Mohon tunggu...
Chita Wijono
Chita Wijono Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru, hobi saya menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sopan Santun Berkendara

3 September 2022   16:59 Diperbarui: 3 September 2022   17:05 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini giliran saya mengantar ke dua anak saya sekolah. Anak saya yang ketiga bersekolah di SMP 4 Malang di jalan Veteran. Sedangkan anak saya yang ke empat bersekolah di SDN Percobaan 1 di jalan Magelang satu kompleks dengan Universitas Negeri Malang. Sekolah mereka terletak di kota malang sedangkan rumah kami terletak di Wagir kabupaten malang. 

Jarak tempuh sekolah anak-anak dengan rumah berkisar antara 20-30 menit. Oleh karena itu setiap malam saya dan suami selalu berusaha mengkondisikan anak-anak tidur setelah pukul 20.30 supaya keesokan harinya bisa bangun pagi dan tidak terkena macet. Sebab kalau kami berangkat lebih dari pkl 06.00 maka jalan raya sudah sangat padat dan resiko macet sangat tinggi. 

Sekitar pukul 04.30 pagi ini anak-anak sudah bangun. Setelah mandi dan shalat subuh mereka ganti baju dan menunggu saya yang sedang mempersiapkan sarapan sambil sesekali mengecek kembali buku-buku dan tugas yang harus dikumpulkan nanti. 

Setelah sarapan siap, mereka segera makan sambil menunggu saya mandi dan bersiap-siap berangkat bekerja sekaligus mengantarkan anak-anak sekolah. Hari ini suami saya terjadwal dinas pagi, sehingga tidak bisa mengantar anak-anak sekolah. 

Kira-kira sepuluh menit kemudian saya siap berangkat mengantarkan anak-anak sekaligus bekerja. Setelah berdoa, kami berangkat menuju sekolah anak-anak dengan mengendarai sepeda motor beat kesayangan saya. 

Kami berboncengan bertiga, saya tahu sebenarnya tidak boleh berboncengan bertiga, tetapi karena keterbatasan akhirnya saya nekat. Selain itu tas sekolah anak-anak juga ikut andil menjadikan motor yang kami kendarai menjadi sangat penuh. 

Perjalanan dari rumah lumayan lancar, karena kami memang berusaha untuk berangkat pagi, hingga sampailah kami di daerah bandulan tiba-tiba dari arah depan ada seorang anak sekolah mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi. 

Saya perhatikan dia menghindari pengendara motor di depannya dan karena kecepatannya sangat tinggi akhirnya pada saat menghindar dan membelokkan setirnya ke kanan hampir saja dia menabrak saya dan anak-anak. Untunglah dia segera membelokkan setirnya lagi ke kiri dan akhirnya motornya zig zag dan tetap saja dia menabrak pengendara motor yang lain. 

Dadaku berdegup kencang, gemetar rasanya waktu itu. Saya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi seandainya saya dan anak-anak yang ditabrak. Pada saat itu memang jalan raya sudah mulai padat dan banyak sekali orang-orang yang tahu kalau anak sekolah itu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, sehingga banyak orang yang meneriakinya.  

Saat itu gemetar seluruh tubuh saya, dada saya pun berdegup kencang. Untunglah kebiasaan saya begitu keluar dari rumah selalu berdoa setelah itu berdzikir sepanjang perjalanan. Anak-anak saya juga saya biasakan seperti itu, sehingga tidak butuh waktu lama saya menjadi tenang dan melanjutkan perjalanan. 

Pelajaran yang bisa diambil dari kejadian tersebut adalah 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun