Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

7 Tips Hidup Berkesadaran Selama Puasa

6 Mei 2019   22:02 Diperbarui: 6 Mei 2019   22:39 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidup untuk saat ini, melepaskan yang telah berlalu dan yakin melangkah menuju masa depan. (Sumber foto: https://mrsmindfulness.com)

Apakah Anda pernah tanpa sadar merasakan terperangkap dalam kehidupan di masa lampau? Apakah Anda ingin segera berada dalam kehidupan di masa mendatang? 

1 Ramadhan 1440 H jatuh pada 6 Mei 2019. Umat Muslim berjumpa kembali dengan bulan nan fitri, bulan penuh ampunan. Sah-sah saja kita mengatakan puasa sebagai bulan menata diri, menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Selain menahan lapar dan haus selama berpuasa, mari sejenak kita melihat ke dalam diri. Apa yang perlu dibenahi? Bila selama ini kita berjalan terlampau cepat bersaing dengan orang lain, coba atur napas dan kurangi ritme.

Nikmati semua hal di sekitar yang terabaikan. Pandang tanaman di halaman, sentuh rumput yang masih basah oleh hujan semalam. Mungkin Anda hanya melintasi benda-benda itu tanpa pernah berinteraksi.

Rasakan minuman pemuas dahaga dan kunyah makanan saat sahur dan berbuka puasa dengan perlahan. Biarkan semua anggota tubuh merasakah kenikmatan itu.

Mungkin sepanjang hidup Anda merasa waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa kini Anda berada di penghujung usia 30 tahun misalnya. Namun Anda merasa tidak ada pencapaian yang berarti. Semua pengalaman berlalu seakan hilang bersama angin.

Pada momen puasa kali ini, yuk kita coba hidup berkesadaran. Hidup pada saat ini. Bukan hidup di masa lalu dengan segala penyesalan atau kerinduan, apalagi masa depan yang tanpa kepastian. Niscaya hidup menjadi lebih damai, lebih tenang, dan lebih jernih terutama saat menghadapi permasalahan.

Banyaknya barang tidak menjamin kebahagiaan. (Sumber foto: http://www.zipcodemagazines.com)
Banyaknya barang tidak menjamin kebahagiaan. (Sumber foto: http://www.zipcodemagazines.com)

Terkait dengan kepemilikan barang, kita perlu tahu manfaat dan nilai barang-barang tersebut. Barang tidak sekadar disimpan dengan alasan emosional, melainkan digunakan. Kita memaksimalkan manfaat dari barang tersebut.

Melalui gaya hidup berkesadaran, kita tidak mudah tergoda membeli barang baru hanya karena melihat foto orang lain memakai barang tersebut di social media. Trend itu tidak akan ada habisnya. Trend mendorong kita membeli barang secara terus menerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun