Mohon tunggu...
Rizki Nur Dwi Kurniawati
Rizki Nur Dwi Kurniawati Mohon Tunggu... -

putri kedua dari dua bersaudara, cereweeeeeeeeet bangeeeet.......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Allah, Always With Me...

11 Oktober 2012   12:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:56 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : Rizki Nur Dwi Kurniawati

Bagaikan berdiri di ujung tanduk. Mungkin itulah ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi Usy setahun yang lalu saat usaha usy mengalami kebangkrutan. Usy, yang kini menjadi tenaga pendidik di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Malang, sebenarnya lebih berminat menjadi seorang enterpreneur dibanding menjadi seorang dosen. Berangkat dari keinginan kuatnya itu, dua tahun yang lalu, ia mencoba merintis usaha factory outlet. Alhamdulillah, hasilnya positif, factory outlet yang ia kelola mulai menunjukkan geliatnya, ditengarai dengan banyaknya konsumen yang memadati factory outlet yang dirintis oleh Usy di jalan Pahlawan tersebut.

Perlahan namun pasti, usaha factory outlet yang dirintis oleh Usy semakin maju dan akhirnya Usy memutuskan untuk membuka 2 cabang baru. Pada saat itu, untuk memperluas usaha factory aoutletnya, Usy meminjam dana dari Bank dan bantuan dana dari saudaranya. Pria berwajah hitam manis itu memprediksi bahwa semua hutangnya akan mampu terbayar lunas dengan semakin majunya factory outlet yang ia kelola.

Genap satu tahun Usy menjalankan usahanya, ia mampu mempunyai 30 karyawan yang mengelola factory outletnya, sementara ia aktif menjadi seorang dosen. Rutinitas ia menjadi seorang dosen muda dan ouwner factory outlet ia jalani selama kurang lebih hampir 3 tahun. Ia sangat menikmati rutinitasnya sehari-hari, karena dengan usahanya tersebut ia mampu membahagiakan ibundanya, yang menjadi single parent, karena ayahnya telah meninggal. Semua usaha yang Usy lakukan semata-mata ia lakukan untuk membahagiakan Ibunda tercinta dan almarhum ayah tercinta.

Waktu terus bergulir, setahun kemudian keadaan Usy berbeda 180 derajat. Usaha yang dikelolanya mengalami penurunan omset yang sangat drastis. Yang pada akhirnya Usy harus memilih jalan untuk gulung tikar. Kejadian tersebut tidak pernah terlintas di benak Usy sama sekali.

Pada saat itu dosen muda ini sudah tidak bisa lagi menjalani aktifitas seperti biasanya. Karena waktu, pikiran dan tenaganya tersita oleh urusan bisnisnya tersebut. Betapa tidak, dalam waktu 1,5 bulan ia harus mampu melunasi hutangnya yang berjumlah ratusan juta rupiah. Hampir setiap hari ia mendapatkan telepon dari pihak bank ataupun dari rekan bisnisnya untuk segera melunasi hutang-hutangnya.

Rutinitas ia sebagai enterpreneur, dosen muda dan sebagai seorang penulis tidak dapat ia lakukan seperti sedia kala karena pikirannya sudah tidak tenang diliputi berbagai permasalahan bisnisnya tersebut. Bagaimana tidak, ia dikejar deadline untuk melunasi hutang senilai ratusan juta rupiah hanya dalam waktu 1,5 bulan. Sementara pada saat itu, yang ia miliki hanya tersisa sebuah handphone. Motor, mobil, ruko tempat ia berbisnis sudah habis terjual. Bahkan tempat tinggal pun pada saat itu ia menumpang di sebuah kontrakan temannya dan berjanji akan membayar kontrakan tersebut dalam waktu 6 bulan, dan padahal ia tidak mengetahui darimana ia akan mendapatkan uang.

Pikiran Usy selalu tidak tenang. Setiap saat, setiap detik, setiap menit ia selalu diliputi rasa khawatir. Ia dihadapkan pada dua pilihan yang teramat sulit, yaitu harus membayar hutang senilai ratusan juta rupiah dalam waktu 1,5 bulan, jika ia tidak bisa membayar maka dilaporkan kepada polisi, yang pasti akan berujung pada penjara, atau ia harus memilih pilihan kedua. Jika tidak bisa membayar hutangnya, maka rumahnya akan disita, dan padahal rumah itu milik orang tua, yang ditempati oleh ibunya.

Hati Usy bagaikan teriris ketika setiap hari mendapatkan telepon dari ibunya. Ibunya selalu menangis. Usy begitu tidak tega melihat wanita yang begitu ia cintai tersebut menangis bersedih karena kegagalan Usy. Ia sungguh tidak ingin membuat keluarganya menderita ketika tanah beserta rumah yang ia miliki disita.

Pria bertubuh tinggi ini terus berfikir keras. Bagaimana ia harus melunasi hutangnya dalam waktu 1,5 bulan???? Waktu yang sangat singkat. Setiap hari ia mendapatkan telepon, dimaki-maki orang, dimarahin orang agar ia segera membayar hutangnya. Pada saat itu ia benar-benar kehabisan akal, sampai-sampai ia menjadi malas merawat dirinya sendiri. Ia selalu berfikir siapa yang mampu membantunya untuk membayar hutang. Minta tolong saudara? Tidak mungkin, karena ia juga mempunyai banyak hutang ke saudaranya. Minta tolong kepada rekan bisnisnya? Tidak ada yang percaya ketika melihat keadaan Usy tersebut. Usy memprediksi kehidupannya akan berjalan normal seperti apa adanya lagi membutuhkan waktu kurang lebih 5 tahun, dengan dia bekerja keras.

Waktu terus bergulir, deadline pembayaran hutang semakin dekat dan semakin dekat seolah-olah menghimpitnya. Bahkan setiap hari ia meminta agar waktu ini berhenti saja, kiamat, karena dengan begitu urusan dia selesai. Namun usy masih tetap berusaha untuk tegar. Dengan adanya masalah tersebut, ia semakin rajin beribadah, rajin sholat dan membaca Al-Qur’an. Waktunya sehari-hari ia habiskan untuk berada di dalam kamar saja, beribadah, membaca Al-Qur’an. Karena untuk keluar rumah pun, ia tidak berani, keberadaan ia begitu terancam oleh orang-orang yang menagihnya hutang. Usy berjanji kepada dirinya sendiri, jika masalah ini selesai tepat pada waktunya, ia akan menulis buku. Yang paling tidak akan ia pergunakan sendiri sebagai pelajaran dalam perjalanan hidupnya.

Hingga tiba pada suatu hari ia membaca Al-Qur’an. Ia menemukan sebuah ayat (tepatnya Q.S Ash Shaff: 13), pada ayat tersebut Allah menjanjikan pertolongan dan kemenangan yang dekat kepada hamba-Nya. Dari ayat tersebutlah mulai tumbuh keyakinan dalam diri Usy bahwa Allah akan memberikan pertolongan dan kemenangan yang dekat itu akan ia dapatkan dengan wujud ia mampu melunasi hutang tepat pada deadline yang telah ditentukan. Ayat tersebut begitu tertanam kuat dalam diri Usy.

Kini deadline pembayaran hutang semakin dekat, pertolongan itu pun tak kunjung tiba. Ia hnaya bisa beribadah maksimal, berikhtiar maksimal, dan tidak berhenti berfikir mencari jalan keluar dari permasalahannya. Usy masih sangat berharap pertolongan Allah akan segera datang.

Suatu hari Usy hanya mempunyai uang Rp 5.000;. Uang itu tidak ia pergunakan untuk makan, melainkan ia pergunakan untuk naik angkot pulang pergi ke Masjid Jami’ kota Malang. Uang tersebut hanya cukup untuknya membayar ongkos angkot pulang pergi dari tempat tinggalnya ke Masjid Jami’ kota Malang, padahal hari itu ia belum makan. Sesampainya di Masjid Jami’, ia sholah dhuha, membaca Al-Qur’an. Dan pada saat itu ia niatkan dirinya untuk menjadi tentara Allah. Ia berjanji akan menjihadkan semua apa yang ia miliki di jalan Allah.

Karena pada saat itu yang ia miliki adalah ilmu dan tenaga,ia mempunyai inisiatif untuk mendatangi sebuah panti asuhan yang terletak di kota Malang. Kedatangan Usy mendapatkan sambutan yang positif dari pengasuh panti asuhan. Di panti asuhan tersebut Usy bersedia mengajar Bahasa Inggris, Komputer, dan mengajar ngaji dengan cuma-cuma tanpa harus dibayar. Rutinitas itu ia lakoni dengan tulus ikhlas. Dan ia pun semakin rajin mendisiplinkan sholat berjamaah.

Singkat cerita, ibarat dalam dunia sepak bola, Usy hampir saja mengalami pinalti. Deadline pembayaran hutang telah datang, waktu 1,5 bulan telah berlalu. Kini tiba saatnya Usy harus melunasi hutangnya senilai ratusan juta rupiah, sementara ia belum mempunyai uang. Kalau tidak bisa ia harus segera memilih penjara atau sita rumah. Ia masih mempunyai keyakinan yang sangat kuat bahwa masalah ini akan selesai.

Pada siang itu waktu yang dijanjikan benar-benar tiba, seorang yang datang menagih hutang menemuinya dengan marah-marah. Keberuntungan memihak kepada Usy, penagih hutang itu memberikan tambahan waktu 3 hari.

Tanpa terlintas sebelumnya di benak Usy, pagi itu handphone nya berdering. Telepon itu datang dari rekan bisnis lamanya yang mempercayai Usy untuk bekerjasama lagi, walaupun dengan keadaan Usy saat itu. Pada hari ketiga dari tambahan waktu itu, mungkin menjadi hari keberuntungan Usy, saat itu ia diminta oleh seseorang melalui telepon untuk datang ke rumah orang tersebut. Padahal Usy tidak mengenalnya, ternyata orang tersebut adalah sahabat karib almarhum ayah Usy, namanya pak Hartono. Pak Hartono menanyai pemuda berjiwa enterpreneur tersebut, sebenarnya masalah apa yang sedang terjadi. Panjang lebar Usy menceritakan kejadian yang menimpanya. Pak Hartono memberikan pesan kepada Usy, yang selalu ia ingat bahwa: “seseorang itu jatuh ke dalam jurang, bukan karena ia sengaja menjatuhkan diri ke dalam jurang, tetapi karena ia terlalu lama bermain di pinggir jurang dan akhirnya tersandung batu kecil yang mejatuhkannya ke dalam jurang”.

Akhirnya, berkat pertolongan Allah melalui kebaikan hati pak Hartono, pak Hartono brsedia memberikan uang untuk melunasi hutang Usy. Sungguh kebaikan hati pak Hartono ini tidak pernah sedikitpun terlintas di benak Usy. Hutang itu pun mampu ia lunasi tepat pada waktunya. Dan keadaan kehidupan Usy mulai normal kembali. Ia mulai berbisnis dan memulai rutinitasnya sebagai dosen dan penuli kembali. Di penghujung Desember 2011 masalah Usy selesai dengan baik. Usy menepati janjinya untuk menulis sebuah buku jika permasalahannya selesai. Kini buku itu tidak hanya untuk Usy sendiri seperti yang telah ia niatkan sebelumnya, tetapi buku tersebut sudah laku 3500 eksemplar. Inilah yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya, pertolongan dan kemenangan yang dekat waktunya. Inna ma’al ‘usri yusro, sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan..............

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun