Sudah menjadi tradisi di Indonesia bahwa hari lebaran itu identik dengan perayaan-perayaan, yang pada akhirnya sering kali berujung pada pola konsumtif yang berlebihan di masyarakat.
Euforia perayaan lebaran sepertinya tak bisa dihilangkan dari tradisi masyarakat Indonesia. Mulai dari persiapan mudik, pakaian baru, dekorasi dan perabotan rumah baru, hidangan istimewa, hingga bingkisan untuk kerabat, yang mana semuanya ini memicu peningkatan belanja yang signifikan.
Persiapan menuju lebaran itu bahkan sudah mulai terlihat dari jauh-jauh hari sebelum Ramadhan berakhir, orang-orang mulai berbondong-bondong mempersiapkan lebaran, bahkan jamaah shalat tarawih di masjid pun semakin hari semakin tersedot ke tempat perbelanjaan.
Yah, momen sukacita lebaran yang dinanti-nanti ini tak hanya membawa sukacita silaturahmi, tetapi juga memicu meningkatnya angka konsumsi masyarakat dengan cukup signifikan.
Karena sudah menjadi bagian dari tradisi, ada beberapa perayaan lebaran yang tak bisa dihindari, tetapi sebenarnya tetap bisa diatur sesuai dengan kondisi dan kemampuan finansial kita, jangan sampai memaksakan diri yang ujung-ujungnya menguras isi dompet.
Tradisi pakaian baru di saat lebaran, sebenarnya boleh boleh saja, terutama untuk anak-anak. Tetapi janganlah disiapkan secara berlebihan, jika satu sudah cukup untuk apa membeli banyak.
Begitupun untuk orangtuanya, selagi masih ada pakaian yang masih baru dan jarang dipakai, lantas buat apa memaksa untuk membeli pakaian baru. Sekalipun kemampuan finansial memungkinkan, tetapi tentu masih banyak hal-hal yang lebih bermanfaat untuk didahulukan.
Bagi kami di Sulawesi, di hari lebaran ada semacam tradisi yang 'wajib' dilaksanakan yakni tradisi yang biasanya kami sebut dengan "baca-baca".Â
Disini setelah pulang dari shalat ied, ada jamuan makan-makan dengan hidangan makanan khas lebaran yang sudah disiapkan dan dibaca-bacain (didoakan).
Tradisi "baca-baca" ini biasanya dipimpin oleh ustadz atau tetua kampung dan kadang oleh tuan rumah sendiri tergantung dari situasi dan kondisi saja.Â