"Dua saudara kalian yang lain. Nila dan Ungu. Mereka perpaduan dari kalian bertiga," jawab Bidadari singkat. Merah, Kuning dan Biru kemudian berangkulan, mereka telah menemukan warna-warna. "Dan, kalian adalah sekumpulan warna pelangi," tambah Bidadari.
"Pelangi?" ucap mereka bertiga serempak. "Iya, pelangi yang selalu datang setelah hujan badai. Pelangi yang datang bersama sinar benderang. Kalianlah warna-warna yang memberi keindahan pada dunia. Lihatlah di sekitar kalian, sekarang. Semuanya telah berwarna." Mereka memperhatikan semua benda yang semula bening telah berwarna-warni.
"Lalu, warna apakah dirimu, Bidadari?" tanya Kuning penasaran. Bidadari tertawa pelan. Kuning memang pintar, batin Bidadari. "Aku berwarna putih, sayang," jawabnya. Merah, Kuning dan Biru saling berpandangan. Sang Bidadari kemudian menapakkan tangannya ke dada Merah, Kuning dan Biru bergantian. "Putih berarti suci. Dan, seharusnya hati kalian berwarna putih. Jangan nodai dengan keburukan. Maka, ia senantiasa berwarna putih."
"Wah," decak kagum Biru. "Hati kita berwarna putih. Sangat bersih, Merah, Kuning." Merah dan Kuning mengangguk. "Baiklah, tugasku sudah selesai. Aku harus kembali ke kahyangan. Kapan-kapan kita bisa bertemu lagi, ketika sang pelangi datang. Okay?" Bidadari pun pamit pergi.
"Tunggu, Bidadari. Adakah warna lain yang belum kau ceritakan pada kami?" cegat Merah. "Hmm," Bidadari bergumam.
"Tadi, aku datang terlalu awal, ya? Baik, aku beri tahu, jika tadi kalian saling memaksakan diri tanpa henti, kalian akan bertemu dengan sebuah warna yang pekat, sangaaat pekat. Ia bernama Hitam. Hati-hati yang kelam bisa menjadi warna Hitam, berhati-hatilah." Bidadari mengedipkan sebelah matanya. Ia bersiap menaiki pelangi. Pelan perlahan semburat pelangi menghilang. Merah, Kuning, dan Biru sekarang bahagia telah menemukan warna-warna. Dunia mereka menjadi berwarna-warni. Mereka akan merindukan hadirnya pelangi.
***
Jkt, 6 Januari 2010.
Titip link: http://indonovel.com/self-publishing-print-on-demand-adalah-passive-income