Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Ada Idul Adha di Antara Kita

31 Juli 2020   15:38 Diperbarui: 31 Juli 2020   15:37 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Pixabay.com

"Ambil tusukan satenya di atas kulkas ya!"
"Apalagi bos?"
"Arangnya tolong nyalain juga!"
"Ih Bapak, masa aku semua sih."
"Ya kalau yang lain dengar pasti handphonenya disimpan semua."

Hahaha, tiba-tiba semua saling bertatapan. Sepakat untuk simpan handphone lalu masing-masing ambil bagian.

Aku bertugas siapkan bumbu bakar satenya. Teh Hani bagian potong dagingnya lalu Kang Deni yang siapkan bakarannya.

Lalu Bapak sama Ibu tugasnya apa?. Tugasnya adalah ngomel dan nyindir kami yang datang ke Bandung setahun sekali tapi malah sibuk dengan handphone masing-masing.

"Bu, ibu lagi apa?"
"Lagi rebahan sebentar Pak."
"Lah, yang lain gerak sekarang malah ibu yang rebahan."
"Hahaha, bercanda lah Pak, ini siapin teh tubruk sama goreng kerupuk kesukaan anak-anak."
"Emping Bu?"
"Jelas bukan dong Pak, kalau ibu goreng emping, habis makan-makan antar bapak ke rumah sakit."

Bapak punya penyakit asam urat, banyak pantangan. Tapi dasar Bapak, sukanya nantangin penyakit.

Apalagi saat ini semua anaknya tidak ada satupun yang tinggal di Bandung, hal ini jelas menjadi kesempatan Bapak untuk makan semua pantangan tanpa mendengar omelan anak-anaknya.

Melihat aura Bapak sama Ibu yang tertawa melihat kami di Bandung, kami bahagianya luar biasa.

Kata Bapak, saat seperti ini sangat dinantikan Bapak, bukan karena bertemu kami tapi karena dengan berkumpulnya kami, maka Ibu akan masak semua masakan kesukaan Bapak.

Dengan dalih untuk menyambut kami, yang ada Bapak yang akan berulangtahun untuk habiskan semua sajian Ibu, tinggal kami saja yang berdoa semoga asam urat Bapak tidak kambuh.

Kang Deni mulai berulah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun