Mohon tunggu...
Aa Gun
Aa Gun Mohon Tunggu... profesional, Guru -

Lahir di pinggiran Jakarta, Ciledug Kota Tangerang yang semakin padat, sejak menikah tinggal di belahan utara Bekasi, Babelan. Pengajar sekolah swasta awalnya di sebuah SMA di Bekasi, sejak 2005 sampai sekarang menjadi pendidik di sebuah sekolah swasta di Jakarta Selatan. Senang menulis sejak aktif di sebuah organisasi pemuda masjid YISC (Youth Islamic Study Club) Al-Azhar Jakarta. Tw:@ciledugcity69 Fb: aagun.gunawan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akibat Berkumis Jadi Kebakaran Jenggot Dech; Menjelang Pilkada DKI Jakarta Yang Makin Panas

15 Juni 2012   01:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:58 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akibat Berkumis Jadi Kebakaran Jenggot Dech; Menjelang Pilkada DKI Jakarta Yang Makin Panas

Lucu juga dan memang sungguh naïf para politisi pencari kekuasaan negeri ini. Untuk berkuasa apa saja bisa dilakukan. Kampanye hitam (balck campaign), money politik, sikut sana, senggol sini, dorong sana jatuh sini. Berbagai macam istilah dilakukan oleh berbagai pihak oleh para pendukung dan simpatisannya. Mereka Nampak sekali jor-joran menampillkan calonnya, pemandangan pun menjadi sangat kumuh ketika berbagai spanduk, poster ukuran besar dan kecil (stiker), flyer bertaburan tanpa jelas keuntungannya selain untuk pribadi calon dan konco-konconya, hampir semua berperan mengumuhkan jakarta.

Pagi ini, saya terinspirasi untuk menulis saat membuka kompas.com, saya sempet membaca berita dengan judul “Konflik "Berkumis" Harus Selesai Sebelum Kampanye”. Kita tahulah kelompok mana yang berkumis itu, karena sepengetahuan saya cuma ada satu diantara para balon yang berkumis. Kalau yang berjengot tipis ada juga, kita tahu juga dia dari partai mana, he…he..he…, namun saran saya sih balon yang berjengot tipis itu dipotong aja ya pak, biar lebih kelihatan rapih tidak kumuh, ha….ha…ha…, maaf lho pak, juga para simpatisannya jangan di gugat saya ya? Sekedar usul, coba dech bandingkan sebelum dipotong dan setelah dipotong pasti lebih keren setelah dipotong.

Seperti saya kemukakan di awal, politik adalah kekuasaan, untuk berkuasa apapun dilakukan. Saying sekali bukan? Jadinya adalah fenomena Indonesia sekarang ini. Rakyat di adu domba karena konflik pra dan pasca politk pilkada hampir terjadi dimana-mana. Kekalahan dicarikan alasannya agar bisa menggunggat. Kemenangan menjadi tujuan, maka banyak para incumbent menjadikan kekuasaannya sebagai alat pelanggeng untuk yang berikutnya. Network kekuasaannya dari jajaran PNS sampai kelurahan dijadikan jaringan untuk mendulang suara. Namun ada yang berhasil dan sukses, tidak sedikit pula yang gagal.

Konflik istilah berkumis yang mengakibatkan kebakaran jenggot, hendaknya menjadi pelajaran buat para politisi. Untuk yang membuat ungkapan itu ya harus bersikap jantanlah jika memang untuk menyudutkan satu pihak segera meminta maaf. Sedang untuk yang kebakaran jenggot karena istilah berkumis, hendaknya menjadi bagian utuk introspeksi diri dan tidak menempuh jalan emosi.

Ingat para politisi, rakyat Jakarta sudah cerdas, maka cerdas pulalah kalian dalam berpolitik. dengan Jangan jadikan politik sebagai kendaraan untuk mencapai kekuasaan, sebab kalau ini tujuannya yakinlah, siapapun kandidatnya, dia tidak akan terpilih. Ingat pula wahai rakyat Jakarta, jadilah pemilih yang cerdas. Lakukan kontrak politik kepada para calon secara besar-besaran, bukan sekedar memilih agar mereka para calon mau berfikir dan tidak main-main, agar problematika Jakarta yang sangat kompleks bisa teratasi. Salam damai untuk rakyat Jakarta damai, aman, sehat dan sejahtera.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun