Di era yang serba cepat ini, brand-brand legendaris harus selalu tetap relevan bagi pangsa pasarnya, agar mereka tetap menjadi top-of-mind dan preferensi pembelian konsumen.
Salah satu cara paling powerful untuk mencapai ini adalah melalui brand logo rejuvenation, yang bukan hanya sekadar memperhatikan sisi kreatifitas, estetika semata, tapi juga strategi untuk memperkuat brand awareness dan brand equity.
Rejuvenasi merek bukan sekadar ganti logo; tetapi ini tentang menghidupkan kembali relevansi brand di mata konsumen, khususnya para konsumen baru.Â
Pakar brand David A. Aaker mengatakan: "A brand that fails to evolve risks becoming irrelevant. Rejuvenation is not just about changing visuals but about recapturing the essence of what makes the brand resonate with its audience."
Jika diterjemahkan: "Merek yang gagal berkembang berisiko menjadi tidak relevan. Rejuvenasi bukan hanya tentang mengubah visual, tetapi tentang menangkap kembali esensi yang membuat merek beresonansi dengan audiensnya."
Dalam artikel ini, saya akan mengupas perubahan logo brand legendaris yang terjadi beberapa tahun kebelakang ini.
1. Pepsi Cola: Nostalgia Berpadu Modernitas
Pepsi-Cola merupakan salah satu Giant Global Beverages Brand yang sering gonta ganti logo brand. Terakhir ia meluncurkan logo barunya pada Maret 2023.Â
Desain baru ini mengembalikan elemen nostalgia dari era 1962-1991, dengan globe design yang lebih tebal dan kata "PEPSI" dalam huruf kapital sans-serif yang bold, diletakkan di tengah logo.
Menurut Mauro Porcini, Chief Design Officer PepsiCo, "We wanted to create something that nods to Pepsi's past but leaps boldly into the brand's next chapter"Â
Menurut Brand Finance 2021, Pepsi yang memiliki nilai brand sebesar US$18,4 miliar, menempati posisi kedua setelah Coca-Cola di sektor minuman ringan. Konon, rebranding ini membantu Pepsi meningkatkan brand value sebesar 17% dari 2022 ke 2023. Perubahan ini menunjukkan respons positif pasar.
Logo baru diharapkan memperkuat asosiasi Pepsi sebagai sesuatu yang youthfull, Â dinamis, fun, energik, serta inovatif, terutama bagi kalangan audiens muda dengan loyalitas pelanggan lama sambil menarik perhatian Gen Z.
2. Nokia: Melangkah Jauh dari Masa Lalu
Nokia, yang pernah menjadi raksasa ponsel, beralih fokus ke infrastruktur telekomunikasi setelah menjual divisi ponselnya ke Microsoft pada 2014. Pada 2023, Nokia meluncurkan logo baru untuk mencerminkan perubahan ke solusi teknologi B2B.
Logo baru ini menghapus font ikonik dan warna biru tua, digantikan dengan bentuk abstrak yang "lebih ringan dan dinamis" (Creative Bloq, 2023).Â
Rebranding ini mencerminkan ambisi Nokia untuk "unleashing the exponential potential of networks." Namun logo baru ini menuai kritik karena dianggap sulit dibaca, dengan beberapa orang bercanda membacanya sebagai "AOCIA" atau "AOKN".
Logo baru berhasil memisahkan Nokia dari citra "ponsel jadul," tetapi kehilangan elemen nostalgia yang kuat di kalangan konsumen lama. Ini berdampak pada penurunan brand loyalty di segmen konsumen ritel. Harris Poll 2023 melaporkan peningkatan skor persepsi merek sebesar 10% di kalangan klien B2B.
Di sisi lain, fokus pada B2B meningkatkan persepsi modernitas di kalangan pelaku industri, yang penting untuk memperkuat brand equity di pasar jaringan. Namun, transisi ini masih membutuhkan waktu untuk membuktikan keberhasilannya.Â
3. Jaguar: Dari Kemewahan Klasik ke Minimalisme ModernÂ
Jaguar, merek otomotif Inggris yang identik dengan kemewahan dan performa, menjalani Rebranding dengan tujuan menarik audiens yang lebih muda dan tech-savvy, sejalan dengan visi menjadi merek kendaraan listrik penuh pada 2025.Â
Perubahan ini mencakup transisi dari logo ikonik the leaper (gambar jaguar melompat), pengenalan nama baru JLR (Jaguar Land Rover), hingga logo baru yang kontroversial. Namun, logo baru gagal memenuhi ekspektasi baik pelanggan lama maupun target market barunya.Â
Kegagalan logo baru ini tidak hanya mencerminkan kesalahan desain, tetapi juga strategi yang kurang matang dalam mempertahankan brand equity dan resonansi emosional dengan audiens.
Salah satu kesalahan terbesar logo baru Jaguar adalah menghilangkan elemen visual yang telah lama menjadi inti identitas merek: gambar jaguar melompat (leaper) dan emblem bergaya klasik.
Simbol yang telah diperkenalkan sejak tahun 30-an, tidak hanya mewakili kemewahan, tetapi juga kecepatan, kekuatan, dan keanggunan; yang sesungguhnya merupakan core values yang membuat Jaguar menonjol di pasar otomotif premium.
Dalam buku klasik Managing Brand Equity, Aaker mengatakan: "Identitas merek adalah aset paling berharga. Mengubahnya tanpa mempertahankan elemen inti berisiko mengasingkan pelanggan dan melemahkan ekuitas."
Logo baru Jaguar, tidak hanya gagal menarik Gen Z atau audiens tech-savvy, tetapi juga membuat brand ini terasa asing bagi basis pelanggan existing yang mengasosiasikan Jaguar dengan kemewahan Inggris. Logo desain baru yang minimalis dirasa lebih cocok buat startup teknologi, tetapi tidak untuk merek legendaris yang berusia 80 tahun.Â
Apa yang dilakukan oleh para petinggi Jaguar sangat bertolak belakang dengan literatur mengenai rejuvenation yang pernah saya baca. Intinya: Â Rejuvenasi akan sukses jika berpijak pada penghormatan terhadap nilai nilai inti warisan merek, Â sambil beradaptasi pada realitas pasar baru. Mengabaikan masa lalu adalah resep untuk kegagalan.
Aaker juga mengatakan : "A brand's identity is its most valuable asset. "Changing it without retaining core elements risks alienating customers and diluting equity."
Brand logo rejuvenation sesungguhnya ibarat pedang bermata dua. Rejuvenasi harus dilakukan dengan hati-hati, menyeimbangkan warisan brand dengan kebutuhan pasar saat ini. Lakukan secara hati hati dan tidak gegabah, berpeganglah pada hal ini :Â
- Lakukan Riset Pra-Rebranding: Gunakan kelompok fokus dan survei untuk mengukur sentimen konsumen.
- Seimbangkan nilai inti (core value) warisan dan Inovasi: Pertahankan elemen ikonik untuk menjaga loyalitas..
- Pantau Sentimen Pasca-Rebranding: Gunakan analitik media sosial untuk melacak umpan balik real-time..
- Selaraskan dengan Tujuan Strategis: Pastikan perubahan logo mencerminkan tujuan merek yang lebih luas.
Brand brand yang sudah lama di pasar harus ingat kata-kata Aaker : "Brands must evolve or fade." Nah Sudah siapkah Brand anda melakukan rejuvenasi?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI