Mohon tunggu...
Cipta Ayu Fauziah
Cipta Ayu Fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sangga Buana Bandung

Saya suka mendengarkan lagu, menonton film, dan memotret alam. Saya juga menyukai tantangan dan kebebasan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Permainan Tradisonal Terlupakan: Bagaimana Masa Depannya?

17 Januari 2024   20:32 Diperbarui: 17 Januari 2024   21:14 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Anindyadevi Aurellia/detikcom.

Apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata permainan? Pastinya menuju ke hal menyenangkan, bukan? Dahulu, sewaktu kecil mayoritas dari kita pasti lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain bersama teman-teman. Apapun jenis permainannya akan terasa sangat menyenangkan jika dilakukan bersama teman. Ditambah saat itu, penggunaan teknologi seperti handphone cukup terbatas dan hanya digunakan sebagai alat komunikasi. Berbeda dengan zaman sekarang, handphone menjadi sebuah alat komunikasi multifungsi yang bisa dibawa kemana-mana hingga tak bisa lepas dari si penggunanya. Pengguna itu sendiri bukan hanya tertuju pada orang dewasa atau remaja, tetapi di kalangan anak-anak pun sudah merajalela. Lalu, benarkah permainan tradisional di zaman modern ini sudah mulai dilupakan?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, baiknya kita telusuri terlebih dahulu tentang permainan. Seperti yang kita ketahui permainan terbagi menjadi dua, yakni tradisonal dan modern. Kedua permainan tersebut terlihat kontras terutama dari cara penggunaannya. 

Untuk permainan tradisional umumnya mengimplikasikan interaksi secara langsung antara pemain dengan pemakaian peralatan sederhana seperti bola, batu atau kartu. Sementara permainan modern dalam pengaplikasiannya banyak menggunakan teknologi canggih, seperti komputer, handphone, dan konsol permainan dengan tampilan yang lebih menarik (Rahmadhan, 2023).

Di era serba teknologi ini, mungkin permainan modern terlihat lebih menarik bagi sebagian orang. Permainan modern telah membawa lapisan usia masyarakat, entah itu kalangan anak-anak, remaja maupun dewasa. Bahkan dalam beberapa kasus, anak-anak lebih mengetahui dan menguasai permainan tersebut. Selain itu, sebagian orang tua dengan mudah memberikan handphone kepada anaknya yang usianya masih kecil demi menghentikan sikap rewelnya.

Pada waktu bersamaan, permainan tradisional juga sudah mulai dilupakan oleh anak- anak generasi sekarang. Rata-rata anak-anak zaman sekarang bermain game online seperti Player Unknowns Battleground (PUBG), Free Fire (FF), dan Mobile Legends Bang- Bang (MLBB). Ketergantungan terhadap game online memang sudah sangat tinggi, hal inilah yang menyebabkan permainan tradisional ditinggalkan bahkan sampai dilupakan (Wicaksono, 2022).


Lingkungan di sekitar rumah pun sudah jarang dipenuhi anak-anak yang bermain sesuai usianya seperti tempo dulu. Kala itu, biasanya lahan yang kosong digunakan anak-anak sebagai sarana bermain lompat tali, ular naga, petak umpet, dan lain-lain. Kini, lahan bermain anak sudah minim sehingga anak tidak bebas bermain di luar rumah. Banyak dari mereka belum mengetahui tentang permainan tradisional. Padahal permainan tradisional adalah satu- satunya warisan lokal yang mestinya dilestarikan oleh masyarakat. Setiap daerah memiliki permainan tradisional masing-masing. Di daerah Jawa Barat misalnya, ada berbagai macam permainan, seperti oray-orayan (ular naga panjang), cingciripit (tangkap kucing), ucing sumput (petak umpet), galah asin, sosondohan, gatrik, dan sebagainya.

Permainan tradisional akan terus diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Kondisi ini semestinya disadari dan dipertanggungjawabkan oleh setiap orang tua. Peran orang tua dalam hal ini memang diperlukan sebagai tempat pertama untuk mengenalkan permainan tradisional. Seperti yang dikatakan oleh Pemerhati Permainan Tradisional sekaligus Pendiri Gudang Dolanan Indonesia, Endi Aras bahwa setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan punahnya permainan tradisional. Faktor pertama adalah peran orang tua. Endi mengatakan terputusnya komunikasi antara orang tua dan anak dapat memesat punahnya permainan tradisional. "Orang tua tidak memberitahukan adanya permainan tradisional, seperti engklek dan lainnya," ujar Endi dalam talkshow Festival Bermain Anak di Aula Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Sabtu, 9 September 2017 (Tarigan, 2017).

Faktor kedua yaitu lahan tidak ada. Lahan yang seharusnya digunakan untuk area bermain anak-anak, kini banyak digunakan untuk ruko dan perumahan. Hal tersebut membuat anak-anak menarik diri kembali di rumahnya dan memilih untuk bermain handphone. Faktor ketiga, yakni masuknya permainan modern yang berhasil memikat perhatian anak-anak. Menurutnya, untuk memonopoli pasar mainan anak hingga menggeser permainan anak tradisional di ujung kepunahan. "Mereka punya dana promosi, kita tidak punya itu, makanya benar yang dibilang tadi, tv dan media harus menyambut," ujarnya (Kodrati, Finalia & Aria, 2017).

Selain ketiga faktor di atas, lingkungan juga menjadi hal utama penyebab berkurangnya minat anak terhadap permainan tradisional. Ketika lingkungan tersebut banyak berisikan anak-anak lain yang masih bermain mainan tradisional mungkin akan mendorong anak untuk ikut bergabung sehingga jauh lebih mudah dalam pengaplikasiannya. Anak-anak akan cepat mengenal, memahami, dan menghafal permainan tradisional. Sebaliknya, jika lingkungan banyak berisikan orang atau anak-anak yang bermain permainan modern, seperti handphone, malah makin memberikan jalan bagi anak untuk membuka handphone karena melihat lingkungan yang seperti itu (Syarifah, 2022).

Dengan demikian, peran orang tua, wilayah, kondisi, dan lingkungan berpengaruh pada nasib permainan tradisional ke depannya. Penting sekali bagi kita untuk melestarikan permainan tradisional karena ini adalah satu-satunya warisan budaya lokal yang memberikan banyak dampak positif bagi anak-anak. Seiring berkembangnya zaman, akan semakin banyak hambatan. Akan tetapi, sebaiknya tak perlu khawatir asalkan ada peran kita yang bertekad untuk melestarikan permainan tradisional. Mari jadikan permainan tradisional ini menjadi hal abadi yang senantiasa hadir di sepanjang zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun