Mohon tunggu...
Nissa Nurhaliza
Nissa Nurhaliza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Jember

Seorang mahasiswa yang gemar observasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jepang Terperosok Resesi, Kok Bisa? Dasar Penyebab dan Dampak Menurunnya Perekonomian Jepang

29 Februari 2024   15:26 Diperbarui: 29 Februari 2024   16:41 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Janko Ferlic/pexels.com

Perekonomian dunia masih menjalani masa pemulihan dari pandemic Covid-19. Kendatipun secara perlahan, pemulihan perekonomian dunia  terus berlanjut (Gourinchas, 2023). Keberlanjutan pulihnya perekonomian ini dapat dilihat melalui informasi dari IMF (International Monetary Fund) pada Januari silam. IMF menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia saat ini memiliki ketahanan yang lebih besar daripada perkiraan WOE (World Economic Outlook) sebelumnya.  Pertumbuhan ekonomi 3,1 % inilah yang menggambarkan usaha dunia memulihkan perekonomiannya dari dampak Covid-19 (IMF, 2024).

Akan tetapi, output dari upaya maksimal tiap negara untuk pulih itu beragam. Terdapat negara yang perekonomiannya tetap bertumbuh, namun tidak sedikit pula negara yang perekonomiannya masih timpang. Tumbuh atau terhambatnya laju perekonomian suatu negara dapat dilihat melalui kuantitas pendapatan nasionalnya. 

Hadirnya faktor eksternal seperti konflik atau peperangan negara lain juga mampu mempengaruhi tumbuh atau terhambatnya perekonomian secara signifikan. Tidak hanya itu, hal tersebut juga dapat diketahui melalui value mata uang terhadap dollar Amerika Serikat. Salah satu negara di dunia yang output pemulihan nya terhambat saat ini ialah Jepang. 

Mimpi buruk perekonomian Jepang tersebut digambarkan dengan kondisi yang cukup merisaukan. Kian melemahnya Yen menjadi salah satu penyebab Jepang kehilangan kursinya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia. Value Yen dilaporkan mengalami depresi kurang lebih 9% terhadap mata uang Dollar Amerika  Serikat (IMF, 2024). 

Disamping itu, Penurunan Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Jepang juga menjadi penyebab kursinya kini bertukar tempat dengan German. Terperosoknya PDB Jepang    diketahui dari adanya laporan kontraksi perekonomian Jepang pada dua periode kuartal. Pada kuartal III periode Juli hingga September, penurunan yang terjadi sejumlah 3,3%. Sementara itu, pada kuartal IV dengan periode Oktober hingga Desember, penurunan yang terjadi sejumlah 0,4% (Kihara & Kajimoto, 2024). Hadirnya penurunan pertumbuhan pada kedua kuartal tersebut menunjukkan adanya technical recession. 

Mengapa Perekonomian Jepang Bisa Terperosok? 

Selain Karena menurunnya kinerja Yen dan PDB Jepang, terperosok nya perekonomian Jepang disebabkan beberapa hal berikut. Pertama, bertahannya kebijakan suku bunga sangat rendah. Sejak tahun 2016, Jepang telah memberlakukan kebijakan suku bunga sangat rendah yaitu -0,1% (Kihara & Kajimoto, 2024). Hal ini pada awalnya diterapkan Jepang untuk mengatasi deflasi, yang mana diharapkan mampu memenuhi target inflasi 2%. Dengan menurunnya Yen dan inflasi yang melebihi 2%, kebijakan yang dipertahankan Bank of Japan (BoJ) ini kemungkinan akan segera diakhiri (Shirai, 2023). 

Kedua, lesunya konsumsi dalam negeri. Hal ini berhubungan dengan upaya Jepang menerapkan kebijakan di atas, yang mana dikarenakan keengganan masyarakat membelanjakan uang mereka. Masyarakat yang terus-menerus menabung, serta penurunan konsumsi rumah tangga hingga rekreasi membuat konsumsi dalam negeri berlaju lambat. Bahkan, tingkat konsumsi tersebut menurun. Ketiga, kelangkaan sumber daya. 

Langkanya sumber daya yang dimaksud mengacu kepada sumber daya manusia yang produktif maupun beberapa sumber daya produksi. Seperti yang kita tahu, populasi masyarakat Jepang didominasi oleh usia menua. Hal ini tentu akan memengaruhi produktivitas dari masyarakat Jepang, sehingga tentunya Jepang memerlukan sumber daya manusia produktif dari negara lain (IMF, 2024). 

Disamping itu, kelangkaan sumber daya produksi juga membuat Jepang perlu bergantung pada negara lain demi memajukan perekonomiannya. Selain itu, terdapat pula faktor eksternal yang memengaruhi bertumbuhnya perekonomian Jepang. Faktor eksternal tersebut salah satunya yakni bencana alam seperti gempa bumi. Faktor lainnya  yakni gencatan senjata yang tengah terjadi di berbagai belahan dunia. 

Gencatan senjata antara Rusia dengan Ukraina maupun genosida Israel terhadap Palestina berisiko memengaruhi perekonomian dunia, termasuk Jepang. Kendatipun demikian, dampaknya ke dunia secara keseluruhan bisa saja tidak terlalu besar (IMF, 2024). 

Dampak Terperosoknya Perekonomian Jepang

Lemahnya laju perekonomian Jepang memiliki beberapa dampak negatif berikut. Pertama, terperosoknya value Yen akan berdampak pada perekonomian riil (Hiroyuki, 2023). Hal tersebut akan memperbesar penggunaan biaya untuk produksi, serta juga menurunkan jumlah keuntungan perusahaan Jepang.  Kedua, terdapat kemungkinan melonjaknya biaya hidup, meskipun Jepang memiliki standar biaya hidup yang stabil. Ketiga, harga impor dan inflasi yang dialami Jepang kemungkinan besar akan meningkat (Shirai, 2023). 

Kendatipun memiliki berbagai dampak negatif, lemahnya laju perekonomian Jepang ini juga memiliki dampak positif tertentu. Pertama, terperosoknya Yen mampu mendorong investasi asing dalam jumlah besar (Hiroyuki, 2023). Hal tersebut dikarenakan penurunan Yen akan meningkatkan keuntungan investor individu maupun lembaga seperti bank atau perusahaan asuransi. 

Kedua, Jepang kerap melakukan investasi dengan mata uang Dollar Amerika Serikat, yang mana menyatakan bahwa value aset Jepang cukup aman. Ketiga, kemungkinan masuknya wisatawan asing ke Jepang semakin tinggi (Shirai, 2023). Hal ini disebabkan karena perekonomian Jepang yang rendah mendorong hadirnya banyak wisatawan asing yang memanfaatkan momentum untuk menjelajahi Jepang. Sehingga, tentu hal tersebut dapat membawa keuntungan bagi Jepang.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap negara di dunia tengah berupaya memulihkan perekonomian dari pandemic Covid-19. Upaya tersebut menghasilkan berbagai output, seperti membaiknya pertumbuhan ekonomi ataupun masih terhambatnya laju perekonomian. Salah satu negara yang menghadapi terhambatnya pertumbuhan ekonomi ialah Jepang. Hal tersebut dikarenakan Jepang mengalami penurunan Produk Domestik Bruto dan value mata uang Yen terhadap Dollar Amerika Serikat. 

Hal ini disebabkan oleh terus berlangsungnya kebijakan suku bunga rendah, lesunya konsumsi dalam negeri, serta kelangkaan sumber daya manusia produktif maupun beberapa sumber daya produksi. Selain itu, terdapat faktor eksternal yang juga memengaruhi perekonomian Jepang, seperti bencana alam serta gencatan senjata yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina dan genosida Israel terhadap Palestina. 

Penurunan ekonomi Jepang memiliki dampak negatif yang memengaruhi  perekonomian riil, seperti memperbesar biaya yang digunakan untuk produksi dan penurunan revenue perusahaan Jepang, serta meningkatnya harga impor. Disamping itu, terdapat juga kemungkinan melonjaknya inflasi dan biaya hidup masyarakat Jepang. 

Kendatipun memiliki beragam dampak negatif, terperosoknya perekonomian Jepang ini juga memiliki dampak positif. Hal tersebut yakni mendorong investasi asing dalam jumlah besar dan mendorong wisatawan asing menjelajahi Jepang, yang mana dapat menjadi pemasukan Jepang. Dengan demikian,  perekonomiannya Jepang mampu kembali berjalan dengan baik. 

Referensi

   Shirai, S. (2023). An Undervalued Yen Poses Problems for The Bank of Japan. EastAsiaForum. https://doi.org/10.59425/eabc.1698746416

   Hiroyuki, I. (2023). Yen Exchange Rate Fluctuations and Japan's International Investment Position. Research Institute of Economy, Trade & Industry. 

   International Monetary Fund. (2024). The Risks to Global Growth are Broadly Balanced and A Soft Landing is A Possibility. World Economic Outlook Report. 

   International Monetary Fund. (2024). Transcript of Press Briefing on Japan Article IV. 

   Gourinchas, P., O. (2023). Resilient Global Economy Still Limping Along, with Growing Divergences. International Monetary Fund Blog. 

   Kihara, L. Kajimoto, T. (2024). Japan Unexpectedly Slips into Recession, Germany Now World's Third-Biggest Economy. Reuters.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun