Mohon tunggu...
Clarisa Audia Ayu Maharani
Clarisa Audia Ayu Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Seorang Mahasiswa Antropologi Sosial di Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Potret Desa: Petani Bawang dalam Gilasan Roda Nasib

7 Agustus 2023   11:13 Diperbarui: 7 Agustus 2023   13:15 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi: Bawang Merah di rumah petani

Potret Desa: Petani Bawang dalam Gilasan Roda Nasib

Oleh: Clarisa Audia Ayu Maharani

Petani seolah tidak dapat dipisahkan dengan berbagai ketidakpastian kondisi. Ketidakpastian kondisi tersebut berkaitan dengan hasil produksi dan harga pasar. Setiap harinya petani dihantui rasa takut akan perolehan hasil bawang merah pada tiap musim tanam. Selain itu, harga pasar yang berfluktuasi seakan menambah ketakutan para petani.

Dengan kualitas hasil produksi menjadi momok menakutkan bagi petani setiap tahunnya. Hal ini terdapat beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hasil produksi, diantaranya keadaan iklim atau cuaca dan serangan hama penyakit yang dapat menurunkan hasil produksi atau bahkan dapat menggagalkan usaha pertanian. Cuaca sangat berpengaruh pada hasil produksi, dimana pada musim kemarau petani bawang merah mendapatkan keuntungan. Biasanya petani bawang di musim kemarau bisa 4 kali panen dalam setahun, dimana tanaman ini hanya membutuhkan sedikit air untuk menghindari pembusukan pada bawang merah, sehingga mendapatkan keuntungan. Akan tetapi, pada musim hujan keuntungan yang diperoleh sedikit lebih rendah dibandingkan dengan musim kemarau yang hanya mendapatkan 2 atau 3 kali panen dalam setahun. Dengan cuaca yang tak menentu menyebabkan produksi menjadi berkurang akibat hujan yang turun secara terus menerus yang menyebabkan daun bawang menjadi rontok dan umbinya membusuk.

Kendala yang dihadapi tersebut dapat mempengaruhi produktivitas hasil produksi dan pendapatan petani mengalami penurunan. Sehingga di musim penghujan tanaman bawang merah lebih rawan terkena penyakit yang disebabkan oleh cendawan yang timbul ketika embun basah pada pagi hari, sehingga petani lebih banyak mengeluarkan biaya untuk membeli obat-obatan. Selain itu, banyak biaya lainnya yang dikeluarkan petani pada musim penghujan, seperti plastik untuk melindungi bawang tersebut.

Pada musim kemarau petani juga harus menghadapi serangan hama, penyakit, kabut kering, dan sulitnya air. Hama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah ulat bawang, sedangkan penyakit bawang yang sering menyerang pada musim kemarau, yaitu penyakit trotol yang disebabkan oleh cendawan. Selain itu, intensitas cahaya yang rendah menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan dan fotosintesis sehingga tanaman tidak dapat berproduksi secara maksimal.

Petani juga harus menghadapi risiko terkait perubahan harga pasar yang setiap bulannya mengalami ketidakpastian. Pada dasarnya sistem tebas dengan perantara tengkulak menjadi cara andalan untuk menjual hasil produksi yang dilakukan oleh petani bawang di Desa Jagalempeni. Namun, dengan perubahan harga pasar yang setiap bulannya tidak menentu menjadi ketakutan-ketakutan yang menghantui petani. Hal ini dikarenakan perubahan harga pasar yang mengalami penurunan membuat tengkulak tidak membeli tanaman bawang. Sehingga menyebabkan kerugian secara finansial dan tenaga yang harus dikeluarkan oleh petani.    

Dalam pemecahan permasalahan yang dialami oleh petani bawang membuat mereka mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh desa untuk meningkatkan hasil produksi, termasuk menjadi bagian dari POKTAN (Kelompok tani) yang diketuai oleh GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani). Dengan mengikuti POKTAN, petani bawang diberi kemudahan dalam pengelolaan tanaman bawang. Desa Jagalempeni memiliki enam POKTAN berdasarkan wilayah RW yang ada , yaitu Uman Jaya 1, Uman Jaya 2, Uman Jaya 3, Mulia Makmur, Uman Jaya 4, dan Uman Jaya 5.

Petani menjadi tak terpisahkan dengan elemen-elemen penompang untuk bertahan hidup pada kerasnya kehidupan yang semakin bersaing agar mendapatkan hasil yang terbaik. Sehingga hasil produksi yang kurang memadai akan tersinggirkan dengan yang lebih bagus. Dengan demikian, langkah-langkah untuk meningkatkan hasil kualitas produksi petani harus dilakukan dengan tindakan yang tepat, akan tetapi nasib menjadi penentu meskipun sudah melakukan hal yang terbaik.

Nilai Bawang di Desa Jagalempeni

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun