Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Candi Kedulan, "Mosaik" Budaya Adiluhung Mataram Hindu yang Pernah Terkubur Lama

13 Februari 2025   08:09 Diperbarui: 13 Februari 2025   12:06 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiasan kala pada pintu masuk candi induk (pagar langkan) dan kala pada pintu masuk bilik candi.Dokpri

Candi Kedulan adalah salah satu bukti peradaban masa lalu Nusantara. Candi Kedulan seakan menjadi mosaik budaya adiluhung  peninggalan Mataram Hindu.

Terkuaknya Candi Kedulan makin menunjukkan adanya pilar-pilar budaya adiluhung Nusantara pada masa lalu. Di sisi lain juga menunjukkan adanya bukti kekuasaan dan kekuatan politik Mataram Hindu.

Dalam konteks pembangunan peradaban, terkuaknya Candi Kedulan juga menunjukkan wilayah Prambanan sekitar (saat itu) menjadi pusat pemerintahan. Sebab di wilayah tersebut tersebar candi-candi Hindu dengan pusat perhatiannya di Candi Prambanan.

Adapun candi-candi Hindu tersebut antara lain: kompleks candi Ijo, candi Gebang, kompleks candi Morangan, kompleks candi Sambisari, terakhir adalah candi Kedulan. Jarak antar candi tersebut relatif dekat, sebab hanya dalam kisaran 5 kilometer antar candi satu dengan lainnya.

Banyaknya candi dalam jarak yang tidak terlalu jauh, setidaknya mengindikasikan bahwa wilayah Prambanan (saat itu) menjadi pusat kegiatan sosial, ekonomi, budaya, religi maupun politik.Tidak mustahil juga wilayah tersebut pernah menjadi pusat pemerintahan Mataram Hindu.     

Candi Kedulan dan Gunung Merapi

Ada hubungan fungsional antara candi Kedulan dan keberadaan gunung Merapi. Seperti diuraikan pada artikel sebelumnya tentang hukum kausalitas tentang challenge and response.

Sebagai gunung yang sangat aktif, selain membawa bahaya, gunung Merapi juga menyuguhkan kesuburan tanah di wilayah sekitarnya.

Kondisi demikian yang mendorong masyarakat menjadikan wilayah sekitar gunung Merapi sebagai pemukiman dan mata pencaharian. Hukum tersebut masih berjalan sampai sekarang.

Wilayah-wilayah yang berada di lereng gunung Merapi dari radius 6 km terlihat padat pemukiman. Seperti diuraikan pada artikel sebelumnya, ada pertimbangan yang bersifat ekologis maupun geomorfologis antara kondisi alam dengan keberadaan masyarakat. 

Candi Kedulan dibangun sebagai upaya memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat. Maka candi Kedulan berfungsi sebagai tempat ibadah. Sebagai tempat ibadah, maka membutuhkan pertimbangan lokasi yang matang.

Pertimbangan lokasi bangunan setidaknya harus memenuhi persyaratan tentang kenyamanan, kesakralan, nuansa kedewataan, keamanan, dan kemudahan memperoleh bahan dasar.

Menurut Darjito (2023), kaum brahmana dalam memilih lahan tempat candi dibuat, memilih lahan antara lain hutan yang lebat, lereng gunung, dekat rangkaian pegunungan, keramat, tenang, dan jauh dari keramaian .

Tempat-tempat tersebut harus mempertimbangkan nuansa kedewataan dan menyimpan kekuatan dewa yang diyakini bahkan lokasi tempat kekuatan supernatural senang bersemayam.

Candi Kedulan dibangun di lereng gunung Merapi. Lokasinya berjarak sekitar 15 km dari puncak gunung Merapi. Sekitar 500 m dari lokasi candi terdapat sungai yang berhulu di puncak Merapi yaitu sungai Wareng.

Sebagai gunung berapi yang sangat aktif, gunung Merapi berkali-kali mengalami erupsi. Seperti diuraikan pada artikel sebelumnya, bahwa diduga kuat sejak tahun 1006 M gunung Merapi Meletus dahsyat, sehingga memporak-porandakan peradaban Mataram Kuna.

Sangat mungkin, peristiwa tersebut juga berdampak pada Candi Kedulan. Letusan-demi letusan, akhirnya mengubur serpihan budaya Kerajaan Mataram Hindu tersebut.

Menurut Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, berdasar kajian stratigrafi, Candi Kedulan telah tertutup lahar setebal 8 meter yang tersusun atas 15 lapisan sedimen.

Berdasar pendapat tersebut dapat diketahui bahwa gunung Merapi terjadi berkali-kali letusan yang laharnya mengubur  Candi Kedulan. Sehingga setelah ditemukan terdapat 15 lapisan sedimen.

Kondisi tersebut baru terkuat tahun 1993 oleh penambang pasir yang biasa melakukan penggalian  dengan masyarakat lain di lokasi Candi Kedulan sekarang. Sejak itu aktivitas penggalian pasir dihentikan. Sejak itu pula misteri Candi Kedulan mulai terkuak.  

Aspek Religi Candi Kedulan

Berdasar data arkeologi di Candi Kedulan, dapat dipastikan bahwa Candi Kedulan berlatar belakang agama Hindu, secara khusus aliran Siwa.

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya lingga-yoni yang terdapat di bilik candi. Selain itu juga ditemukan arca Ganesa dan Durga yang merupakan panteon Hindu aliran Siwa.

Arca-arca yang mengindikasikan ciri-ciri panteon Hindu di Candi Kedulan.Dokpri
Arca-arca yang mengindikasikan ciri-ciri panteon Hindu di Candi Kedulan.Dokpri

Latar belakang agama tersebut memperkuat bukti bahwa pengaruh agama Hindu (aliran Siwa) di wilayah Prambanan sangat besar. Candi-candi tersebut sekaligus membuktikan adanya sifat religius masyarakatnya. Sebab dibuatnya candi-candi tersebut sebagai sarana peribadatan.

Candi Prambanan diidentifikasi sebagai candi kerajaan, candi-candi Hindu di sekitaran bisa saja menjadi tempat peribadatan tingkat watak (rakai) maupun wanua (desa).

Aspek Arsitektur Candi Kedulan

Berdasarkan data arkeologi dapat diketahui bahwa Candi Kedulan terdiri dari satu candi induk menghadap ke arah timur dan tiga candi perwara berada di sisi timur candi induk, pagar I dan pagar II. Maka Candi Kedulan mempunyai tiga halaman. Candi induk ada pada halaman III.

Selanjutnya dari hasil ekskavasi ditemukan benda-benda yang mendukung bukti agama Hindu aliran Siwa. Benda-benda tersebut antara lain Lingga-Yoni, arca Nandiswara, arca Mahakala (terletak di kiri-kanan pintu masuk), arca Durga Mahisasuramardini (relung candi induk bagian kiri), arca Ganesha (relung candi induk bagian belakang), sebelah kanan relung candi induk masih kosong.

Temuan-temuan tersebut diyakini berkaitan dengan keberadaan candi induk. Selain itu juga ditemukan arca Nandi (berada di candi Perwara tengah), dua buah padmasana dan lingga-yoni yang diduga bagian dari candi perwara (kiri dan kanan).

Secara arsitektur, candi induk terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki candi, tubuh candi, dan atap candi. Bagian kaki candi berdenah persegi dengan penampil di sisi timur yang berfungsi sebagai tangga masuk. Pada bagian pipi tangga terdapat hiasan makara. Bagian kaki candi juga memiliki selasar yang dikelilingi pagar langkan.

Tiga candi Perwara berada di depan candi induk.Dokpri
Tiga candi Perwara berada di depan candi induk.Dokpri
Bagian tubuh candi induk berukuran lebih kecil dibandingkan dengan bagian kaki candinya, Di dalam tubuh candi terdapat bilik yang di dalamnya ditempatkan lingga dan yoni. Pintu masuk ke dalam bilik berada di sisi timur, pada kanan-kirinya terdapat relung berisi arca Mahakala dan arca Nandiswara.

Candi induk pada kompleks Candi Kedulan.Dokpri
Candi induk pada kompleks Candi Kedulan.Dokpri
Pada dinding tubuh candi terdapat relung di setiap sisinya, kecuali pada sisi timur yang merupakan pintu masuk ke dalam bilik. Pada relung sisi utara berisi arca durga dan di bawah relung tersebut terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran air menuju selasar.

Relung sisi barat berisi arca Ganesa, dan relung sisi selatan belum ditemukan arca yang mengisinya. Bagian atas relung berhiaskan kala tanpa rahang bawah, di kanan kiri relung berhiaskan pilaster dengan motif dedaunan dan makara.

Hiasan kala pada pintu masuk candi induk (pagar langkan) dan kala pada pintu masuk bilik candi.Dokpri
Hiasan kala pada pintu masuk candi induk (pagar langkan) dan kala pada pintu masuk bilik candi.Dokpri

Uraian sekilas tentang arsitek Candi Kedulan tersebut menunjukkan bahwa Candi Kedulan mempunyai nilai arsitek indah dan kompleks.

Keindahan dapat dilihat pada ragam hias yang menempel pada dinding candi, kompleksitas  bangunan dapat dilihat pada struktur candi, baik candi induk, candi perwara maupun pagar candi. 

 Aspek Sejarah Candi Kedulan

Ulasan tentang aspek sejarah akan mengulas tentang kapan Candi Kedulan dibangun dan siapa raja yang memerintah. Upaya mengetahui hal tersebut didasarkan prasasti yang ditemukan di halaman situs Candi Kedulan saat kegiatan eskavasi yaitu Prasasti Sumundul dan Prasasti Pananggaran (869 M).

Isi kedua prasasti tersebut adalah adanya dam (bendungan air) yang digunakan oleh masyarakat di desa Sumundul dan Panangaran. Selain itu juga disebut adanya bangunan suci bernama Tiwagaharyyan.  

Berdasar isi prasasti tersebut selain menunjukkan adanya system irigasi dalam melakukan aktivitas perekonomian (pertanian) juga menunjukkan adanya periodesasi dibangunnya Candi Kedulan. Sebab kedua prasasti ditemukan di halaman candi. Maka tidak berlebihan, bahwa prasasti tersebut berhubungan dengan Candi Kedulan.

Berdasar analisis tersebut maka Candi Kedulan dibuat pada 869 M (Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta). Apabila dikaitkan dengan silsilah raja Mataram Hindu (Prasasti Wanua Tengah III), raja dari dinasti Sanjaya yang berkuasa adalah Kayuwangi (855 M-885 M). Maka pembuatan Candi Kedulan atas perintah raja Kayuwangi.

Selanjutnya, apabila candi tersebut selesai dibangun masa akhir kekuasaan Balitung (898 M-911 M), maka candi tersebut dibangun selama 42 tahun (tahun 911 M-869 M).   

Selanjutnya lagi, apabila dugaan itu dikaitkan dengan letusan gunung Merapi tahun 1066 M sebagai penyebab terkuburnya Candi Kedulan berikut peradaban Mataram Hindu Jawa Tengah (sehingga ibukota dipindah ke Jawa Timur), padahal Candi Kedulan baru ditemukan tahun 1993, maka candi tersebut terkubur di dalam tanah dalam kisaran waktu 1082 tahun (1993-911).  

Selanjutnya lagi, apabila diasumsikan Candi Kedulan selesai dibangun pada akhir kekuasaan Balitung (911 M) dan terkubur akibat letusan gunung Merapi tahun 1066 M, maka Candi Kedulan digunakan sebagai sarana ibadah selama 155 tahun (1066 M-911 M).

Ilustrasi tersebut dapat memberikan gambaran betapa lama Candi Kedulan berfungsi dan akhirnya terkubur di dalam tanah. Yang pasti, pada saat gunung Merapi Meletus tahun 1066 M, Candi Kedulan sudah jadi dan sudah digunakan sebagai sarana ibadah.

Sebab berdasar bukti-bukti arkeologi, bahwa pembangunan Candi Kedulan selesai sampai akhir. Sehingga saat terpendam, Candi Kedulan dalam kondisi sudah selesai dibangun dan sudah sekitar 155 tahun digunakan sebagai sarana ibadah.    

Candi Kedulan dan Mosaik Budaya Adiluhung Mataram Hindu

Candi Kedulan berada di Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.  Peradaban tersebut baru terkuak sejak tahun 1993 yang secara tidak sengaja dilakukan oleh penambang pasir.

Pendek kata Candi Kedulan pernah terpendam dalam waktu ratusan tahun akibat letusan gunung Merapi. Letak candi berada di kedalaman 8 m di bawah tanah.

Mengapa disebut mosaik budaya adiluhung? Sebab candi Kedulan selain mempunyai keindahan yang  unik (seperti seni arsiteknya, relief yang menghiasi, maupun ornamen-ornamen lainnya), namun tetap menjadi satu rangkaian simbol keberhasilan kerajaan Mataram Hindu. Maka candi Kedulan menjadi salah satu bukti kebesaran yang pernah diukir oleh kerajaan Mataram Hindu.

Sebagai mosaik budaya, Candi Kedulan mempunyai nilai sejarah dan budaya yang penting dalam mengungkap peradaban masa lalu Nusantara.

Candi tersebut setidaknya menjadi bukti nyata kuatnya pengaruh agama Hindu di Nusantara. Hal tersebut sekaligus menunjukkan besarnya peran politik Mataram Hindu di Nusantara saat itu.

Referensi:

  • Sri Muryantini Romawati,dkk.2008.Selayang Pandang Candi-candi di Yogyakarta. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta.  
  • Candi Kedulan (brosur).tt.Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun