Dalam dunia kerja, keluar dari perusahaan yang eksploitatif adalah bentuk ketidakpatuhan halus terhadap logika pasar yang hanya menghargai hasil, bukan manusia. Dalam pendidikan, drop out bisa jadi bukan tanda kegagalan, melainkan kritik diam terhadap sistem yang lebih menekan daripada mendidik. Dan dalam relasi sosial, menjauh dari komunitas yang tak sehat bisa menjadi cara menyelamatkan diri sekaligus bentuk penolakan terhadap norma sosial yang mengekang.
Sosiolog James C. Scott dalam teorinya tentang 'weapons of the weak' menyebut bahwa kelompok-kelompok tertindas sering kali menggunakan cara-cara sunyi untuk melawan termasuk lewat diam, tidak patuh, atau bahkan pergi. Dengan kata lain, kabur juga bisa jadi bentuk kecil dari revolusi.
Antara Bertahan dan Melawan
Maka ketika seseorang memutuskan untuk 'kabur aja dulu', kita tidak bisa serta-merta menilainya sebagai lemah, labil, atau kalah. Mungkin ia sedang memilih bertahan dengan caranya sendiri, atau justru sedang menunjukkan bentuk keberanian paling jujur, meninggalkan sesuatu yang tidak lagi manusiawi.
Dalam dunia yang sibuk menilai dari seberapa keras seseorang berjuang, kita lupa bahwa jeda juga adalah bagian dari perjuangan. Dan kadang, kabur bukan sekadar menjauh, tapi menjauh untuk kembali dengan cara yang lebih waras, lebih sadar, lebih kuat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI