Mohon tunggu...
Citra Anggun Maharani
Citra Anggun Maharani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Sutradara/Produser/Menjadi Sutradara dan Produser yang sukses/Perusahaan Televisi

Hobi Memotret dan Berakting, Kepribadian Sosialis, konten Favorit Tentang Produksi Film dan proses Syuting film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terkikisnya Tradisi Upacara Adat Begawi di Tengah Zaman Modernisasi dan Era Globalisasi

27 Februari 2024   10:30 Diperbarui: 27 Februari 2024   11:09 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Terkikisnya Tradisi Upacara Adat Begawi di Tengah Zaman Modernisasi dan Era Globalisasi

CITRA ANGGUN MAHARANI

12 IPS 1 SMA NEGERI 3 KABUPATEN TANGERANG

    Keberadaan masyarakat adat di Indonesia merupakan suatu fakta yang tidak terbantahkan. Sama halnya dengan yang ada di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang terletak di Negara Republik Indonesia, tepatnya berada di ujung pulau Sumatera bagian tenggara. Perkembangan zaman modernisasi dan era globalisasi tidak akan pernah mampu memengaruhi eksistensinya di provinsi yang berjuluk "Sai Bumi Ruwa Jurai" ini. Masyarakat adat Lampung disebut-sebut sudah ada sejak abad ke-12 SM. Mereka diketahui terbagi dalam dua kelompok adat besar yaitu, Masyarakat Adat Pepadun dan Saibatin.

    Provinsi Lampung menyimpan banyak sekali keberagaman budaya dan kearifan lokal yang masih kental hingga saat ini. Lampung merupakan provinsi yang multietnik dengan keberagaman suku, budaya, ras dan agama. Keberagaman suku/etnik di provinsi Lampung itu sendiri selain karena banyak suku pendatang yang bertransmigrasi juga disebabkan oleh suku Pribumi/asli Lampung itu sendiri. Penduduk asli (pribumi) di provinsi Lampung terdiri dari dua suku/kelompok besar yang mendiami wilayah dengan topografis yang berbeda. Daerah yang topografinya didominasi oleh pegunungan dididiami oleh masyarakat adat Pepadun/pedalaman, dan wilayah yang topografi nya berbatasan langsung dengan garis pantai didiami oleh masyarakat adat Saibatin/Peminggir. Kedua Kelompok adat ini memiliki ciri khas masing-masing dalam hal tatanan kehidupan masyarakat dan tradisi yang berlangsung dalam masyarakat secara turun temurun. Salah satu Tradisi yang sangat terkenal dari Provinsi ini adalah prosesi adat "Upacara Begawi" yang di lakukan oleh kelompok masyarakat adat pedalaman (Pepadun).

Apa itu Upacara Begawi?

    Upacara Begawi/Gawi merupakan suatu perayaan atas hasil kerja adat dalam komunitas masyarakat Lampung. Salah satu bentuk paling penting dalam acara ini adalah Begawi Cakak Pepadun. Adapun masyarakat etnis atau suku bangsa Lampung yang melaksanakan Begawi Cakak Pepadun hanyalah kelompok masyarakat adat yang berasal dari Lampung Pepadun. "Begawi" dapat diartikan sebagai "suatu pekerjaan" atau "membuat gawi". Bagi masyarakat Lampung Pepadun, begawi cakak pepadun sifatnya wajib dilakukan oleh seseorang sebelum menyandang hak untuk menduduki posisi penyimbang yang dilakukan oleh lembaga perwatin adat. Sementara itu, Masyarakat adat Lampung Pepadun merupakan salah satu suku asli Provinsi Lampung. Istilah "Pepadun" diartikan sebagai sebuah singgasana yang hanya dapat digunakan atau diduduki pada saat penobatan raja-raja adat dari Paksi Pak Sekala Brak yang merupakan nenek moyang suku Lampung (Saibatin dan Pepadun). Berdasarkan pengertian tersebut, Pepadun memiliki makna sebagai memadukan pengesahan/pengaduan untuk menasbiskan raja serta mengadukan segala hal ikhwal dan mengambil keputusan raja tersebut.

    Nama "Pepadun" berasal dari seperangkat adat yang digunakan dalam prosesi Cakak Pepadun. Pepadun adalah kursi atau singgasana kayu yang merupakan simbol status sosial tertentu dalam keluarga. Prosesi pemberian gelar adat "Juluk Adok" dilakukan di atas singgasana tersebut. Dalam pelaksanaan upacara tersebut, anggota masyarakat yang ingin menaikkan status adatnya harus membayarkan sejumlah uang "Dau" dan memotong sejumlah kerbau. Jumlah uang dan kerbau yang harus dibayarkan tergantung dari seberapa tinggi peningkatan status adat yang diinginkan, jika status adat yang diinginkan semakin tinggi, maka uang dan kerbau yang harus diserahkan jumlahnya juga semakin banyak. Prosesi Cakak Pepadun ini diselenggarakan di "Rumah Sesat" dan dipimpin oleh seorang Penyimbang atau pimpinan adat yang posisinya paling tinggi.

    Upacara begawi cakak pepadun sekaligus menjadi penanda perbedaan kebudayaan antara masyarakat Lampung Pepadun yang mendiami wilayah tengah dan Lampung Saibatin yang mendiami daerah pesisir Lampung. Upacara adat besar yang disertai pemberian gelar atau juluk adok memang menjadi ciri khas dari adat Lampung Pepadun. Setiap orang memiliki kesempatan untuk melakukan peningkatan status adatnya dengan melakukan upacara ini yang mengharuskannya membayar sejumlah uang "Dau" dan hewan kerbau.

Pengaruh IPTEK dan Modernisasi

    Keberadaan Begawi di tengah kehidupan masyarakat Lampung tidak terlepas dari pengaruh yang muncul seiring perkembangan zaman dan era Globalisasi. Dari kajian-kajian ilmiah yang pernah dilakukan, terdapat tren penurunan pelaksanaan begawi. Tradisi Begawi ini dikhawatirkan bisa semakin menghilang di masa kini. Roveneldo menulis bahwa setidaknya terdapat empat alasan yang melatarbelakangi mengapa Begawi sangat sedikit dilakukan oleh masyarakat Lampung. Pertama, waktu yang dibutuhkan sejak awal hingga akhir acara terlalu lama. Kedua, solidaritas masyarakat semakin terkikis. Ketiga, besarnya biaya yang dibutuhkan. Kemudian keempat, adanya penurunan sejak tahun 1990 terhadap pernikahan dengan Begawi.

   Hal ini menunjukan bahwa gelombang arus Globalisasi sangat berpengaruh terhadap kearifan lokal yang ada di Indonesia. Di Zaman yang Modern ini, banyak sekali kebiasaan dan tingkah laku masyarakat yang sudah mulai berubah dan mulai meninggalkan kebudayaan asli mereka. Masyarakat sekarang cenderung bergaya hidup lebih modern dan instan, semua serba ingin mudah dan praktis sehingga cara berfikir mereka juga jadi materialistis. Hal ini disebabkan karena kemajuan teknologi yang semakin canggih dan modern, sehingga masyarakat adat yang tadinya hidup dengan kesederhanaan dan bergantung pada lingkungan alam menjadi ikut terbawa oleh arus Globalisasi dan mulai meninggalkan kebudayaan tradisional mereka sendiri. Padahal budaya merupakan salah satu kekayaan Negara. Di Zaman sekarang ini, banyak sekali anak-anak muda Indonesia yang sudah terpengaruh dan terbawa oleh budaya barat, sehingga meninggalkan budaya dari negara nya sendiri. Mereka berfikir bahwa budaya barat jauh lebih keren dari budaya timur, sehingga mereka lebih memilih untuk mengikuti trend budaya barat yang mungkin cenderung lebih tidak layak di contoh.

    Kebudayaan tradisional seperti ini patut untuk kita lestarikan, karena budaya adalah cerminan suatu negara. Negara akan terkenal dengan tradisi budaya nya yang unik dan beranekaragam serta dapat mengedukasi masyarakat. Kebudayaan dan kearifan lokal di Indonesia ini sangat banyak ragamnya, setiap Provinsi atau daerah pasti mempunyai keunikan budaya masing-masing yang pantas dan harus kita jaga kelestariannya. Untuk itu, kita sebagai manusia yang lahir di tengah derasnya arus globalisasi, jangan sampai meninggalkan dan melupakan kebudayaan tradisional dari negara ini. Sepatutnya kita lah yang harus menjadi penerus dan pelestari budaya untuk generasi-generasi selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun