Mohon tunggu...
Cimatcimut Dhita
Cimatcimut Dhita Mohon Tunggu... profesional -

guru-teman bermain dan belajar ^^ cimatcimut.blogspot.com= ayo ibu2 mampir :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mamae

11 Desember 2013   21:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:02 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku disisimu. Aku menjagaimu. Kalau dia sungguhan datang aku akan minta waktunya ditangguhkan. Aku berjanji".

Wanita itu pun percaya. Lalu mengangguk kecil dan memejamkan matanya. Sedang si lelaki benar-benar berjaga. Sampai pagi.

^^^

"Sudah pagi, cinta", kamar masih remang. Cahaya memang sengaja dibuat pelit masuk. Lelaki itu bangun, menegakkan punggungnya. Lalu dipandanginnya seorang wanita yang terlihat seperti siluet saja. Terbaring nyenyak disebelahnya. Menghisapi jempolnya seperti bayi.

"Dia tidak datang, cinta", dibisikinya wanita itu. Tedengar suara berkecap-kecap dari bibir wanitanya. "Kau tidur pulas sekali di malam hari, cinta. Sudah dua bulan lewat limabelas hari hal ini tidak terjadi", lelaki itu masih bermonolog. Tiba-tiba matanya menatap satu titik. Dari balik piyama tipis nampak dua bagian menyembul tinggi. Besar. Insting lelakinya membuat ia menelan ludah.

Pelan-pelan tangan itu merambah naik ke atas piyama si wanita. Dengan tangan kanan dibukanya kancing-kancing kecil di sana. Pelan sekali. Ia tidak mau membuat wanita belahan hatinya itu terusik lalu bangun. Tidak banyak anak kancing yang dilepasnya. Hanya empat saja. Dirabanya sebentar, dirasakannya kenyal itu dari luaran pembungkusnya. Lelaki itu menahan nafas. Ia merasa pori-pori kulitnya mengeluarkan keringat lebih banyak. Padahal AC menyala.

Ditariknya sesuatu dari dalam bungkusan berenda warna hitam. Sekali lagi ia menelan ludah. Sedikit tergetar di hatinya. Dua benda itu sudah ada di tangannya kini. Dipandanginya lekat-lekat dua benda itu. Dua benda yang selama ini menjadi teman asing belahan jiwanya. Spon empuk berukuran besar, sama dengan ukuran milik wanita itu, dulu.

Tiba-tiba si lelaki menyadari sesuatu. Ada isak-isak kecil di sampingnya.Wanita cintanya rupanya sudah bangun. Bersandar pada tepian ranjang dengan wajah kuyu dan rambut berantakan. Sedang memejamkan mata sambil menekan kuat-kuat perasaannya. Air tidak berhenti mengalir dari mata cekungnya yang kelelahan. Dua tangannya ia katupkan pada piyamanya yang setengah terbuka. Pada dadanya yang tak berbongkah lagi. Datar seperti milik lelaki.

Lelaki itu menoleh dan terbelalak takut. "Cinta, aku tidak..." mulutnya terbuka tapi kata-kata sulit sekali keluar. Ia ingin memberi penjelasan. Tapi tenggorokkannya bagai diganjal es batu. Lelaki itu merasa seperti maling yang kepergok.

"Kenapa kau lakukan itu, sayang?", tanya si wanita di sela isaknya. "Aku malu". Wanita itu melanjutkan. Dadanya masih ditutupi rapat-rapat. Serta merta si lelaki menggeletakkan spon di tangannya. Ia merangsek maju dan mendekap si wanita erat-erat. Wujud permintaan maaf, digabung dengan rasa cinta yang begitu dalam. Dibelainya punggung wanita itu. Dibiarkannya basah bahu bidangnya. Ia tau betapa malu wanita dalam pelukannya. Tapi yang membuat ia tidak tau, kenapa wanita itu musti malu?

"Maaf, aku membuatmu merasa malu. Tapi aku tau rasanya pasti tidak nyaman dengan dua benda itu. Lepaskan saja, cinta lepaskan",  wanita itu masih tergugu-gugu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun