Mohon tunggu...
Cindy Puspita
Cindy Puspita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Biologi semester 6. Memiliki kemampuan dalam komunikasi untuk menjelaskan temuan penelitian secara jelas kepada audiens, kemampuan untuk bekerja sama dengan anggota tim, dapat menyelesaikan problem solving, berpikir kritis dan ketelitian dalam melakukan pekerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Rekayasa "Si Kecil": Senjata Ampuh Lawan Jerawat

5 April 2024   18:01 Diperbarui: 5 April 2024   18:05 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : alodokter.com., 2023)

Jerawat merupakan masalah kulit yang umum terjadi terutama pada masa remaja, ditandai dengan peradangan folikel rambut dan kelenjar minyak di kulit. Hal ini sering kali terjadi pada masa remaja akibat perubahan hormon, tetapi bukan hanya masa remaja saja perubahan hormon dapat mempengaruhi orang dari segala usia, perubahan hormon dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan jerawat, terutama pada masa remaja saat pubertas dimulai. Saat pubertas tubuh mengalami lonjakan hormon, terutama androgen, yang merangsang kelenjar minyak di kulit untuk memproduksi lebih banyak sebum. Sebum adalah minyak alami yang diproduksi oleh kulit untuk menjaga kelembapan dan kesehatan kulit, namun produksi berlebihan sebum dapat menyebabkan pori-pori tersumbat dan berkembangnya bakteri, yang pada akhirnya menyebabkan peradangan dan munculnya jerawat. Selain itu, wanita juga bisa mengalami fluktuasi hormon selama siklus menstruasi, kehamilan, atau menopause, yang dapat mempengaruhi produksi sebum dan menyebabkan jerawat. Oleh karena itu, pemahaman tentang hubungan antara perubahan hormon dan jerawat penting untuk merancang strategi perawatan kulit yang efektif. Faktor lain yang berkontribusi termasuk genetika, pola makan, dan kebersihan kulit. Penyebab utama jerawat meliputi peningkatan produksi minyak oleh kelenjar sebaceous, penumpukan sel kulit mati, dan pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes di dalam folikel yang terinfeksi. Selain faktor-faktor tersebut, penelitian terbaru menyoroti peran protein NGAL (Lipocalin-2) dalam patogenesis jerawat. NGAL adalah protein yang diekspresikan oleh berbagai jenis sel, termasuk sel kulit, dan memiliki peran dalam respons inflamasi serta pertahanan antibakteri. Studi menunjukkan bahwa ekspresi NGAL meningkat pada kulit yang terkena jerawat, mengindikasikan keterlibatannya dalam proses peradangan dan infeksi yang terjadi pada jerawat. Protein NGAL diyakini berperan dalam regulasi keseimbangan lipid pada kulit, serta dalam mengatur respon imun terhadap infeksi bakteri, seperti P. acnes yang berperan dalam jerawat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami peran protein NGAL secara lebih mendalam dalam patogenesis jerawat, termasuk interaksi kompleksnya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kondisi kulit ini. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang peran NGAL, diharapkan dapat tercipta terapi yang lebih efektif untuk mengatasi jerawat, mengurangi peradangan, dan mencegah kemungkinan terjadinya infeksi bakteri yang berkontribusi pada kondisi kulit yang umum ini. Pengeditan genom bakteri jerawat (Propionibacterium acnes) untuk mengurangi sebum kulit di wajah yang berjerawat.

Kulit adalah organ terluar yang penting bagi tubuh manusia yang berfungsi sebagai pengatur suhu dan pelindung dari serangan mikroorganisme, sering kali menjadi sasaran jerawat. Jerawat adalah kondisi umum yang terjadi ketika kelenjar minyak di kulit menjadi sangat aktif dan menyebabkan pori-pori kulit tersumbat oleh penumpukan lemak berlebihan. Kondisi ini biasanya muncul di wajah, leher, dada, dan punggung dan sering kali menjadi perhatian bagi remaja dan orang dewasa muda. Jerawat atau Acne vulgaris adalah gangguan kulit yang kronis dan sering terjadi pada remaja. Bakteri seperti Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus berperan dalam penyebab acne. Meskipun penyebab jerawat belum sepenuhnya dipahami, faktor-faktor seperti stres, faktor herediter, hormon, obat, dan bakteri berkontribusi pada kondisi ini. Jerawat adalah salah satu penyakit kulit yang paling umum, menyerang lebih dari 45 juta orang di Amerika Serikat dan sering kali muncul saat terjadi perubahan kadar hormonal.  Jerawat adalah penyakit kulit umum yang menyerang jutaan orang di seluruh dunia. Meskipun terdapat banyak jenis pengobatan yang tersedia, menemukan solusi yang efektif dapat menjadi sebuah tantangan. Namun, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan individu untuk membantu membersihkan kulit dan mencegah timbulnya jerawat di kemudian hari. Menetapkan rutinitas perawatan kulit yang baik sangat penting dalam mengobati jerawat. Di antaranya mencuci muka dua kali sehari dengan pembersih yang lembut, menggunakan pelembab non-komedogenik, dan menghindari produk keras yang dapat mengiritasi kulit. Perawatan jerawat yang dijual bebas seperti benzoil peroksida, asam salisilat, dan retinoid juga dapat membantu membuka pori-pori yang tersumbat dan mengurangi peradangan.  Selain itu, pengobatan jerawat dengan melibatkan penerapan krim anti-jerawat dan antibiotik untuk mengurangi bakteri penyebab jerawat sering kali diragukan efektivitasnya karena menimbulkan efek samping serius, seperti ketidakseimbangan mikrobioma penting pada kulit. Sayangnya, pengobatan ini mungkin menimbulkan efek samping seperti ketergantungan dan iritasi. Mungkin juga obat jerawat tersebut tidak kompatibel dengan kulit seseorang pada tingkat molekuler. Terlepas dari tantangan-tantangan ini, dengan kesabaran dan ketekunan, solusi efektif untuk mengatasi jerawat dapat ditemukan. Maka dari itu, penelitian terus berlangsung demi mengembangkan metode pengobatan yang lebih optimal.

Jerawat yang merupakan masalah kulit ini kerap menyebabkan frustasi dan rasa malu. Meskipun banyak sekali produk dan perawatan yang tersedia di pasaran, banyak yang berpendapat bahwa solusi yang ada saat ini tidak efektif dalam memberikan bantuan jangka panjang. Dari krim yang dijual bebas hingga obat resep, sehingga menemukan solusi yang cocok untuk setiap individu bisa menjadi tugas yang sulit. Penting bagi mereka yang berjuang melawan jerawat untuk berkonsultasi dengan dokter kulit guna mencari pilihan alternatif dan mengembangkan rencana perawatan yang dipersonalisasi.

Selain itu, meskipun efek samping ini cenderung ringan dan jarang terjadi, obat jerawat yang dijual bebas dapat menyebabkan berbagai efek samping seperti: 

  • Iritasi Kulit: Beberapa produk anti jerawat mengandung bahan-bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, seperti benzoyl peroxide atau asam salisilat. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan kulit menjadi kering, kemerahan, atau mengelupas.
  • Sensitivitas Terhadap Matahari: Beberapa obat jerawat dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari dan meningkatkan risiko terbakar matahari atau hiperpigmentasi.
  • Reaksi Alergi: Beberapa individu mungkin mengalami reaksi alergi terhadap salah satu bahan yang terkandung dalam produk jerawat. Contohnya termasuk ruam kulit, gatal-gatal, atau pembengkakan.
  • Kulit Kering: Penggunaan obat jerawat yang mengandung bahan-bahan seperti benzoyl peroxide atau asam salisilat dapat mengeringkan kulit. Selain bisa membuat kulit terasa kencang, bahan ini juga dapat menyebabkan kulit kering atau mengelupas.
  • Iritasi Mata: Jika produk jerawat masuk ke mata, bisa menyebabkan iritasi atau sensasi terbakar pada mata. Ini dapat terjadi jika produk digunakan terlalu dekat dengan area mata atau jika tangan tidak dicuci dengan baik setelah penggunaan produk. 

Meskipun berbagai efek samping tersebut bersifat sementara, tak dipungkiri bahwa penting untuk mengganti atau menghentikan perawatan tersebut bila terjadi reaksi yang tidak diinginkan.

Satu cara yang sedang dikembangkan adalah dengan mengedit genom bakteri yang hidup di dalam jerawat, seperti Propionibacterium acnes. Bakteri ini menghasilkan protein NGAL yang dapat menyebabkan kematian sel sebosit dan mengurangi produksi sebum. Aspek pengiriman DNA ke dalam sel, stabilitas DNA, dan ekspresi gen menjadi sorotan utama dalam penelitian terbaru mengenai pentingnya fokus pada genom editing. Selain itu, langkah-langkah regulasi seperti strategi biocontainment juga harus dilakukan untuk mencegah penyebaran unsur genetik yang menimbulkan kekhawatiran.

Metode pengeditan genom yang dilakukan adalah menggunakan metode yang dinamakan dengan CRISPR (Clustered Interspaced Short Palindromic Repeats), dimana pada metode ini melibatkan sistem pertahanan yang ada pada bakteri, sehingga dapat memotong dan memodifikasi DNA secara spesifik. Pemotongan DNA pada lokasi tertentu di dalam genom akan dibantu oleh enzim yang disebut Cas (CRISPR-associated proteins) (Holger Bruggemann dkk., 2012).

(Sumber: Abdallah et al., 2015)
(Sumber: Abdallah et al., 2015)
Penerapan metode CRISPR/Cas pada pengeditan genom bakteri P.acnes setidaknya melalui empat tahapan, diantaranya:
  • Pengenalan target, dimana sistem CRISPR/Cas akan di program untuk mengarahkan Cas-9 dalam memotong urutan DNA tertentu di dalam genom P.acnes uang bertanggung jawab untuk menghasilkan protein NGAL, kemudian dirancang RNA panduan (sgRNA) agar Cas-9 dapat mengenali urutan target DNA yang sesuai.
  • Pemotongan DNA, dilakukan setelah Cas-9 terikat pada urutan DNA yang sesuai, dimana nuklease Cas-9 melakukan pemotongan ganda pada urutan tersebut dan menghasilkan patahan ganda pada DNA P.acnes di dekat lokasi target protein NGAL.
  • Perbaikan DNA, dengan memanfaatkan mekanisme perbaikan non-homolog end joining (NHEJ) atau homology-directed repair (HDR) untuk menggantikan urutan DNA yang menghasilkan protein NGAL yang diinginkan.

  • Induksi Produksi Protein NGAL, perbaikan DNA yang telah berhasil akan menyebabkan genom P.acnes mengalami perubahan yang diinginkan, sehingga memungkinkan untuk menghasilkan protein NGAL secara efektif. Protein NGAL yang dihasilkan merupakan bentuk respons terhadap sinyal genetik baru yang telah diperkenalkan ke dalam genom P.acnes melalui mekanisme CRISPR/Cas.

Pengobatan jerawat melalui pengeditan genom bakteri P.acnes ini selanjutnya diharapkan dapat diaplikasikan dalam bentuk krim jerawat sehingga dapat mempermudah penderita dalam penggunaannya, protein NGAL yang dihasilkan dari proses pengeditan genom bakteri P.acnes diekstraksi untuk dimurnikan dari bakterinya dan digunakan sebagai bahan dasar krim yang diharapkan akan lebih efektif dalam mengobati jerawat. Namun, penelitian mengenai dampak isotretinoin pada kadar NGAL memiliki signifikansi klinis yang besar bagi dokter kulit dan profesi layanan kesehatan. Meskipun, penelitian tentang produksi NGAL melalui pengeditan genom masih ada beberapa kendala, termasuk kemungkinan peradangan dan respons imun. Pola makan, gaya hidup, dan obat-obatan tambahan juga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Maka, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih memahami dampak pengeditan genom ini pada individu yang mengalami jerawat.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pengeditan genom bakteri kulit Propionibacterium acnes menghasilkan molekul yang disebut NGAL. Ini menjadi cara baru untuk pengobatan jerawat dengan mengontrol produksi minyak di kulit. Meski menjanjikan, penelitian ini masih awal dan perlu lebih banyak penelitian untuk memastikan bahwa pendekatan ini aman dan efektif. Jadi, meski kita mungkin belum siap untuk mengobati jerawat dengan bakteri, penelitian ini adalah langkah maju yang menarik dalam mencari cara baru untuk mengatasi masalah kulit yang umum ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun