Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Coding, Bahasa Masa Depan

12 Desember 2016   21:07 Diperbarui: 12 Desember 2016   21:19 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiri ke kanan: CEO Cody's App Academy Wisnu Sanjaya, Founder Clevio Aranggi Soemardjan, Co-Founder Coding Indonesia Kurie Suditomo, dan moderator Wicaksono Hidayat. Foto: dokpri

Kurie memulai startup bersama partnernya yang merupakan professional programmer. Saat itu baru  20 anak yang mengikuti kursus. Kini murid di Coding Indonesia terus  bertambah. Bahkan  Sabtu merupakan hari yang paling ramai. Pasalnya Senin sampai Jumat anak harus bersekolah. Selain bekerja sama dengan sekolah-sekolah swasta melalui sistem bagi hasil, Coding Indonesia mengirim tutor untuk mengajar pro bono di Rumah Yatim.

Coding Indonesia juga bermitra dengan Indosat untuk mengajarkan  coding di daerah. Kurie ingin berbagi mimpi, bahwa coding itu harus menjadi mainstream. Selama ini subjek yang menjadi mainstream diantaranya bahasa Inggris dan matematika. Padahal coding  bisa membantu anak memahami matematika dengan cara  visual. Selain itu coding  membuat anak beradaptasi dengan komputer.

Kurie mengisahkan, ia dan timnya membawa komputer dari Jakarta. Mereka mengajarkan coding kepada anak-anak yang tinggal di desa yang berjarak 6 km dari Kuningan. Ada anak yang belum pernah pegang mouse, ada yang belum pernah pegang  komputer. Ada pula ibu yang malu-malu bertanya apakah boleh bergabung belajar coding. Itu kenyataan yang tengah kita hadapi. Kita  bicara tentang 60 juta anak Indonesia yang harus dibantu. Coding itu seperti  calistung dalam bahasa komputer. Melalui coding kita bisa memberikan harapan. “Sehingga suatu saat mereka bisa bermimpi, saya ingin belajar, saya ingin menjadi orang yang lebih dari  sekarang,” ujar Kurie.

Tantangan terberat dalam membangun startup, dalam pandangan Kurie adalah  educate market.  Coding  masih sering menghadapi beragam pertanyaan. Pertanyaan itu tidak hanya datang dari kalangan yang kurang terpapar, juga kalangan berpendidikan. Kurie berharap pemerintah tergerak memasukkan coding ke dalam kurikulum. Semoga cita-cita itu bisa tercapai. Coding itu bukan alternatif, harus menjadi pilihan. Kalau  ingin menjadi yang terdepan di abad ini, kita harus menguasai coding.

Mengubah Mindset

Selanjutnya pembicara ketiga,  CEO Cody's App Academy Wisnu Sanjaya. Cody's App Academy adalah lembaga kursus yang mengajarkan  programming dan membuat game kepada anak-anak. Kurikulum disusun berdasarkan  pengalaman Wisnu. Bahkan Wisnu berani memaparkan visinya tersebut kepada sekolah-sekolah. Selama ini bermain game dianggap buang-buang waktu. Wisnu ingin mengubah mindset masyarakat dan orangtua mengenai game. Melalui game kita bisa mengajak anak-anak untuk produktif dan kreatif. Wisnu sendiri mengawali karirnya sebagai gamer. Permasalahannya orangtua  menganggap hal itu negatif. “Padahal dari nintendo saya belajar bahasa. Saya belajar menggambar lewat game,” ujar Wisnu.

Bagaimana Wisnu menjaga asa sebagai gamer? Saat  SD, ia  tidak tahu lembaga untuk  belajar game. Bermodalkan buku gambar dan pensil, Wisnu mengembangkan keahliannya. Selanjutnya ia kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual walaupun tidak berhubungan dengan game. Lulus kuliah Wisnu bekerja di sebuah studio game terbesar dan tertua di Indonesia. Berdasarkan pengalamannya tersebut Wisnu berpikir mengapa tidak ia  membuat startup.

Wisnu melihat sebuah masalah, di era digital ini orangtua sibuk dengan media sosial sementara anak sibuk dengan game. Namun  orangtua tidak tahu anak akan diarahkan ke mana. Kemudian  anak didaftarkan mengikuti kursus komputer. Ternyata belum juga menarik untuk anak. Cody's App Academy ingin memberitahu orangtua dan masyarakat bahwa ada solusi untuk anak-anak yang sudah terpapar  game. Lebih baik  memberikan kesempatan kepada anak  untuk bermain. Itu adalah hak mereka. Namun mereka punya kewajiban untuk berkembang dan belajar. Menurut Wisnu, tidak banyak orangtua yang menemukan bakat anak sejak kecil. Orangtua bertanggung jawab agar anak  tetap produktif.  “Main game tidak masalah asal jangan berlebihan.  Di game itu ada codingnya, bagus untuk anak,” ujar Wisnu.

https://twitter.com/Ignasia_Kijm

https://www.facebook.com/ignasia.kijm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun