Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa Ramadan: "Bukti Bakti" Hamba pada Khaliq-Nya

12 Maret 2024   07:33 Diperbarui: 12 Maret 2024   07:36 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://www.kompas.com

Puasa Ramadan bagi orang Islam (beriman) adalah perintah. Maka menjalankan puasa adalah menjalankan perintah. Dengan kata lain menjalankan puasa merupakan "bukti bakti" seorang hamba atas perintah Khaliq-Nya. Mengapa demikian? Sebab manusia itu adalah ciptaan. Sebagai ciptaan tentu ada hal-hal yang menjadi kewajiban yang harus dipenuhi yaitu wajibnya menjalankan ibadah yang diperintahkan. Ketika kewajiban ibadah itu dijalankan, pada gilirannya ibadah tersebut menjadi kebutuhan jiwanya. Puasa Ramadan adalah salah satu kebutuhan jiwa bagi orang yang beriman.

Sehat Jiwa dan raga dengan Puasa

Tidak ada perintah yang tidak ada hikmah, nilai atau manfaat dibalik perintah tersebut. Oleh sebab itu puasa Ramadan yang dijalankan juga akan memperoleh hikmah, nilai maupun manfaat yang ada di dalamnya.  Ada beberapa manfaat yang bisa digali dari puasa terkait dengan Kesehatan jiwa dan raga.

1. Sehat jiwa

Puasa adalah training jiwa. Sehingga puasa berkaitan erat dengan kesehatan jiwa. Maka makin sering dan makin lama seseorang melakukan puasa, jiwanya akan terasah. Ketika jiwa ini makin terasah, akan menuntun hati menjadi lembut. Jiwa yang lembut akan menjadikan hatinya juga lembut. Hati yang lembut pada giliranya akan mendorong perilaku menjadi sopan, ucapan menjadi arif, bijaksana dan penuh hikmah.  Selain membuat hati lembut, jiwa yang terasah bisa berdampak pada pengendalian sifat kikir dan bakhil.  

Oleh sebab itu puasa Ramadan yang dijalankan selama 30 hari dengan baik dan benar akan menjadi sarana pengasahan jiwa yang sangat strategis. Nafsu angkara murka, tamak/serakah, egois, ambisius, sombong bisa dikendalikan melalui puasa Ramadan. Penyakit hati seperti iri, dengki, hasut bahkan "haus akan kekuasaan" dapat dikendalikan melalui aktivitas puasa khususunya puasa ramadan. Tentu apabila standart pelaksanaan sesuai kaidah yang digariskan Allah SWT dan rasul-Nya. Maka agar puasa dapat mengantarkan seseorang pada keadaan sehat jiwa, kiranya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a). Pahami hal-hal yang dilarang selama puasa, yaitu makan dan minum di siang hari, berhubungan suami istri di siang hari. Langkah ini melatih seseorang menahan diri untuk tidak melanggar aturan atau ketentuan yang sudah diketahui. Pelaksanaan aturan tersebut sangat tergantung dengan kesadaran kita dalam menjalankan puasa. Pelanggaran yang dilakukan hanya Allah SWT dan diri sendiri yang tahu. Hikmah terbesarnya adalah kita dilatih menaati perintah atau auran yang menyertainya.

b). Pahami hal-hal yang bisa 'menggagalkan' pahala puasa, yaitu aktivitas lisan maupun tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Mengumpat, memfitnah, ghibah adalah contoh aktivitas lisan yang merugikan orang lain. Ungkapan kata-katanya lebih cenderung membuat orang lain terhina, tercemarkan nama baiknya, bahkan terlukai perasaanya. Kemampuan menahan diri ketika mau marah, jujur, tidak berbohong, sabar, tidak berdusta, empati, semua bisa diasah melalui puasa. Maka berpuasa selain tidak makan dan minum (memuasakan fisik), juga harus diikuti dengan "memuasakan" lisannnya untuk mengumpat, memfitnah, ghibah, dll. Selain itu harus "memuasakan" nafsunya dari amarah, angkara murka, tamak dan loba. 

Maka puasa Ramadan akhirnya menjadi training jiwa untuk mendapatkan kecerahan dalam memahami kehidupan di tengah keluarga dan masyarakat. Keberhasilan melakukan proses pencerahan jiwa inilah  merupakan pahala yang menjadi jembatan orang beriman menjadi orang yang bertaqwa, seperti perintah tentang puasa yang disebut dalam Q.S. Al Baqarah ayat 183.

Oleh sebab itu orang yang berhasil melakukan dua hal tersebut, maka seseorang akan berhasil memperoleh hikmah atau manfaat puasa yang dijalankan. Sebaliknya ketika seseorang gagal menjalankan dua hal  tersebut, biasanya orang tersebut hanya mampu menjalani lapar dan dahaga, namun gagal memperoleh kebersihan jiwanya. Kemungkinan besarnya orang hanya mampu "memuasakan" psisiknya saja, belum berhasil "memuasakan" aspek-aspek jiwanya.

2. Sehat Raga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun