Mohon tunggu...
cintalya 3108
cintalya 3108 Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi saya berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bumi Kita Bukan Tempat Sampah: Dari Kebiasaan Kecil Menuju Perubahan Besar

17 Oktober 2025   12:15 Diperbarui: 17 Oktober 2025   12:09 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Coba deh, lihat sekelilingmu. Di jalan, taman, bahkan di sungai dekat rumah, pasti masih sering terlihat sampah berserakan di mana-mana. Padahal, kita semua tahu bahwa bumi ini adalah tempat tinggal kita, bukan tempat pembuangan. Namun, entah mengapa, kebiasaan membuang sampah sembarangan seolah sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat. Banyak orang belum sadar bahwa tindakan kecil yang terlihat sepele, seperti membuang bungkus permen di jalan atau tidak memilah sampah di rumah, sebenarnya ikut memperparah krisis lingkungan yang sedang terjadi. Padahal, perubahan besar terhadap lingkungan bisa dimulai dari kebiasaan kecil yang sering dianggap sepele.

Masalah sampah bukan cuma soal kotor atau jorok, tapi juga berkaitan dengan kesehatan dan keberlanjutan hidup manusia. Plastik yang dibuang sembarangan bisa terurai menjadi mikroplastik dan mencemari tanah, air, serta udara. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berdampak langsung pada kehidupan kita, baik melalui makanan, air minum, maupun udara yang kita hirup setiap hari.

Faktanya, untuk menyelamatkan lingkungan, kita tidak perlu melakukan hal besar. Justru langkah-langkah kecil yang dilakukan secara konsisten oleh banyak orang bisa membawa dampak luar biasa. Melalui tulisan ini, kita akan membahas bagaimana kebiasaan sederhana dapat menjadi langkah nyata dalam menjaga bumi dari tumpukan sampah yang semakin mengkhawatirkan. Karena sejatinya, bumi bukanlah tempat sampah, melainkan rumah bersama yang pantas kita rawat.

Masalah sampah sebenarnya bukan isu baru. Setiap hari kita menghasilkan sampah dari aktivitas harian mulai dari bungkus makanan, botol minuman, kantong plastik, hingga sisa makanan. Kalau terus menumpuk tanpa pengelolaan yang baik, sampah-sampah itu bisa menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Permasalahan sampah bukan persoalan kecil, ini sudah menjadi isu global yang dampaknya dirasakan sampai ke tingkat individu. Di Indonesia sendiri, permasalahan ini semakin kompleks seiring dengan meningkatnya populasi dan gaya hidup konsumtif masyarakat.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK, 2023), Indonesia menghasilkan sekitar 68,5 juta ton sampah per tahun. Dari jumlah itu, sekitar 17% atau 11 juta ton merupakan sampah plastik, dan sekitar 35% dari total sampah tersebut belum dikelola dengan baik. Artinya, jutaan ton sampah masih berceceran di lingkungan, menyumbat aliran sungai, mencemari laut, dan bahkan memicu banjir di musim hujan.

Salah satu masalah terbesar bagi bumi saat ini adalah sampah plastik. Plastik memang praktis, murah, dan ringan, tapi butuh waktu ratusan tahun untuk terurai. Selama itu, ia terus mencemari tanah, air, dan udara. Berdasarkan National Plastic Action Partnership (NPAP, 2022), sekitar 17% dari total sampah di Indonesia adalah plastic kebanyakan berasal dari kantong belanja, sedotan, serta kemasan sekali pakai. Banyak dari plastik tersebut akhirnya berakhir di laut, menimbulkan bencana ekologis.

Penelitian dari United Nations Environment Programme (UNEP, 2023) menyebutkan bahwa Indonesia adalah penyumbang sampah plastik laut terbesar kedua di dunia, setelah Tiongkok. Setiap tahun, sekitar 600 ribu ton plastik dari daratan Indonesia mengalir ke laut. Akibatnya, ribuan hewan laut seperti ikan, penyu, dan burung laut mati karena menelan atau terjerat plastik.

Selain itu, riset dari World Wide Fund for Nature (WWF, 2022) menunjukkan bahwa rata-rata manusia bisa menelan sekitar 5 gram mikroplastik per minggu, setara dengan berat satu kartu kredit. Belum lagi, pembakaran sampah terbuka di permukiman melepaskan gas beracun seperti dioksin dan karbon monoksida yang berbahaya bagi kesehatan. Tumpukan sampah juga bisa menyumbat sungai, menyebabkan banjir, dan mencemari air tanah. Mikroplastik dari serpihan plastik kecil bisa masuk ke rantai makanan dan akhirnya dikonsumsi manusia. Tanpa kita sadari, kita bisa saja memakan plastik yang kita buang sendiri.

Masalah sampah bukan hanya soal lingkungan, tapi juga berdampak pada ekonomi dan sosial. Pemerintah harus mengeluarkan triliunan rupiah setiap tahun untuk membersihkan sungai, memperluas tempat pembuangan akhir (TPA), dan memperbaiki infrastruktur yang rusak akibat penumpukan sampah. Jadi, setiap bungkus plastik yang kita buang sembarangan punya “harga” yang mahal dan yang membayarnya bukan hanya bumi, tapi juga kita semua.

Kabar baiknya, siapa pun bisa berperan dalam solusi ini. Menjaga bumi tidak harus dilakukan dengan cara ekstrem. Cukup mulai dari hal kecil tapi dilakukan secara konsisten, seperti:

  • Mulai dari rumah sendiri. Biasakan memilah sampah organik (sisa makanan, daun, kulit buah) dan anorganik (plastik, kertas, logam). Sampah organik bisa diolah jadi kompos, sedangkan anorganik dapat didaur ulang.
  • Gunakan barang yang bisa dipakai ulang.Bawa botol minum sendiri, tas kain, dan alat makan pribadi. Menurut Plastic Waste Partnership (2023), kebiasaan ini dapat mengurangi hingga 30 kg sampah plastik per orang per tahun.
  • Kurangi produk sekali pakai.Memang praktis, tapi produk sekali pakai meninggalkan jejak buruk bagi bumi. Coba gunakan sedotan stainless, wadah makan sendiri, atau bungkus ramah lingkungan dari daun dan kertas.
  • Dukung daur ulang dan bank sampah. Saat ini ada lebih dari 14.000 bank sampah aktif di Indonesia (KLHK, 2024). Kamu bisa menukar sampah dengan uang, ikut kegiatan sosial, atau sekadar membantu lingkungan.
  • Sebarkan kesadaran lewat media sosial. Di era digital, satu postingan positif bisa menular ke banyak orang. Ceritakan kebiasaan baikmu dalam mengurangi sampah siapa tahu bisa menginspirasi yang lain.

Langkah kecil seperti ini mungkin tampak sederhana, tapi jika dilakukan oleh jutaan orang, dampaknya akan terasa besar. Seperti pepatah bilang, “Perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil.” Masalah terbesar dari sampah sebenarnya bukan jumlahnya, melainkan cara kita memandangnya. Banyak orang masih menganggap sampah adalah urusan petugas kebersihan, padahal ini tanggung jawab semua orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun