahan Bacaan Bermutu (BBB) dari Perpusnas, akan kehilangan dampaknya.
Literasi tidak akan tumbuh hanya dengan bantuan fisik, melainkan melalui kesadaran kolektif dan
tindakan nyata dari semua pihak, terutama aparat pemerintahan setempat.
Bagi para relawan RELIMA, bekerja di daerah tertinggal bukan hanya pekerjaan sosial, tetapi
panggilan jiwa. Namun, keterbatasan waktu, sarana, dan sumber daya membuat gerakan ini
membutuhkan dukungan struktural agar dapat berjalan sistematis, terukur, dan berkelanjutan. Tanpa
dukungan dari pemerintah daerah dan desa, perjuangan relawan akan menjadi upaya yang tidak
maksimal.
Ironisnya, jika aparat desa yang memiliki kekuasaan dan akses yang luas tidak menggerakkan
program literasi, maka hal tersebut dapat dianggap sebagai bentuk "pembodohan terselubung"
bukan karena masyarakat tidak mau belajar, tetapi karena kebijakan yang tidak berpihak pada upaya
pencerdasan. Padahal, mencerdaskan kehidupan bangsa adalah amanat konstitusi dan tanggung
jawab semua pemimpin di setiap level pemerintahan.
Program RELIMA Perpusnas adalah gerakan mulia yang membawa harapan baru bagi
masyarakat di daerah tertinggal. Kehadirannya mampu menjadi simpul penghubung antara
komunitas literasi, masyarakat, dan pemerintah. Melalui peran relawan, literasi tidak hanya dipahami
sebagai kemampuan membaca, tetapi juga sebagai alat pemberdayaan untuk membangun kesadaran
kritis dan kemandirian masyarakat.
Agar cita-cita ini tercapai, dibutuhkan sinergi nyata antara relawan, pemerintah, dan
masyarakat. Literasi harus menjadi prioritas kebijakan pembangunan desa agar setiap warga, terutama generasi muda, memiliki akses terhadap pengetahuan dan kesempatan untuk berkembang.
Dengan komitmen bersama, program RELIMA dapat menjadi gerakan perubahan yang membawa
bangsa menuju masa depan yang lebih cerdas, adil, dan berdaya saing.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun