Hallo sahabat online ku dimanapun berada. Kabar baik disini semoga disana juga ya. Kalian ada melihat nggak anak guru kok les sama guru yang lain. Pasti ada pertanyaan yang muncul dibenak kita ketika melihat anak les privat kepada guru lain padahal ibunya sendiri seorang guru. Kenapa nggak les sama ibunya aja, ibunya kan juga guru? Â Atau kalian bahkan yang berprofesi sebagai guru tapi memberikan anaknya untuk les kepada guru yang lain juga sering bertanya kenapa aku bisa ngajarin anak orang tapi anakku sendiri terkadang tidak mampu mengajarinya. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sharing 5 alasan kenapa seorang ibu tidak cocok menjadi guru les/ atau guru bagi anaknya sendiri. Ada beberapa alasan mengapa seorang ibu mungkin merasa kesulitan mengajar pelajaran anak kandungnya. Beberapa alasan itu diantaranya yaitu
Hubungan Emosional yang terlalu dekat dengan Ibu
Faktor emosional seringkali menjadi penghalang. Ibu cenderung memiliki ikatan emosional yang kuat dengan anak, yang bisa membuat sulit untuk bersikap objektif dan tegas dalam memberikan instruksi atau koreksi. Seorang ibu memiliki keterikatan emosional yang kuat dengan anaknya. Saat mengajar, jika anak tidak cepat paham atau tidak fokus, ibu bisa lebih mudah tersulut emosi dibandingkan guru di sekolah.Anak pun merasakan kedekatan yang sama. Anak mempunyai ikatan emosional kuat dengan ibunya. Hal inilah yang membuat anak lebih nyaman untuk meledak saat frustasi, marah-marah atau lelah. "Aku bisa marah-marah ke Mama, mama tetap sayang aku" sementara dengan guru, anak tau ada batasan perilaku ada rasa segan hal ini juga yang lebih membuat efektif belajar dengan seorang guru.
Peran Ganda Ibu dan Guru
Anak melihat ibu sebagai figur pengasuh, tempat aman, bukan pengajar. Anak melihat ibu sebagai orang yang seharusnya memeluk, menenangkan, bukan guru yang galak. Â Saat ibu berusaha menjadi guru, anak bisa sulit menyesuaikan peran tersebut sehingga kurang serius atau cenderung manja. Sedangkan pada guru les yang memang memiliki otoritas belajar. Anak sadar bahwa guru punya peran khusus untuk mengajar. Ada rasa respek dan takut salah serta semangat belajar terhadap hal baru yang akan diajarkan.
Waktu dan Fokus
Guru les biasanya datang dengan waktu yang terbatas, fokusnya hanya mengajar. Sedangkan ibu mungkin harus sambil masak, capek kerja, nyapu, ngepel atau multitasking lainnya. Ini bisa bikin interaksi terasa tegang atau terburu-buru. Peran ganda sebagai ibu dan guru di rumah bisa menimbulkan konflik dan kelelahan. Ketika harus mengajar, kesabaran bisa berkurang karena sudah lelah secara fisik maupun mental.
Terlalu Banyak Ekspektasi
Ibu sering punya harapan tinggi terhadap anak, sehingga saat mengajar bisa cepat frustrasi jika anak tidak mencapai standar yang diharapkan. Karena sayang dan ingin anak berhasil ibu sering berekspetasi lebih, lalu kecewa saat anak tidak sesuai harapan. Dari sisi psikologis anakpun anak bisa merasa tidak cukup baik dan itu memicu tantrum atau penolakan.
Gaya Komunikasi