Mohon tunggu...
Cimatcimut Dhita
Cimatcimut Dhita Mohon Tunggu... profesional -

guru-teman bermain dan belajar ^^ cimatcimut.blogspot.com= ayo ibu2 mampir :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mamae

11 Desember 2013   21:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:02 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si lelaki menarik nafas sebentar. Lalu melanjutkan "Aku ingin kau mendengar ini. Baik-baik. Dengarkan aku", disentuhnya kedua bahu si wanita yang baru ia sadari semakin kurus. Di jauhkan dari dekapannya agar ia bisa memandangi wajah itu lekat-lekat. Tapi si wanita membuang muka. Cekungan di lehernya terlihar dalam, menahan.

"Cinta, kau harus tau. Sejak awal aku menikahimu, aku hanya mencintaimu, bukan bentuk dadamu. Aku menginginkan hatimu, bukan segala sesuatu yang berhubungan dengan organ-organ pemuas nafsuku". Wanita itu masih membuang muka. Tapi diam-diam ada sesuatu yang ia rasakan menghangat dari dekat perutnya. Tangisnya reda meski tak sepenuhnya berhenti. "Tapi kalau kau memang merasa lebih nyaman dengan dua benda itu", matanya kini memandang dua spon yang tergeletak pasrah di atas kasur. "Gunakanlah".

Tak lama tangan lelaki itu menyentuh dagu si wanita. Mengangkatnya hingga kini ia bisa melihat mata coklat yang sangat dirindukannya. "Namun saat denganku, buanglah, kumohon. Aku suka melihat yang seperti itu", matanya melirik nakal ke arah dada yang lupa ditutup pemiliknya. Wanita itu tersenyum malu sambil memukul gemas bahu lelaki di depannya. Mereka berpelukan lagi.

"Nanti siang kujemput untuk kontrol rutin"

"Aku takut nanti siang dia datang"

"Tidak dia tidak akan datang -- seperti tadi malam. Kalaupun dia datang, aku ada di sisimu, aku menjagaimu dan aku akan meminta supaya waktunya ditangguhkan. Janji", namun kini lelaki itu tak seyakin tadi malam. Dipeluknya lagi lebih erat wanita cinta terakhirnya, sambil terus meneguhkan hati, bahwa tamu tidak diundang itu tidak akan datang siang ini.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun