Sebenarnya sudah lama kita mengenal atau melihat orang memakai cincin yang bermatakan batu akik, tapi sepertinya sekarang pemakaian batu akik ini meningkat, bukan hanya di kalangan orang tua namun juga merambah ke anak muda.
Banyak yang berlomba-lomba berburu batu akik untuk menambah jumlah dan jenis koleksinya, bahkan sampai keluar kota demi mendapatkan batu akik impiannya.
Tak heran, harga batu akik inipun melonjak mengikuti permintaan pasar. Para kolektorpun tak segan merogoh kocek agak dalam untuk sebuah batu akik impian.
Fenomena pemakaian cincin berbatu akik ini sepertinya hanya melanda kaum adam. Ada kepuasan tersendiri saat bapak-bapak ini berhasil mendapatkan batu impian dan memamerkannya di komunitas gemstone yang mereka ikuti.
Terjadi tukar menukar batu yang tentu saja bernilai ekonomis antar anggota komunitas. Belanja batu akikpun semakin meningkat seiring dengan aktifnya seseorang dalam komunitas tersebut.
Namun ada satu hal yang menarik. Berdasarkan mengikuti perbincangan batu antar bapak-bapak, ternyata tidak semua bapak-bapak menceritakan aktivitas yang bernilai ekonomi pembelian batu akik ini kepada pasangannya: "Wah, kalau istri saya tahu, bisa marah dia", " Rahasia kita saja, tas koleksi batu ini tiap hari saya bawa ke kantor, agar istri tidak tahu kalau saya memiliki koleksi sebanyak ini", dan seterusnya.
"Istri yang marah", "istri yang tidak berkenan", pasti ada alasan yang melatarbelakanginya, tidak serta merta istri melarang atau tidak berkenan saat suami memiliki hobi tertentu yang itu bersifat personal/individu. Bagaimanapun kita sebagai manusia perlu kotak personal agar hidup menjadi lebih berwarna. Namun, sesuai nilai yang kita anut, sepertinya kebutuhan personal akan menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga, dan tidak sebaliknya bukan?
Para bapak/suami ini sebenarnya sangat memahami hal tersebut meskipun akhirnya berkeputusan untuk menyembunyikan koleksi batu yang dimilikinya. Ada banyak alasan juga yang melatarbelakanginya.
Tapi masih merasa aneh saja, bagaimana relasi dalam keluarga yang dibangun saat tidak ada kejujuran di dalamnya? Baiklah, itu pilihan masing-masing. Semua orang berhak untuk menentukan metode pengelolaan keluarganya, semua pasti sudah berdasarkan perhitungan atas segala konsekuensinya.***