Mohon tunggu...
Christie Stephanie Kalangie
Christie Stephanie Kalangie Mohon Tunggu... Akuntan - Through write, I speak.

Berdarah Manado-Ambon, Lahir di Kota Makassar, Merantau ke Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Meluapkan Emosi

18 November 2019   00:33 Diperbarui: 18 November 2019   09:33 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source :  hellosehat.com

Hidup ini tentunya tidak terlepas dari berbagai masalah, juga rintangan, dan hal-hal tersebut terkadang membuat emosi menjadi tidak stabil. Jenis emosi pun sangat beragam, mulai dari menangis, marah, sedih dan lain sebagainya.

Mungkin, jenis emosi marah adalah salah satu contoh emosi terbesar yang sering meluap. Entah soal pekerjaan yang dibawa ke rumah atau pun soal rumah yang mungkin terbawa ke kantor dan sebagainya. Intinya, jika tidak dikeluarkan dengan baik maka akan menimbulkan efek yang buruk dan berkepanjangan.

Belakangan ini pun, secara pribadi saya mengalami sedikit-banyak masalah dari berbagai aspek kehidupan yang membuat emosi menjadi tak menentu. Saya ingin berbagi sedikit tips bagaimana cara saya meluapkan emosi agar bisa menjadi refleksi bagi para pembaca.

Pertama, yang saya lakukan adalah menangis. Saya bukan tipe orang yang cepat marah, namun saya lebih banyak diam. Kemudian, diamnya saya pada akhirnya membuat saya menangis. 

Menangis ternyata sangat baik untuk kesehatan dan sebagai sarana meluapkan emosi. Menangis juga bisa membersihkan energi negatif dan memungkinkan untuk energi positif bisa masuk. Setelah menangis, saya akan merasa lega walaupun memang menangis tidak menyelesaikan masalah.

Selanjutnya, menyendiri dan berteriak sekencang-kencangnya. Karena keadaan tempat tinggal di tengah kota yang tidak memungkinkan untuk berteriak, dan demi menghindari pandangan negatif tetangga, saya memutuskan untuk pergi ke pinggiran kota, ke alam terbuka.

Berteriak dan bercerita kepada alam semesta. Saya percaya bahwa semesta berhubungan dengan satu sama lain, dan semesta mendengar semua keluh kesah yang saya rasakan.

Yang terakhir, yang saya lakukan adalah menulis. Menulis atau writing therapy adalah kegiatan menjadikan tulisan sebagai media untuk meluapkan emosi, kekesalan, bahkan trauma. 

Cara ini baiknya dilakukan setiap hari agar kita merasa lebih tenang karena tidak memendam emosi lagi. Menulis sesuka hati tentang apa yang kita rasakan dan inginkan, tentunya menjadi sarana bagi kita untuk jujur kepada diri sendiri.

Seringkali, saya menuliskan kata dan menyampaikan perasaan saya lewat tulisan, dibandingkan dengan menyampaikannya secara langsung. Karena bagi saya, menulis mungkin bisa menjadi cara yang paling ampuh dilakukan agar dapat menyampaikan perasaan, namun tidak menuntut untuk menyampaikan rasa tersebut secara langsung.

Jadi, jika kalian sedang merasakan sesaknya hidup, jangan pendam kekesalan, kesedihan dan amarah yang ada, luapkanlah. Memendam emosi bukanlah jalan keluar untuk masalah yang sedang dialami.

Jika perlu menangis, menangislah. Ambil kotak tissuemu, menangislah dan lepaskan penat dalam jiwa. Jika perlu menyendiri dan berteriak, ekspresikanlah. Luapkan emosimu dan kembalilah dengan perasaan yang lebih baik. 

Keluarkan segala bentuk emosi yang sedang kalian rasakan untuk mengurangi beban pikiran dan mental. Karena memendam emosi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan efek negatif pada kesehatan fisik dan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun