Mohon tunggu...
Alex Ramses
Alex Ramses Mohon Tunggu... -

Aku Cinta Negeri Ini dan ingin melihatnya menjadi negara yang makmur dan bermartabat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mazhab Salafy adalah Mazhab yang Paling Benar dan Baik dalam Islam

25 November 2012   17:31 Diperbarui: 4 April 2017   17:33 25636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bismillahirrohmaanirrohiim, Walhalmdulillahi robbil alaminn, wassholaatu wassalaamu ala rosulillah wa'ala alihi wa ashabihi ajma'in. Wa ba'du.

Shaikh Al Albany Rohimahullah, menyatakan bahwa seorang muslim tidak boleh mengatakan bahwa dirinya tidak bermazhab selain mazhab Islam atau bermazhab Islam yang sesuai dengan Al Quran dan Hadits. Karena semua mazhab juga tidak mau dikatakan sebagai aliran yang tidak sesuai dengan Al Quran dan Hadits. Pada kenyataanya, memang ada banyak firqoh dan mazhab dalam dunia Islam. Keberadaan firqoh-firqoh dalam dunia Islam adalah fakta; ada orang Islam yang menganut mazhab Syi'ah, ada yang Mu'tazilah, ada yang bermazhab Syafi'iy, Hanbali, Asy'ariy dan lain-lain. Dan karena sampainya Alquran dan Hadis serta ajaran islam secara keseluruhan juga melalui para ulama yang merupakan para pewaris nabi, dimana para ulama itu juga adalah termasuk daripada golongan-golongan atau mazhab tertentu, maka mazhab atau identifikasi diri dan kelompok adalah suatu keniscayaan dan merupakan hal yang lumrah belaka.

Pertanyaan kita sekarang adalah, tepatkah atau baikkah kita mengidentifkasi diri atau kelompok sebagai bermazhab salafy? Mengenai siapa golongan salaf, jumhur ulama dan kaum muslimin umumnya menunjuk pada orang-orang generasi pertama, kedua dan ketiga dalam Islam yang sholih-sholih dan baik.

Orang-orang salaf adalah sebaik-baik umat Muhammad, merekalah golongan orang Islam paling sholih dan bertaqwa. Dengan demikian kita boleh juga mengidentikkan kaum salaf dengan kaum mukmin yang bertaqwa pada generasi awal. Kata asshoolihuun juga disebutkan dalam alquran untuk merujuk kepada hamba-hamba Allah yang baik dan bertaqwa. Begitu pula dengan kata siddiiquun dan lain-lain kata yang menunjukkan arti pujian atas kebaikan yang terdapat pada orang-orang tertentu yang memiliki kualitas ketaqwaan yang tinggi dengan jenis dan ciri-cirinya masing-masing.

Menjadi muslim atau mukmin yang sebenarnya adalah juga berarti menjadi sholih. Kaum salaf itu adalah orang2 sholih, yaitu sebenar-benarnya muslim yang sejati atau kaum yang praktik ber-Islamnya paling sesuai dengan ajaran nabi--meskipun diantara mereka juga terdapat perbedaan-perbedaan pendapat dalam beberapa hal. Nah di sini, kira-kira dalam pandangan etika maupun logika, patutkah atau bolehkah kita mengidentifikasi diri dan kelompok sebagai salafy, yang juga berarti sholih, atau sebaik-baik muslim? Lalu bagaimana dengan orang lain atau kelompok lain? Apakah berarti kita mengatakan mereka itu bukanlah orang sholih dan bukan muslim yang benar?

Bukankah adab para ulama yang sholih bahkan mengucapkan "Mukmin Insya Allah"  ketika ada pertanyaan "Hal Mukminun anta?" Para ulama menjelaskan mengenai hal ini dengan membedakan jenis pertanyaan yang diajukan tersebut menjadi dua; pertama, jika pertanyaan itu ditanyakan untuk mencari tahu apakah yang ditanya itu seorang non muslim atau muslim. Dalam hal ini maka kita dianjurkan untuk menjawab dengan tegas bahwa kita adalah mukmin atau muslim. Tapi jika pertanyaan itu diajukan untuk mencari tahu mengenai kualitas keimanan atau keislaman, maka para ulama menjawab dengan kata "Mukmin Insya Allah", karena mereka bersikap tawadhu' dan meskipun mereka sudah dipandang sebagai ulama yang sholih tapi mereka tidaklah tahu apakah Allah sudah meridhoi mereka dan apakah benar bahwa mereka adalah mukmin sejati dalam pandangan Allah. Mereka juga ingat akan nasihat Allah yang melarang untuk menganggap diri sudah baik dan suci. Allah berfirman: " Laa tuzakkuuw anfusakum." Firman Allah itu kalau dimaknai secara bebas dan luwes dengan gaya bahasa kita saat ini, maka ia mengandung arti "Jangan sok suci".

Dengan menganggap diri atau kelompok sebagai pengikut atau golongan yang mempraktikkan Islam dengan cara paling baik sebagaimana golongan salaf generasi awal Islam, bukankah itu sebuah tindakan memuji diri sebagai kelompok yang paling benar dan paling baik? Dan dengan identifikasi tersebut, bukankah kelompok tersebut secara tidak langsung juga menganggap atau mengidentifikasi golongan lain sebagai golongan yang tidak salafy atau tidak benar-benar Islam?

Dari uraian diatas bisa difahami bahwa mengidentifikasi diri sebagai salafy berarti juga menyatakan bermazhab Islam, atau Islam yang paling baik. Nah jika demikian, bukankah itu kontradiktif dengan penjelasan shaikh Al Albany Rohimahullah yang mengatakan bahwa mengaku bermazhab Islam itu tidak tepat, karena pada dasarnya tidak ada pemeluk Islam--apapun mazhabnya--yang tidak merasa mengikuti ajaran Islam yang benar.

Bukankah akan lebih tepat dan masuk akal jika penyebutan atau penamaan suatu mazhab itu dinisbatkan kepada pencetus pemikiran tersebut dan hal-hal yang berhubungan dengan si mujtahid ataupun ciri-ciri dan pandangan dari kelompok itu? Seperti Mazhab Hanbali yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal rohimahullah atau mazhab Qodariyah yang dinisbatkan kepada ciri-ciri pandangan mereka.

Identifikasi diri adalah sebuah keniscayaan. Karena dengan itu seseorang atau sebuah kelompok mampu menunjukan kepada khalayak ramai mengenai identitas pemikiran ataupun aliran mereka sehingga mereka bisa menyebarkan keyakinan serta ajaran yang mereka anggap baik itu kepada umat. Namun demikian, identifikasi diri tersebut seyogyanya tidak mengandung arti--baik secara eksplisit maupun implisit--yang menyatakan bahwa mazhab lain adalah salah atau tidak sesuai dengan Islam yang sebenarnya, kecuali jika fihak atau mazhab lain itu benar-benar memilki ciri atau pandangan yang sangat bertentangan, misalnya identifikasi sunni untuk membedakan diri daripada syi'ah. Meskipun orang-orang Syi'ah juga sebenarnya tidak rela dianggap sebagai kelompok yang tidak mengikuti sunnah rosul.

Dengan demikian, mengidentifikasi diri sebagai bermazhab salaf sama tidak tepatnya dengan menyebut diri bermazhab Islam atau bermazhab sholih, bermazhab benar, taqwa dan kata-kata pujian lain yang semisal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun