Mohon tunggu...
Claudea Novitasari
Claudea Novitasari Mohon Tunggu... -

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta - 2012

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Citizen Journalism: Saatnya Masyarakat Berbicara

19 Maret 2015   19:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:25 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kemunculan internet yang berlanjut dengan kemunculan media online ternyata juga memberikan dampak pada perkembangan jurnalisme di dunia. Pengerahuh media online dalam jurnalisme atau yang sering disebut dengan jurnalisme online memiliki karakteristik yang menempatkan audience dapat berperan aktif dalam sebuah produksi berita, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tidak hanya itu, akhir-akhir ini juga muncul jenis jurnalisme baru yang berkembang di media online. Jenis jurnalisme ini dikenal dengan sebutan citizen journalism. Menurut Shayne Bowman & Chris Willis, citizen journalism: the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information.”

Denis McQuail menjelaskan jika citizen journalism mempunyai empat kategori sifat: (1) sebagai media komunikasi interpersonal, (2) sebagai media interaktif, (3) sebagai information search media. (4) sebagai collective participatory media. Oleh karenanya, dengan adanya citizen journalism inidapat dijadikan sebagai penentu arah dari perkembangan isu di masyarakat. Bahkan, peran gatekeeping tidak lagi hanya berada di tangan editor, namun peran pembaca sebagai user juga akan sangat mempengaruhi.

Berikut ini adalah beberapa perbedaan fungsi dari media lama dan media baru:

(MEDIA LAMA)


  1. Satu objek berbicara pada banyak orang
  2. One way communication
  3. Di bawah kontrol negara
  4. Memroduksi lapisan sosial
  5. Memfragmentasi audience
  6. Membentuk kebingungan sosial



(MEDIA BARU)


  1. Bersifat Decentralized, yang artinya semua orang memiliki kesempatan berbicara kepada siapapun.
  2. Two way communication yang memungkinkan adanya feedback dari audience
  3. Di luar kontrol negara, bahkan bisa dinikmati oleh siapapun yang ada di dunia
  4. Memroduksi konsep demokratisasi
  5. Meletakkan audience pada posisi yang sama
  6. Berorientasi pada individu

Berdasarkan dari paparan di atas, Denis McQuail juga mengatakan jika media baru akan lebih banyak memberikan pengaruh pada ruang demokrasi. Konsep ini menjadi salah satu alasan lain yang ingin diwujudkan dari adanya citizen journalism. Sehingga, warga masyarakat juga dapat menjalankan fungsi watchdog, pengawasan terhadap kinerja pemerintah.

Citizen journalism atau yang sering dikenal dengan jurnalisme warga, populer dan lebih dikenal melalui medium internet. Outing membagi enam kategori untuk citizen journalism yang berkembang di situs internet, seperti:


  1. Situs internet memungkinkan masyarakat untuk memberikan komentar. Maksudnya, pembaca dapat mengkritik, memuji, atau bahkan memberi tambahan informasi ke dalam suatu berita yang berada di situs Web.
  2. Liputan dengan sumber terbuka. Maksudnya, seorang reporter profesional akan bekerja sama dengan pembaca yang mengetahui tentang suatu masalah.
  3. Rumah blog, Sebuah situs internet yang mengundang pembaca untuk menampilkan blognya.
  4. Situs internet publik teredit dan tidak teredit dengan sumber berita yang diperoleh dari masyarakat.
  5. Situs “reporter pro+warga”, berita dari reporter profesional yang akan diperlakukan sama dengan berita dari masyarakat.
  6. Wiki-jurnalisme, menempatkan user tidak hanya sebagai pembaca namun juga sebagai editor

Salah satu blog atau situs Web interaktif populer yang menerapkan seperti situs citizen journalism adalah Ohmynews (www.ohmynews.com) di Korea Selatan. Situs ini diluncurkan pertama kali pada tahun 2000, dan sekitar 40.000 reporter warga bersama 70 wartawan profesional tergabung di dalamnya.  Jurnalisme warga Ohmynews berkembang pesat karena masyarakat Korea Selatan pada saat itu sangat memerlukan media alternatif di tengah kuatnya kontrol dari pemerintah.

Stasiun Radio Elshinta menjadi media di Indonesia yang pertama kali menerapkan fungsi citizen journalism. Pada tahun 1966, Radio Elshinta didirikan untuk menyiarkan budaya Indonesia. Namun, tahun 1998 radio ini merubah multi programnya menjadi radio khusus berita. Dua tahun kemudian, Radio Elshinta menerapkan jurnalisme warga dengan mengizinkan para pendengarnya untuk melaporkan berita.

Terkait untuk menghindari berita palsu, Radio Elshinta sangat mengedepankan keaslian identitas dari sang reporter. Sehingga, berita dari reporter warga yang baru pertama kali melaporkan tidak akan disiarkan secara langsung, namun akan dicek terlebih dahulu keakuratannya oleh wartawan profesional dari Radio Elshinta. Berita yang disampaikan pun harus bersifat kejaidan dan bukan laporan investigasi.

Standar ini diterapkan dengan tujuan agar Radio Elshinta maupun para reporter warganya dapat terhindar dari tuntutan hukum. Hingga kini Radio Elshintasudah memiliki kurang lebih 100.000 reporter warga. Bahkan, beberapa stasiun radio lain dan stasiun TV swasta, seperti SCTV, RCTI, ANTV, Metro TV, dll juga mulai menerapkan citizen journalism.

Kesuksesan Radio Elshintadalam menerapkan citizen journalism dipuji oleh media-media lain. “Radio Elshintaberhasil menerapkan jurnalisme warga dengan sangat baik. Beritanya sering ditindak lanjuti oleh media cetak dan newswire,” kata pemimpin redaksi The Jakarta Post Endy M. Bayuni tahun 2007.

Bahkan kini di Indonesia terdapat situs protal Web yang secara khusus diciptakan untuk menjalankan fungsi jurnalisme warga. Situs protal Web: www.citizenjurnalism.com merupakan sebuah komunitas terbuka bagi siapapun yang ingin bergabung sebagai kontributor ataupun sekedar membaca. Citizenjurnalism.com ini juga berkolaborasi dengan PFI (Pewarta Foto Indonesia), KJI (Kamerawan Jurnalis Indonesia), dan AJI (Aliansi Jurnalis Independen).

Semoga kemunculan medium baru berupa citizen journalism ini benar-benar dapat dijalankan sebagaimana fungsinya. Sehingga, penerapan agenda setting di media dapat semakin diminimalisir. Bahkan, persebaran informasi akan semakin luas dan beragam, masyarakat  juga akan semakin terbuka dan kritis terhadap informasi.

SUMBER:

http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/115/111

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/29724/Chapter%20II.pdf;jsessionid=9425ECBDA1530073DBAF7738134A5D7D?sequence=4

http://eprints.undip.ac.id/7226/1/journalism_globalisasi_informasi.pdf

http://www.citizenjurnalism.com/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun