Mohon tunggu...
Cipta Mahendra
Cipta Mahendra Mohon Tunggu... Dokter - Dokter yang suka membaca apapun yang bisa dibaca.

Kesehatan mungkin bukan segalanya, tapi segalanya itu tiada tanpa kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kenapa Kita (Harus) Bersekolah?

28 Juni 2021   23:26 Diperbarui: 29 Juni 2021   07:52 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak sekolahan. (KOMPAS. com/FITRI R)

Poin ini menurut saya menjadi hal paling esensial dari semua poin lain sejauh ini. Sekolah menjadikan manusia menjadi makhluk ilmiah, yang mendasarkan segala sesuatu berdasarkan nalar dan logika berpikir.

Kita ingat bagaimana masa prasejarah manusia silam ketika api saja masih menjadi hal baru. Sebagian peradaban bahkan diketahui sempat memuja api dan menjadikannya objek penyembahan di altar-altar batu, yang dipercaya sebagai jelmaan kekuatan ilahi dan metafisika. Sekarang? Sesimpel memantik korek api dan ckessss..... api seketika muncul. Hal biasa. 

Tidak ada yang istimewa selain untuk memasak, memanaskan, dan memicu kebakaran. Apa yang membuat status api demikian? Sains, ilmu pengetahuan. Sains telah membuat sang agni menjadi fenomena biasa (demistifikasi/demystification) dan bukan lagi sesuatu yang tidak terpahami.

Dulu penyakit seperti kusta/lepra dianggap kutukan ilahi. Orang yang menderitanya dijauhi dan bahkan diasingkan ke tanah terbuang, sejauh mungkin asal tidak dekat-dekat penduduk kampungnya. Ini terjadi secara global waktu terdahulu.

Sejak ditemukan bahwa kusta ternyata disebabkan bakteri dan bisa disembuhkan, lambat laun orang mulai tidak lagi menganggap penyakit ini sebagai penyakit 'setan' dan penderitanya tetap bisa diterima di masyarakat (terlepas dari ada tidaknya segelintir orang yang mungkin masih memercayai stigma kusta). Lagi, ilmu pengetahuanlah yang memungkinkan demistifikasi demikian terjadi.

Masih banyak contoh-contoh kasus (sejarah) lain yang bisa kita lihat (dan diberitahu atau diajarkan di sekolah) sebagai contoh peran ilmu pengetahuan/sains untuk kemajuan pemahaman dan peradaban manusia. Bagaimana dengan masa sekarang? Lebih konkrit lagi!

Ingat bagaimana bapak-ibu guru SD kita mengenalkan itung-itungan dan baca tulis? Bagaimana biologi sekolahan sudah mengajarkan struktur organ tubuh manusia? Bagaimana fisika mengajarkan energi dan materi? Bagaimana kimia mengajarkan tabel periodik? Bagaimana geografi mengenalkan planet bumi? Bagaimana ekonomi mengenalkan dunia finansial? Bagaimana matematika mengajarkan rumus bangun dan ruang?

Itu semua akan baru terasa manfaatnya saat sekarang ini, masa ketika kita sudah dewasa dan memasuki era produktif. Ilmu-ilmu tadi akan membantu kita berpikir logis dan terhindar dari upaya-upaya orang jahat di luar sana yang mencoba mengambil untung dari ketidaktahuan kita. Contohnya? 

Banyak... Saya coba mulai dari yang paling 'remeh' dulu. Coba bayangkan orang yang tidak pernah bersekolah; SD saja tidak. Tidak bisa membaca, apalagi ngitung. Waduh susah bener nanti hidupnya... Belanja di warung atau pasar, ditipu kembaliannya. Disuruh tanda tangan kontrak/perjanjian jual-beli, ngga bisa baca tulisannya. Target empuk untuk dikibulin... 

Buta biologi, jadi deh sasaran empuk orang-orang penjual 'obat/suplemen mujarab (miracle)' yang dipromosikan sedemikian sampai terdengar berkhasiat besar dan meyakinkan, padahal mentok-mentoknya hanya vitamin biasa. Buta fisika, benerin 'listrik-listrik' atau atap di rumah yang sederhana saja tidak bisa. 

Buta kimia, ada botol isi asam sulfat tak sengaja nyelip barengan dengan botol isi asam cuka ngga bisa bedain. Buta geografi, negara Australia dikira ada di Eropa; Afrika dikira ada musim dingin; Gunung meletus dikira Tuhan lagi marah; Laut surut dikira ada yang minum; Matahari dikira terbit dari Utara padahal salah arah dan posisi. Buta matematika, ngitung luas bangun/ruang untuk bikin rumah atau kolam saja susah nanti. Buta ekonomi? Anda tahu sendiri lah... Kacau sekali hidup kalau tidak tahu uang mah. Mana bisa sejahtera?

5. Melatih toleransi terhadap orang lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun